Lompat ke isi

Yehuda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Cetakan dari Koleksi ilustrasi Alkitab Phillip Medhurst milik Revd. Philip De Vere di St. George's Court, Kidderminster, Inggris.

Yehuda (bahasa Ibrani: יְהוּדָהbahasa Ibrani Standar: Yəhuda, bahasa Ibrani Tiberias: Yəhûḏāh, bahasa Arab: يهوذا Yahudza; bahasa Inggris: Judah) adalah anak lelaki keempat Yakub dan Lea, dan pendiri suku Yehuda, salah satu suku Israel, menurut Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama Alkitab Kristen.

Menurut sastra rabinik klasik, Yehuda dilahirkan pada tanggal 15 bulan Siwan;[1] sumber-sumber klasik berbeda dalam waktu kematiannya. Kitab Yobel menyebutkannya meninggal pada usia 119 tahun, 18 tahun sebelum kematian Lewi,[2] tetapi Kitab Yaser (midrash) mendukung pernyataan bahwa Yehuda meninggal pada usia 129 tahun.[3]

Teks Torah mencatat bahwa nama Yehuda merujuk kepada maksud Lea untuk memuji Yahweh, karena telah berhasil memperoleh empat orang anak.[4]

Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN

Nama Yehuda berasal dari kata odeh, yang berarti Aku akan menaikkan pujian. Dalam sastra rabinik klasik, nama ini ditafsirkan sebagai kombinasi dari nama Tuhan Yahweh dan sebuah dalet (huruf d dalam abjad Ibrani); dalam Gematria (perhitungan angka huruf), huruf dalet mempunyai nilai 4. Menurut sumber-sumber rabinik ini, angka ini merujuk Yehuda sebagai anak lelaki keempat Yakub.[5]

Beberapa kritikus Alkitab menganggap bahwa nama Yehuda muncul di kemudian hari, sebuah metafora eponim untuk memberikan sebuah etiologi tentang kaitan suku ini dengan suku-suku lain dalam konfederasi Israel.[6] Dengan Lea sebagai matriarkh, para pakar Alkitab menganggap suku ini diyakini oleh para pengarang teks sebagai bagian dari konfederasi Israel yang mula-mula. Namun, diduga bahwa suku Yehuda bukanlah suku asli Israel, melainkan terdiri dari campuran besar dari berbagai suku non-Israel, dengan sejumlah suku Kenas, Yeramil, dan Keni, yang bergabung membentuk suku ini pada berbagai tahapan sejarahnya.[1]

