Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah kondisi kesadaran yang tinggi akan dirinya sendiri. Hal ini tidak sama dengan kesadaran dalam arti qualia. Dalam pengertian kontemporer, kesadaran diri adalah absorpsi dengan dirinya sendiri, terutama tentang bagaimana orang lain mungkin melihat penampilan atau tindakan seseorang. Secara historis, "kesadaran diri" identik dengan "keinsafan diri", mengacu pada keadaan kesadaran bahwa seseorang ada dan bahwa seseorang memiliki kesadaran.[1] Namun, "sadar diri" dan "keinsafan diri" kadang-kadang masih digunakan secara bergantian, khususnya dalam filsafat, kesadaran diri sekarang juga umum digunakan untuk merujuk pada keadaan kesadaran tentang bagaimana seseorang memandang orang lain (wawas diri). Perasaan kesadaran diri yang tidak menyenangkan dapat terjadi ketika seseorang menyadari bahwa dia sedang diawasi atau diamati, perasaan bahwa "semua orang melihat" pada diri sendiri. Beberapa orang biasanya lebih sadar diri daripada yang lain. Perasaan tidak menyenangkan dari kesadaran diri kadang-kadang dikaitkan dengan rasa malu atau paranoia. Tidak semua orang bisa memunculkan rasa kesadaran dalam dirinya. "Sadar diri" penuh biasanya akan muncul dalam diri seseorang jika orang tersebut sudah melalui proses pendewasaan diri dan mental.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Laing, R.D. (1960) The Divided Self: An Existential Study in Sanity and Madness. Harmondsworth: Penguin (this book has a chapter explaining self-consciousness).
- ^ Richard P. Lipka/Thomas M. Brinthaupt Self-perspectives Across the Life Span, p. 228, SUNY Press, 1992 ISBN 978-0-7914-1003-5
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- "Self-Consciousness" by Md. Uriah Kriegel, Internet Encyclopedia of Philosophy