Pasar obligasi
Pasar obligasi adalah segmen dari pasar keuangan yang berfungsi sebagai tempat untuk memperjualbelikan instrumen obligasi. Pasar ini memiliki peran dalam perekonomian global, khususnya dalam mendukung pembiayaan sektor publik dan swasta serta sebagai alternatif investasi bagi individu dan institusi. Pasar obligasi terbagi menjadi dua bentuk. Pasar primer merupakan tempat obligasi pertama kali diterbitkan dan dijual kepada investor, kemudian pasar sekunder menjadi tempat investor memperdagangkan obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya. Obligasi yang diperdagangkan di pasar ini biasanya memiliki tenor bervariasi, tingkat bunga tetap atau mengambang, dan risiko yang tergantung pada kualitas kredit penerbit.[butuh rujukan]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Zaman kuno
[sunting | sunting sumber]Pada zaman kuno, bentuk awal surat utang sudah ada sejak Kekaisaran Romawi dan Mesopotamia. Pada masa itu, peminjaman uang antara kerajaan atau individu dilakukan dengan jaminan tertentu. Meski belum dalam bentuk obligasi modern, praktik ini menjadi cikal bakal pembiayaan berbasis utang. Berlanjut masa Eropa abad ke-12, kota-kota seperti Venice, Genoa, dan Florence mulai menerbitkan surat utang untuk membiayai perang dan pembangunan infrastruktur. Surat utang ini menjadi instrumen yang mirip dengan obligasi pemerintah saat ini. Kemudian abad ke-17, Belanda menjadi negara pertama yang menggunakan obligasi secara terorganisasi untuk mendanai perang melawan Spanyol. Obligasi ini menjadi populer karena memberikan imbal hasil tetap kepada investor.
Abad ke-18 sampai ke-21
[sunting | sunting sumber]Selama abad ke-18, Inggris mulai mengeluarkan surat utang yang dikenal sebagai consol bonds, yaitu obligasi pemerintah tanpa tanggal jatuh tempo yang memberikan pembayaran bunga secara terus-menerus. Pada periode ini, pasar obligasi mulai berkembang di Amerika Serikat untuk membiayai perang kemerdekaan. Alexander Hamilton, Menteri Keuangan AS pertama, memainkan peran penting dalam memperkenalkan sistem obligasi pemerintah. Dengan munculnya revolusi industri, kebutuhan pembiayaan meningkat pesat. Obligasi korporasi mulai diterbitkan oleh perusahaan untuk membiayai pembangunan rel kereta api, infrastruktur, dan ekspansi industri.
Pemerintah juga menerbitkan obligasi untuk membangun infrastruktur publik seperti jalan, jembatan, dan kanal. Setelah Perang Dunia I dan II, banyak negara menerbitkan obligasi untuk membiayai rekonstruksi pascaperang. Pada dekade 1970-an, pasar obligasi internasional mulai berkembang dengan diterbitkannya eurobond, yaitu obligasi yang diterbitkan di luar yurisdiksi domestik penerbitnya. Di Indonesia, pasar obligasi modern mulai berkembang pada tahun 1990-an, ditandai dengan diterbitkannya Surat Utang Negara (SUN) oleh pemerintah sebagai salah satu bentuk pembiayaan anggaran negara. Perkembangan teknologi mendorong digitalisasi perdagangan obligasi, memungkinkan transaksi dilakukan secara daring melalui platform perdagangan elektronik. Inovasi seperti obligasi hijau (green bonds) dan obligasi sosial muncul untuk mendukung pembiayaan proyek-proyek berkelanjutan dan tanggung jawab sosial.
Jenis-jenis obligasi
[sunting | sunting sumber]Terdapat empat jenis obligasi pada pasar obligasi. Obligasi pemerintah merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara untuk membiayai pengeluaran publik atau proyek infrastruktur. Contohnya adalah Obligasi Negara Ritel (ORI) di Indonesia. Obligasi korporasi merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan swasta untuk mendapatkan dana bagi ekspansi atau kebutuhan bisnis lainnya. Obligasi daerah merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek lokal. Obligasi internasional merupakan obligasi yang diterbitkan di luar negara asal penerbit, seringkali dalam mata uang yang berbeda.[1]
Fungsi
[sunting | sunting sumber]Keberadaan pasar obligasi memberikan beberapa fungsi terhadap perekonomian. Adanya pasar obligasi sebagai sumber pendaan untuk membantu pemerintah dan korporasi mendapatkan dana untuk membiayai berbagai kebutuhan, seperti infrastruktur dan operasi. Investor dapat memanfaatkan pasar ini untuk memperoleh penghasilan tetap melalui kupon obligasi dan keuntungan dari kenaikan harga obligasi di pasar sekunder. Dengan menyediakan likuiditas dan instrumen investasi yang aman, pasar obligasi membantu menciptakan stabilitas di pasar keuangan. Selain itu, hasil dari perdagangan obligasi sering digunakan sebagai acuan dalam menentukan suku bunga di sektor keuangan.
Risiko
[sunting | sunting sumber]- Risiko kredit merupakan risiko gagal bayar oleh penerbit obligasi.
- Risiko suku bunga karena harga obligasi dapat turun ketika suku bunga naik.
- Risiko likuiditas yang disebabkan karena kesulitan menjual obligasi di pasar sekunder karena kurangnya pembeli.
- Risiko valuta asing khususnya untuk obligasi internasional, perubahan nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi nilai investasi.
Pasar obligasi di Indonesia
[sunting | sunting sumber]Di Indonesia, pasar obligasi berkembang pesat dengan diterbitkannya berbagai instrumen seperti Obligasi Negara Ritel (ORI), Surat Utang Negara (SUN), dan Sukuk Negara. Bursa Efek Indonesia (BEI) memfasilitasi perdagangan obligasi di pasar sekunder.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Pamungkas, Glugut Hari. "Apa Itu Obligasi: Pengertian, Jenis dan Bedanya Dengan Saham". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2024-12-11.
- ^ "Surat Utang (Obligasi)". suit-baze. Diakses tanggal 2024-12-11.