Lompat ke isi

Quranisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Quranisme (bahasa Arab: قرآنيون, Qurʾāniyūn) adalah aliran Islam yang percaya bahwa Quran adalah satu-satunya sumber autentik agama Islam. Para Quranis umumnya menolak kewenangan hadits atas agama. Ini berbeda dengan aliran Sunni, Syi'ah, dan Ibadi yang sama-sama menganggap pentingnya hadits dalam agama Islam.[1]

Quranis menolak kewenangan hadits pada ranah teologi. Mereka berpegangan pada ayat-ayat Quran yang diyakini mendukung pandangan mereka bahwa semua perintah atau instruksi yang diperlukan seorang Muslim bisa ditemukan di dalam Quran tanpa perlu merujuk pada hadits:[2]

...dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan, dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Al-Kahfi 18:54)[2]

Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'An'am 6:114-115)[2]

Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. - Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya? (Al-Jasiyah 45:2-6)[2]

Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini? (Al-Waqi'ah 56:77-81)[2]

Maka kepada perkataan apakah selain Al Quran ini mereka akan beriman? (Al-Mursalat 77:50)[2]

Sejauh mana penolakan keautentikan Sunnah oleh para Quranis masih belum jelas,[3] namun kelompok-kelompok yang lebih dominan sangat mengkritik keautentikan hadits dan menolaknya karena berbagai alasan. Alasan yang paling umum adalah bahwa hadits tidak disebutkan dalam Quran sebagai sumber teologi dan praktik Islam, hadits tidak muncul dalam bentuk tertulis sampai lebih dari dua abad setelah wafatnya Muhammad, dan hadits mengandung kesalahan dan kontradiksi internal.[3][4]

Quranis ternama

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "The Quranist Path". Diakses tanggal 14 December 2011. 
  2. ^ a b c d e f Edip Yuksel, Layth Saleh al-Shaiban, Martha Schulte-Nafeh, Quran: A Reformist Translation, Brainbow Press, 2007
  3. ^ a b Richard Stephen Voss, Identifying Assumptions in the Hadith/Sunnah Debate, 19.org, Accessed December 5, 2013
  4. ^ Aisha Y. Musa, The Qur’anists, Florida International University, accessed May 22, 2013.
  5. ^ "About Us". Ahl-alquran.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-31. Diakses tanggal February 6, 2010. 
  6. ^ S I L E N C E D . . . .? ( The case of Moulavi Chekanoor ) Diarsipkan 2014-02-04 di Wayback Machine., chekanoormolavi.com, accessed October 7, 2013
  7. ^ I. M. Al-Jubouri, Islamic Thought: From Mohammed to September 11, Xlibris, 2010, pg. 147
  8. ^ Khaled Ahmed, A matter of interpretation, The Express Tribune, accessed July 30, 2013
  9. ^ Who is Asarulislam to tell you what you should do?, quaideazam.com, Accessed December 5, 2013
  10. ^ Aisha Y. Musa. Hadith as Scripture; Discussions on the Authority of Prophetic Traditions in Islam 2008, ISBN 978-0-230-60535-0.
  11. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-10. Diakses tanggal 2014-02-15. 
  12. ^ Jamie Glazov. From Radical to Reformed Muslim Diarsipkan 2013-01-03 di Archive.is. FrontPageMag.com, December 04, 2007.
  13. ^ Jeffrey T. Kenney and Ebrahim Moosa, Islam in the Modern World, Routledge, 2013, p. 21.

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Aisha Y. Musa, Hadith as Scripture: Discussions on the Authority of Prophetic Traditions in Islam, New York: Palgrave, 2008. ISBN 0-230-60535-4.
  • Ali Usman Qasmi, Questioning the Authority of the Past: The Ahl al-Qur'an Movements in the Punjab, Oxford University Press, 2012. ISBN 0-19-547348-5.
  • Daniel Brown, Rethinking Tradition in Modern Islamic Thought, Cambridge University Press, 1996. ISBN 0-521-65394-0.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]