Masa muda

[sunting | sunting sumber]
  • Yehuda dilahirkan di Padan-Aram, kota kelahiran ibunya, Lea, dan neneknya, Ribka, kira-kira 11 tahun setelah Yakub tiba di kota itu (5 tahun setelah Yakub menikahi Lea, sesudah bekerja 7 tahun pada Laban, ayah Lea). Setelah melahirkan Yehuda, Lea tidak melahirkan anak lagi selama beberapa waktu.[4]
  • Pada usia kira-kira 9 tahun, Yehuda ikut orang tua dan saudara-saudaranya pindah dari Padan-Aram ke tanah Kanaan, dan menetap di Hebron.[7][8]
  • Yehuda dan saudara-saudaranya membenci Yusuf, adiknya sendiri, karena Yusuf sering menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya. Yakub lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, bahwa berkas-berkas gandum saudara-saudaranya mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasnya, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. Yusuf memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya.[9]
  • Yehuda dan saudara-saudaranya menggembalakan domba-domba ayah mereka. Dari lembah Hebron, mereka sering pergi menggembalakan sampai ke dekat Sikhem. Ketika Yusuf, berumur 17 tahun (Yehuda sudah 20 tahun lebih usianya), Yusuf disuruh Yakub melihat keadaan saudara-saudaranya. Yusuf menyusul mereka dari Sikhem sampai ke Dotan. Melihat Yusuf datang di kejauhan, Yehuda dan saudara-saudaranya merencanakan untuk dan membunuh Yusuf. Atas usulan Reuben, kakak tertua, mereka tidak jadi membunuh, melainkan melemparkan ke dalam sumur yang ada di padang gurun. Sumur itu kosong, tidak berair. Kemudian mereka duduk makan dan ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir. Yehuda berkata kepada saudara-saudaranya: "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita." Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu. Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga 20 syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir. Kemudian mereka mengambil jubah Yusuf, dan menyembelih seekor kambing, lalu mencelupkan jubah itu ke dalam darahnya. Jubah maha indah itu mereka suruh antarkan kepada ayah mereka dengan pesan: "Ini kami dapati. Silakanlah bapa periksa apakah jubah ini milik anak bapa atau tidak?" Ketika Yakub memeriksa jubah itu, ia berkata: "Ini jubah anakku; binatang buas telah memakannya; tentulah Yusuf telah diterkam." Yakub mengoyakkan jubahnya, lalu mengenakan kain kabung pada pinggangnya dan berkabunglah ia berhari-hari lamanya karena anaknya itu. Adapun Yusuf, ia dijual oleh orang Midian itu ke Mesir.[10]
  • Setelah peristiwa itu, Yehuda meninggalkan saudara-saudaranya dan menumpang pada seorang Adulam, yang namanya Hira. Di situ Yehuda melihat anak perempuan seorang Kanaan. Orang itu bernama Syua. Lalu Yehuda kawin dengan perempuan itu.[11]
  • Yehuda menikah dengan anak perempuan dari Syua. Kitab Yobel menyatakan bahwa Bat-Syua (="putri dari Syua") adalah nama istrinya,[12] sementara Kitab Yaser (midras) menyebut namanya Ilit.[13] Mereka mempunyai 3 putra: Er, Onan, dan Syela. Yehuda sedang berada di Kezib, ketika Syela dilahirkan.[14]
  • Yehuda mengambil bagi Er, anak sulungnya, seorang isteri, yang bernama Tamar. Tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia.[15]
  • Lalu berkatalah Yehuda kepada Onan: "Hampirilah isteri kakakmu itu, kawinlah dengan dia sebagai ganti kakakmu dan bangkitkanlah keturunan bagi kakakmu." Ini disebut "perkawinan levirat". Tetapi Onan tahu, bahwa bukan ia yang empunya keturunannya nanti, sebab itu setiap kali ia menghampiri isteri kakaknya itu, ia membiarkan maninya terbuang, supaya ia jangan memberi keturunan kepada kakaknya. Tetapi yang dilakukannya itu adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia juga.[16]
  • Lalu berkatalah Yehuda kepada Tamar, menantunya itu: "Tinggallah sebagai janda di rumah ayahmu, sampai anakku Syela itu besar," sebab pikirnya: "Jangan-jangan ia mati seperti kedua kakaknya itu." Maka pergilah Tamar dan tinggal di rumah ayahnya. Jadi Yehuda sengaja menunda perkawinan levirat Tamar dengan Syela, sehingga meskipun kemudian Syela telah menjadi besar, dan dia tidak diberikan juga kepada Syela itu untuk menjadi isterinya.[17]
  • Habis berkabung atas kematian istrinya (Batsyua), pergilah Yehuda ke Timna, kepada orang-orang yang menggunting bulu domba-dombanya, bersama dengan Hira, sahabatnya, orang Adulam itu. Ketika dikabarkan kepada Tamar: "Bapa mertuamu sedang di jalan ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya," maka ditanggalkannyalah pakaian kejandaannya, ia bertelekung dan berselubung, lalu pergi duduk di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna, karena ia tahu Yehuda sengaja menunda perkawinannya dengan Syela. Ketika Yehuda melihat dia, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya. Lalu Yehuda mendatangi perempuan yang di pinggir jalan itu serta berkata: "Marilah, aku mau menghampiri engkau," sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu: "Apakah yang akan kauberikan kepadaku, jika engkau menghampiri aku?" Jawabnya: "Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari kambing dombaku." Kata perempuan itu: "Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku." Tanyanya: "Apakah tanggungan yang harus kuberikan kepadamu?" Jawab perempuan itu: "Cap meteraimu serta kalungmu dan tongkat yang ada di tanganmu itu." Lalu diberikannyalah semuanya itu kepadanya, maka ia menghampirinya. Perempuan itu mengandung dari padanya, lalu pergi, ditanggalkannya telekungnya dan dikenakannya pula pakaian kejandaannya.[18]
  • Yehuda, mengirimkan anak kambing itu dengan perantaraan sahabatnya, orang Adulam itu, untuk mengambil kembali tanggungannya dari tangan perempuan itu, tetapi perempuan itu tidak dijumpainya lagi. Ia bertanya-tanya di tempat tinggal perempuan itu: "Di manakah perempuan jalang, yang duduk tadinya di pinggir jalan di Enaim itu?" Jawab mereka: "Tidak ada di sini perempuan jalang." Kembalilah ia kepada Yehuda dan berkata: "Tidak ada kujumpai dia; dan juga orang-orang di tempat itu berkata: Tidak ada perempuan jalang di sini." Lalu berkatalah Yehuda: "Biarlah barang-barang itu dipegangnya, supaya kita jangan menjadi buah olok-olok orang; sungguhlah anak kambing itu telah kukirimkan, tetapi engkau tidak menjumpai perempuan itu."[19]
  • Sesudah kira-kira tiga bulan dikabarkanlah kepada Yehuda: "Tamar, menantumu, bersundal, bahkan telah mengandung dari persundalannya itu." Lalu kata Yehuda: "Bawalah perempuan itu, supaya dibakar." Waktu dibawa, perempuan itu menyuruh orang kepada mertuanya mengatakan: "Dari laki-laki yang empunya barang-barang inilah aku mengandung." Juga dikatakannya: "Periksalah, siapa yang empunya cap meterai serta kalung dan tongkat ini?" Yehuda memeriksa barang-barang itu, lalu berkata: "Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku." Dan ia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu.[20]
  • Pada waktu perempuan itu hendak bersalin, nyatalah ada anak kembar dalam kandungannya. Dan ketika ia bersalin, seorang dari anak itu mengeluarkan tangannya, lalu dipegang oleh bidan, diikatnya dengan benang kirmizi serta berkata: "Inilah yang lebih dahulu keluar." Ketika anak itu menarik tangannya kembali, keluarlah saudaranya laki-laki, dan bidan itu berkata: "Alangkah kuatnya engkau menembus ke luar," maka anak itu dinamai Peres. Sesudah itu keluarlah saudaranya laki-laki yang tangannya telah berikat benang kirmizi itu, lalu kepadanya diberi nama Zerah.[21]

