Lompat ke isi

Tentara permanen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tentara permanen, adalah tentara selamanya yang sering kali profesional dan tidak seperti pasukan cadangan. Tentara permanen terdiri dari tentara penuh waktu (yang bisa jadi tentara karier atau wajib militer) dan tidak dibubarkan selama masa damai. Tentara permanen berbeda dengan pasukan cadangan yang terdaftar untuk jangka panjang, tetapi hanya diaktifkan selama perang atau bencana alam, dan berbeda pula dengan tentara sementara, yang diambil dari penduduk sipil hanya selama perang atau adanya ancaman perang dan dibubarkan begitu perang atau ancaman berakhir. Istilah tentara permanen berasal dari sekitar tahun 1600, meskipun fenomena yang digambarkannya jauh lebih tua.[1]

Sejarah kuno

[sunting | sunting sumber]

Mesopotamia

[sunting | sunting sumber]

Raja Tiglath-Pileser III dari Asyur (berkuasa 745–727 SM) menciptakan pasukan permanen pertama Asyur.[2][3] Tiglath-Pileser III membubarkan milisi dan sebagai gantinya membayar tentara profesional atas jasa mereka. Tentaranya terdiri dari pasukan besar Asyur tetapi dilengkapi dengan tentara bayaran asing dan negara bawahan. Tentara tetap yang ia ciptakan adalah institusi administratif dan ekonomi paling canggih pada masanya, dan merupakan mesin perekonomian Asyur yang memanfaatkan peperangan.[4]

Yunani kuno

[sunting | sunting sumber]

Tentara permanen pertama yang diketahui di Eropa berada di Yunani kuno. Laki-laki Sparta kuno berfungsi sebagai tentara permanen, tidak seperti semua negara-kota (polis) lainnya, yang pasukannya adalah milisi warga. Keberadaan populasi Helot yang diperbudak membebaskan Sparta dari kebutuhan untuk bekerja mencari nafkah, memungkinkan mereka untuk memfokuskan waktu dan energi mereka pada pelatihan bela diri. Philip II dari Makedonia melembagakan tentara profesional pertama, dengan tentara dan kavaleri yang dibayar untuk layanan mereka sepanjang tahun, daripada milisi pria yang kebanyakan mencari nafkah dengan bertani dan kadang-kadang dikumpulkan untuk kampanye pertempuran.[5]

Romawi kuno

[sunting | sunting sumber]

Di bawah pemerintahan Augustus, kaisar Romawi pertama, pasukan profesional terbentuk di Kekaisaran Romawi yang secara bertahap dilembagakan, dengan gaji yang teratur. Kekuatan profesional legiun ini mahal untuk dipertahankan, tetapi mendukung otoritas kekaisaran, tidak hanya sebagai pasukan tempur tetapi juga sebagai pasukan polisi provinsi, insinyur Romawi, dan penjaga.[6] Para legiun adalah sukarelawan dari warga negara yang berhak atas hadiah bebas setelah 25 tahun menjalani masa dinas dengan terhormat; pasukan pelengkap legiun adalah auxilia, pasukan tambahan yang terdiri dari non-warga di provinsi yang biasanya memperoleh kewarganegaraan sebagai hadiah atas masa tugasnya.[6]

Sejarah setelah zaman klasik

[sunting | sunting sumber]

Kekaisaran Ottoman

[sunting | sunting sumber]

Tentara permanen modern pertama di Eropa adalah Yanisari dari Kekaisaran Ottoman yang dibentuk pada abad ke-14.[7][8]

Tercio Kekaisaran Spanyol adalah merupakan unit berdiri Spanyol pertama yang terdiri dari tentara profesional. Komposisi tombak dan tembakan memastikan dominasi di medan perang Eropa dari abad ke-16 hingga paruh pertama abad ke-17. Walaupun kekuatan lainnya menerapkan formasi tercio, pasukan mereka tidak sebanding dengan reputasi Spanyol yang menakutkan, yang dimana initi dari pasukan profesional memberikan mereka sebuah ujung yang negara lainnya sulit untuk ditandingi.[9]

Kerajaan Majapahit

[sunting | sunting sumber]

Thalasokrasi Majapahit dicatat oleh pengamat Tiongkok dengan mempunyai 30,000 pasukan profesional permanen, yang prajurit dan komandannya dibayar emas. Hal in menunjukkan keberadaan sebuah tentara tetap, sebuah keberhasilan yang hanya dapat dicapai oleh segelintir kerajaan di Asia Tenggara.[10]:185[11]:467 Sebagai tambahan untuk tentara-tentara permanen ini, Majapahit diperkuat oleh pasukan dari negara-negara bawahan dan para pemimpin daerah.[12]:277 Seperti yang lazim terjadi di Asia Tenggara, Majapahit juga menerapkan sistem retribusi, nyatanya pasukan Majapahit mayoritas adalah retribusi.[13]:111–113

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Standing army, Dictionary.com; accessed 2012.03.22.
  2. ^ Howard, Michael (2002). Transnationalism in Ancient and Medieval Societies: The Role of Cross-Border Trade and Travel. McFarland. hlm. 36. ISBN 978-0786468034. Diakses tanggal 21 March 2016. 
  3. ^ Schwartzwald, Jack (2014). The Ancient Near East, Greece and Rome: A Brief History. McFarland. hlm. 24. ISBN 978-0786478064. 
  4. ^ Axelrod, Alan (2019-08-26). 100 Turning Points in Military History (dalam bahasa Inggris). Rowman & Littlefield. ISBN 978-1-4930-3746-9. 
  5. ^ Roy, Kaushik (2015-06-03). Warfare in Pre-British India – 1500 BCE to 1740 CE (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 9781317586913. 
  6. ^ a b Christopher J. Fuhrmann, Policing the Roman Empire: Soldiers, Administration, and Public Order (Oxford University Press, 2012), pp. 104–05, 239–40.
  7. ^ Lord Kinross (1977). Ottoman Centuries: The Rise and Fall of the Turkish Empire. New York: Morrow Quill Paperbacks, 52. ISBN 0-688-08093-6.
  8. ^ Goodwin, Jason (1998). Lords of the Horizons: A History of the Ottoman Empire. New York: H. Holt, 59,179–181. ISBN 0-8050-4081-1.
  9. ^ Lynch, John. The Hispanic World in Crisis and Change, 1578–1700 Cambridge: Blackwell, 1992. Page 117.
  10. ^ Miksic, John M. (2013). Singapore and the Silk Road of the Sea, 1300-1800. NUS Press. ISBN 9789971695583. 
  11. ^ Miksic, John N.; Goh, Geok Yian (2017). Ancient Southeast Asia. London: Routledge. 
  12. ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. ISBN 981-4155-67-5. 
  13. ^ Oktorino, Nino (2020). Hikayat Majapahit - Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN 978-623-00-1741-4.