Hadis Jibril
Sebahagian daripada siri berkaitan |
Islam |
---|
Hadis Jibril (Arab: حديث جبرائيل , Hadīts Jibraīl) adalah sebuah hadis yang memuat definisi tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat menurut akidah Islam. Hadis ini diriwayatkan dari sahabat Umar bin Al-Khaththab. Hadis ini boleh didapati di kedua-dua kitab Shahihain, Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.[1] Hadis ini juga disokong oleh Surah: An-Nisaa' No. Surah: 4 Ayat: 136. [2]
Redaksi teksnya
[sunting | sunting sumber]Dari Umar bin Khattab berkata[3]:
“Tatkala kami tengah duduk-duduk di sisi Rasulullah ﷺ , lalu datanglah seorang lelaki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak nampak padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalinya. Hingga dia mendatangi Nabi ﷺ lalu menyandarkan lututnya pada lutut baginda dan meletakkan kedua telapak tangannya pada paha baginda,
- Kemudian dia bertanya, “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Kamu bersaksi bahawa tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahawa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan solat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.” Dia berkata, “Kamu benar,” Umar berkata, “Maka kami hairan terhadapnya, kerana dia yang bertanya tapi dia juga yang membenarkannya.”
- Dia bertanya lagi, “Kabarkanlah kepadaku tentang iman?” Baginda menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” dia berkata, “Kamu benar.”
- Dia bertanya, “Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan?” Baginda menjawab, “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya maka yakinlah sesungguhnya Dia melihatmu.”
- Dia bertanya lagi, “Kabarkan kepadaku bilakah hari (kiamat) itu?” Baginda menjawab, “Tidaklah orang yang ditanya itu (saya) lebih mengetahui daripada orang yang bertanya (kamu).” Dia bertanya, “Kalau begitu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?” Baginda menjawab, “Apabila seorang hamba perempuan melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.”
Kemudian setelah itu dia beranjak pergi, dan aku tidak bertanya kepada Nabi tentang itu selama beberapa saat. Tidak berselang lama kemudian baginda bersabda, “Wahai Umar, apakah kamu tahu siapakah orang yang bertanya tersebut?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Baginda bersabda, “Itu tadi ialah Jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian.”
— HR. Muslim no.8
Hadis ini juga diriwayatkan dari Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab hadis sahihnya, Sahih Bukhari, 1:2:48, dengan redaksi di akhir hadis yang berbunyi[4]:
“...hari Kiamat termasuk dalam lima perkara yang tidak diketahui kecuali oleh Allah.” Kemudian dia pergi, lalu Nabi bersabda, ”Panggil dia kembali!” Tetapi orang-orang tidak menemukannya. Baginda kemudian bersabda, ”Dia adalah Jibril, datang kemari untuk mengajari manusia tentang agamanya". Abu Abdullah berkata: Baginda (Nabi) menyatakan semua hal tersebut merupakan sebahagian daripada keyakinan.”
— HR. Al-Bukhari, no. 50
Konteks keimanan
[sunting | sunting sumber]Iman, Islam, dan Ihsan diakui sebagai perbendaharaan kunci dalam pola keberagaman Islam. Pada awalnya, konsep keimanan tersebut didasarkan kepada sebuah hadits terkenal di atas yang dikenal sebagai Hadis Jibril. Hadits ini memberi idea kepada kaum Sunni perihal adanya 6 rukun iman, lima rukun Islam dan satu ajaran tentang penghayatan terhadap Allah Azza Wa Jalla. Akan tetapi, dalam dimensi terdalam iman tidak cukup hanya dengan percaya atau mempercayai sesuatu yang belaka, tapi ia juga perlu perwujudan/eksternalisasi dalam pola perilakunya. Dalam hal ini, Nabi Muhammad ﷺ menyabdakan bahawa iman memiliki lebih dari tujuhpuluh tingkat sedari ucapan tahlil sampai menyingkirkan batu dari jalanan.[5]
Kedudukan hadis menurut Ulama