Pernikahan Yehuda dan kelahiran anak-anaknya digambarkan dalam sebuah alinea khusus di tengah-tengah narasi sekitarnya.[22] Bagian ini terjadi ketika Yusuf berada di Mesir, sementara saudara-saudara lainnya tinggal bersama Yakub, ayah mereka, di tanah Kanaan. Jadi sejak Yusuf berumur 17 tahun[23] sewaktu dijual ke Mesir, sampai Yusuf berumur 30 tahun waktu menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir,[24] kemudian Kejadian 41:53 mencatat "lewat ke-7 tahun kelimpahan yang ada di tanah Mesir itu", dan Kejadian 45:6 "telah 2 tahun ada kelaparan", seluruhnya ada 22 tahun. Di dalam periode itu menurut cerita keluarga Yehuda, terjadi kelahiran anak-anak Yehuda mulai Er di Kejadian 38:3 sampai cucu Yehuda dari Peres, "anak-anak Peres ialah Hezron dan Hamul."[25] Menurut para sarjana tekstual, interupsi mendadak bagian bacaan ini terhadap narasi sekitarnya, dan anomali kronologis yang dihasilkannya, disebabkan bahan ini berasal dari sumber Yahwis, sementara narasi sekitarnya berasal dari Elohis[1][26][27]

