Lompat ke isi

Sakit tenggorokan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sakit tenggorokan
Virus penyebab utama sakit tenggorokan.
ICD-10J02, J31.2
ICD-9472.1
DiseasesDB24580
MedlinePlus000655
eMedicineemerg/419
MeSHD010612

Sakit tenggorokan disebabkan iritasi pada tenggorokan. Merupakan gejala umum yang biasanya disebabkan oleh faringitis akut (inflamasi tenggorokan), meskipun dapat juga disebabkan oleh trauma, difteri, atau kondisi lainnya.

Sakit tenggorokan adalah nyeri di manapun di tenggorokan.[1]

Diagnosis diferensial

[sunting | sunting sumber]

Sakit tenggorokan biasanya disebabkan oleh iritasi atau inflamasi. Penyebab utama (80%) adalah faringitis viral akut, suatu infeksi virus pada tenggorokan.[1] Penyebab lain mencakup infeksi lainnya (seperti faringitis streptokokus), trauma, dan tumor.[1] Gastroesophageal (acid) reflux disease dapat menyebabkan asam lambung berbalik ke tenggorokan dan juga dapat menyebabkan iritasi tenggorokan.[2] Faringitis streptokokus pada anak-anak merupakan penyebab 37% sakit tenggorokan.[3]

Pengelolaan

[sunting | sunting sumber]

Analgesik seperti non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dan parasetamol (asetaminofen) dapat membantu mengelola rasa sakit.[4][5] Mayo Clinic menyarankan berkumur dengan air garam hangat dan istirahat dari bersuara. Gejala tanpa pengobatan biasanya berlangsung selama dua hingga tujuh hari.[6]

Ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa dengan minum air hangat dapat meringankan gejala pilek, termasuk sakit tenggorokan. Namun, tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung pendapat tersebut.[7] Jika sakit tenggorokan disebabkan oleh amandel, minuman dingin mungkin dapat membantu untuk meringankan gejalanya.[8]

Epidemiologi

[sunting | sunting sumber]

Di Amerika Serikat terdapat sekitar 2.4 juta kunjungan departemen darurat dengan keluhan seputar tenggorokan per tahun.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Marx, John (2010). Rosen's emergency medicine: concepts and clinical practice 7th edition. Philadelphia, PA: Mosby/Elsevier. hlm. Chapter 30. ISBN 978-0-323-05472-0. 
  2. ^ "Sore Throat and Other Throat Problems-Topic Overview". 
  3. ^ Shaikh N, Leonard E, Martin JM (September 2010). "Prevalence of streptococcal pharyngitis and streptococcal carriage in children: a meta-analysis". Pediatrics. 126 (3): e557–64. doi:10.1542/peds.2009-2648. PMID 20696723. 
  4. ^ Thomas M, Del Mar C, Glasziou P (October 2000). "How effective are treatments other than antibiotics for acute sore throat?". Br J Gen Pract. 50 (459): 817–20. PMC 1313826alt=Dapat diakses gratis. PMID 11127175. 
  5. ^ Hayward, G (Oct 17, 2012). Thompson, Matthew J, ed. "Corticosteroids as standalone or add-on treatment for sore throat". Cochrane Database of Systematic Reviews. 10: CD008268. doi:10.1002/14651858.CD008268.pub2. PMID 23076943. 
  6. ^ Thompson, M; Vodicka, TA; Blair, PS; Buckley, DI; Heneghan, C; Hay, AD; TARGET Programme, Team (Dec 11, 2013). "Duration of symptoms of respiratory tract infections in children: systematic review". BMJ (Clinical research ed.). 347: f7027. doi:10.1136/bmj.f7027. PMC 3898587alt=Dapat diakses gratis. PMID 24335668. 
  7. ^ "Hot drinks ease cold and flu". nhs.uk (dalam bahasa Inggris). 2008-12-10. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-08. Diakses tanggal 2019-03-10. 
  8. ^ Bathala, S; Eccles, R (2013-3). "A review on the mechanism of sore throat in tonsillitis". The Journal of Laryngology & Otology (dalam bahasa Inggris). 127 (03): 227–232. doi:10.1017/S0022215112003003. ISSN 0022-2151.