[sunting | sunting sumber]Imam Nawawi berkata: "Dan ketahuilah bahawasanya hadis ini mengumpulkan berbagai macam ilmu, pengetahuan-pengetahuan, adab-adab, dan hikmah-hikmah yang lembut. Bahkan hadits ini adalah pokoknya Islam." [6]
Dinukilkan oleh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari bahawa Imam Qurthubi berkata: "Hadis ini tepat untuk dikatakan sebagai induknya sunnah, kerana perkara-perkara yang terkandung didalamnya dari pelbagai ilmu sunnah. "[7]
Dalam Syarah Arbain, Ibnu Daqiqil Ied berkata: "Hadis ini seperti induknya sunnah. Sebagaimana Al-Fatihah disebut sebagai induknya Al-Qur'an kerana kandungannya yang telah mengumpulkan makna-makna Al-Qur'an. "[8]
Ibnu Rajab al-Hanbali berkata: "Ini adalah hadis agung yang mengandung keterangan (tentang) seluruh agama ini, oleh sebab itulah Nabi ﷺ berkata di akhir hadis:" Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan kalian (tentang) agama kalian. ", setelah menjelaskan tingkatan Islam, Iman, dan Ihsan dan menjadikan semuanya itu adalah (sebahagian daripada) agama." [9]
Kandungan hadits Jibril
[sunting | sunting sumber]Faedah yang dapat disimpulkan dari hadis Jibril diatas, adalah[10]:
- Terdapat 5 Rukun Islam dan 6 Rukun Iman dalam agama Islam
- Islam, Iman dan Ihsan merupakan suatu tingkatan, yang paling bawah adalah Islam kemudian Iman dan tingkatan tertingginya adalah Ihsan. Sehingga orang yang berihsan (Muhsin) adalah seorang yang beriman (Mukmin) dan berislam (Muslim), sedangkan seorang Mukmin adalah Muslim namun belum tentu Muhsin, dan seorang Muslim belumlah dianggap Mukmin dan Muhsin hingga dianya memenuhi syaratnya. Sebagaimana firman Allah: "Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah ´kami telah tunduk (berislam)´, kerana iman itu belum masuk ke dalam hatimu;..." [11]
- Malaikat Jibril bertanya dalam rangka mengajari para sahabat Nabi tentang agama, kerana sebenarnya Jibril telah mengetahui jawapannya bahkan mengakui benarnya jawapannya Nabi. Jibril membiarkan Nabi untuk menerangkan jawapannya dihadapan para sahabatnya.
- "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya" merupakan ungkapan yang menunjukan bahawa tidak ada makhluk yang mengetahui bilakah terjadinya kiamat kecuali Allah saja, bahkan baik Nabi Muhammad maupun Malaikat Jibril juga tidak mengetahui bilakah waktu terjadinya kiamat, kecuali hanya mengetahui tanda-tanda datangnya saja. Sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya hanya disisi Allah ilmu tentang hari kiamat,..." [12] dan "Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya." [13]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Markus 13:32[14] juga
- Matius 24:36[15], ayat dari Kitab Injil yang bertema serupa tentang waktu Kiamat yang isinya menyatakan bahawa para Malaikat dan 'Isa Alaihis Salam tidak mengetahui bilakan terjadinya Kiamat kerana hanya Allah saja yang tahu.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Ringkasan Shahih Bukhari 1, By M. Nashiruddin al-Albani
- ^ Terjemahan Dalam Bahasa Malaysia, Tafsiran Ar-Rahman[pautan mati kekal]
- ^ Arbain An-Nawawi, karya Imam Nawawi, Hadits ke-2.
- ^ Shahih Al-Bukhari Kitab Al-Iman, Bab 37, Su’alu Jibril An-Nabi anil Iman wal Islam wal Ihsan
- ^ Sholikhin, Muhammad (2008). Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam: Menjawab Tantangan Zaman. hal.4 & 12-13. Yogyakarta:Penerbit Mutiara Media. ISBN 978-979-878-017-2.
- ^ Syarh Shahih Muslim, karya Imam An-Nawawi (1/160)
- ^ Fathul Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari, karya Ibnu Hajar Al-Asqalani.
- ^ Syarh Arbain An-Nawawi, karya Ibnu Daqiqil Ied.
- ^ Jami'ul Ulum wal Hikam, karya Ibnu Rajab Al-Hambali (1/97)
- ^ Syarhu Hadits Jibril fi Ta'lim Ad-din, karya Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr
- ^ QS. Al-Hujurat: 14
- ^ QS. Luqman: 34
- ^ QS. Al-Ahzab: 63
- ^ http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=41&chapter=13&verse=32
- ^ http://alkitab.indonesiaweb.info/ayat/matius-24:36