Pergi ke Mesir

[sunting | sunting sumber]
  • Ketika 7 tahun masa kelaparan berjalan setahun, Yehuda dan 9 saudara laki-lakinya disuruh Yakub pergi untuk membeli gandum di Mesir. Yakub tidak membiarkan Benyamin, adik Yusuf, pergi bersama-sama dengan saudara-saudaranya, sebab pikirnya: "Jangan-jangan ia ditimpa kecelakaan nanti."[28]
  • Yusuf telah menjadi mangkubumi di negeri itu; dialah yang menjual gandum kepada seluruh rakyat negeri itu. Jadi ketika Yehuda dan saudara-saudaranya datang, kepadanyalah mereka menghadap dan sujud dengan mukanya sampai ke tanah. Ketika Yusuf melihat saudara-saudaranya, segeralah mereka dikenalnya, tetapi dia tidak dikenal mereka, maka ia berlaku seolah-olah ia seorang asing kepada mereka; ia menegor mereka dengan membentak, katanya: "Dari mana kamu?" Jawab mereka: "Dari tanah Kanaan untuk membeli bahan makanan." Lalu teringatlah Yusuf akan mimpi-mimpinya tentang mereka. Berkatalah ia kepada mereka: "Kamu ini pengintai, kamu datang untuk melihat-lihat di mana negeri ini tidak dijaga." Tetapi jawab mereka: "Tidak tuanku! Hanyalah untuk membeli bahan makanan hamba-hambamu ini datang. Kami ini sekalian anak dari satu ayah; kami ini orang jujur; hamba-hambamu ini bukanlah pengintai. Hamba-hambamu ini dua belas orang, kami bersaudara, anak dari satu ayah di tanah Kanaan, tetapi yang bungsu sekarang ada pada ayah kami, dan seorang sudah tidak ada lagi." Lalu kata Yusuf kepada mereka: "Sudahlah! Seperti telah kukatakan kepadamu tadi: kamu ini pengintai. Dalam hal ini juga kamu harus diuji: demi hidup Firaun, kamu tidak akan pergi dari sini, jika saudaramu yang bungsu itu tidak datang ke mari. Suruhlah seorang dari padamu untuk menjemput adikmu itu, tetapi kamu ini harus tinggal terkurung di sini. Dengan demikian perkataanmu dapat diuji, apakah benar, dan jika tidak, demi hidup Firaun, sungguh-sungguhlah kamu ini pengintai." Dan dimasukkannyalah mereka bersama-sama ke dalam tahanan 3 hari lamanya.[29]
  • Pada hari yang ke-3 berkatalah Yusuf kepada mereka: "Buatlah begini, maka kamu akan tetap hidup, aku takut akan Allah. Jika kamu orang jujur, biarkanlah dari kamu bersaudara tinggal seorang terkurung dalam rumah tahanan, tetapi pergilah kamu, bawalah gandum untuk meredakan lapar seisi rumahmu. Tetapi saudaramu yang bungsu itu haruslah kamu bawa kepadaku, supaya perkataanmu itu ternyata benar dan kamu jangan mati." Maka Yusuf mengambil Simeon dari antara mereka; lalu disuruh belenggu di depan mata mereka. Sesudah itu Yusuf memerintahkan, bahwa tempat gandum mereka akan diisi dengan gandum dan bahwa uang mereka masing-masing akan dikembalikan ke dalam karungnya, serta bekal mereka di jalan akan diberikan kepada mereka. Demikianlah dilakukan orang kepada mereka itu. Sesudah itu merekapun memuat gandum itu ke atas keledai mereka, lalu berangkat dari situ. Ketika mereka sampai kepada Yakub, ayah mereka, di tanah Kanaan, mereka menceritakan segala sesuatu yang dialaminya.[30]
  • Tetapi hebat sekali kelaparan di negeri itu. Dan setelah gandum yang dibawa mereka dari Mesir habis dimakan, berkatalah ayah mereka: "Pergilah pula membeli sedikit bahan makanan untuk kita." Lalu Yehuda menjawabnya: "Orang itu telah memperingatkan kami dengan sungguh-sungguh: Kamu tidak boleh melihat mukaku, jika adikmu itu tidak ada bersama-sama dengan kamu. Jika engkau mau membiarkan adik kami pergi bersama-sama dengan kami, maka kami mau pergi ke sana dan membeli bahan makanan bagimu. Tetapi jika engkau tidak mau membiarkan dia pergi, maka kami tidak akan pergi ke sana, sebab orang itu telah berkata kepada kami: Kamu tidak boleh melihat mukaku, jika adikmu itu tidak ada bersama-sama dengan kamu." Ketika Yakub masih tidak mau melepaskan Benyamin untuk pergi dengan mereka, berkatalah Yehuda kepada Israel, ayahnya: "Biarkanlah anak itu pergi bersama-sama dengan aku; maka kami akan bersiap dan pergi, supaya kita tetap hidup dan jangan mati, baik kami maupun engkau dan anak-anak kami. Akulah yang menanggung dia; engkau boleh menuntut dia dari padaku; jika aku tidak membawa dia kepadamu dan menempatkan dia di depanmu, maka akulah yang berdosa terhadap engkau untuk selama-lamanya. Jika kita tidak berlambat-lambat, maka tentulah kami sekarang sudah dua kali pulang." Barulah Yakub melepaskan Benyamin untuk pergi.[31]
  • Saat bertemu Yusuf lagi, Simeon dilepaskan dan mereka diundang ke rumah Yusuf untuk makan. Keesokan harinya mereka berangkat pulang beserta keledai mereka. Tetapi baru saja mereka keluar dari kota itu, belum lagi jauh jaraknya, datanglah kepala rumah Yusuf mengejar mereka, mengatakan bahwa piala Yusuf hilang. Maka kepala rumah itu memeriksa setiap karung gandum anak-anak Yakub dengan teliti; ia mulai dengan yang sulung sampai kepada yang bungsu; maka kedapatanlah piala itu dalam karung Benyamin. Saudara-saudara itu mengoyakkan jubahnya dan masing-masing memuati keledainya, dan mereka kembali ke kota.[32]
  • Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya sampai ke dalam rumah Yusuf, Yusuf masih ada di situ, sujudlah mereka sampai ke tanah di depannya. Berkatalah Yusuf kepada mereka: "Perbuatan apakah yang kamu lakukan ini? Tidakkah kamu tahu, bahwa seorang yang seperti aku ini pasti dapat menelaah?" Sesudah itu berkatalah Yehuda: "Apakah yang akan kami katakan kepada tuanku, apakah yang akan kami jawab, dan dengan apakah kami akan membenarkan diri kami? Allah telah memperlihatkan kesalahan hamba-hambamu ini. Maka kami ini, budak tuankulah kami, baik kami maupun orang pada siapa kedapatan piala itu." Tetapi jawab Yusuf: "Jauhlah dari padaku untuk berbuat demikian! Pada siapa kedapatan piala itu, dialah yang akan menjadi budakku, tetapi kamu ini, pergilah kembali dengan selamat kepada ayahmu." Lalu tampillah Yehuda mendekatinya dan berkata: "Mohon bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku dan janganlah kiranya bangkit amarahmu terhadap hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun sendiri. Tuanku telah bertanya kepada hamba-hambanya ini: Masih adakah ayah atau saudara kamu? Dan kami menjawab tuanku: Kami masih mempunyai ayah yang tua dan masih ada anaknya yang muda, yang lahir pada masa tuanya; kakaknya telah mati, hanya dia sendirilah yang tinggal dari mereka yang seibu, sebab itu ayahnya sangat mengasihi dia. Lalu tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Bawalah dia ke mari kepadaku, supaya mataku memandang dia. Tetapi jawab kami kepada tuanku: Anak itu tidak dapat meninggalkan ayahnya, sebab jika ia meninggalkan ayahnya, tentulah ayah ini mati. Kemudian tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Jika adikmu yang bungsu itu tidak datang ke mari bersama-sama dengan kamu, kamu tidak boleh melihat mukaku lagi... Kemudian berkatalah hambamu, ayahku, kepada kami: Kamu tahu, bahwa isteriku telah melahirkan dua orang anak bagiku; yang seorang telah pergi dari padaku, dan aku telah berkata: Tentulah ia diterkam oleh binatang buas, dan sampai sekarang aku tidak melihat dia kembali. Jika anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena nasib celaka. Maka sekarang, apabila aku datang kepada hambamu, ayahku, dan tidak ada bersama-sama dengan kami anak itu, padahal ayahku tidak dapat hidup tanpa dia, tentulah akan terjadi, apabila dilihatnya anak itu tidak ada, bahwa ia akan mati, dan hamba-hambamu ini akan menyebabkan hambamu, ayah kami yang ubanan itu, turun ke dunia orang mati karena dukacita. Tetapi hambamu ini telah menanggung anak itu terhadap ayahku dengan perkataan: Jika aku tidak membawanya kembali kepada bapa, maka akulah yang berdosa kepada bapa untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu, baiklah hambamu ini tinggal menjadi budak tuanku menggantikan anak itu, dan biarlah anak itu pulang bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Sebab masakan aku pulang kepada ayahku, apabila anak itu tidak bersama-sama dengan aku? Aku tidak akan sanggup melihat nasib celaka yang akan menimpa ayahku."[33]
  • Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi, ia menangis keras-keras dan berkata kepada saudara-saudaranya: "Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa?" Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia. Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: "Marilah dekat-dekat." Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir...Sebab itu ceritakanlah kepada bapa segala kemuliaanku di negeri Mesir ini, dan segala yang telah kamu lihat, kemudian segeralah bawa bapa ke mari"[34]
  • Maka berangkatlah Yakub dan keluarganya ke Mesir. Yehuda pergi dengan anak-anak keturunannya. Anak-anak Yehuda ialah [[Er bin Yehuda|, Onan, Syela, Peres dan Zerah; tetapi Er dan Onan mati di tanah Kanaan; dan anak-anak Peres ialah Hezron dan Hamul.[25]
  • Yakub menyuruh Yehuda berjalan lebih dahulu mendapatkan Yusuf, supaya Yusuf datang ke Gosyen menemui ayahnya. Sementara itu sampailah mereka ke tanah Gosyen.[35]

Wasiat Yakub

[sunting | sunting sumber]

Sebelum matinya, Yakub memanggil anak-anaknya dan berkata: "Datanglah berkumpul, supaya kuberitahukan kepadamu, apa yang akan kamu alami di kemudian hari. Tentang Yehuda, Yakub berkata:[36]

  • Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya?
  • Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia (Shiloh = Mesias) datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.
  • Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur. Matanya akan merah karena anggur dan giginya akan putih karena susu.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Jewish Encyclopedia
  2. ^ Kitab Yobel 28:15
  3. ^ Sefer haYashar (midrash), Shemot
  4. ^ a b Kejadian 29:35
  5. ^ Nashim Sotah 10b
  6. ^ Peake's Commentary on the Bible
  7. ^ Kejadian 35:27
  8. ^ Kejadian 37:1
  9. ^ Kejadian 37:2–11
  10. ^ Kejadian 37:12–36
  11. ^ Kejadian 38:1–2
  12. ^ Kitab Yobel 34:20
  13. ^ Sefer haYasher (midrasi), Wayesew
  14. ^ Kejadian 38:2–5
  15. ^ Kejadian 38:6–7
  16. ^ Kejadian 38:8–10
  17. ^ Kejadian 38:11,14
  18. ^ Kejadian 38:12–19
  19. ^ Kejadian 38:20–23
  20. ^ Kejadian 38:24–26
  21. ^ Kejadian 38:27–30
  22. ^ Kejadian 38
  23. ^ Kejadian 37:2
  24. ^ Kejadian 41:46
  25. ^ a b Kejadian 46:12
  26. ^ Thomas Kelly Cheyne dan John Sutherkand Black, Encyclopedia Biblica
  27. ^ Richard Elliott Friedman, Who wrote the Bible?
  28. ^ Kejadian 42:3–4
  29. ^ Kejadian 42:5–17
  30. ^ Kejadian 42:13–35
  31. ^ Kejadian 43:1–15
  32. ^ Kejadian 44:1–13
  33. ^ Kejadian 44:14–34
  34. ^ Kejadian 45:1–13
  35. ^ Kejadian 46:28
  36. ^ Kejadian 49:8–12
  • Winckler, Geschichte Israels (Berlin, 1895)
  • Ed. Meyer, Die Israeliten und ihre Nachbarstämme (Halle, 1906)
  • Haupt, dalam Studien ... Welthausen gewidmet (Giessen, 1914)