Guangxu
Kaisar Guangxu | |||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kaisar Dinasti Qing | |||||||||||||||||
Kaisar Dinasti Qing ke-11 | |||||||||||||||||
Berkuasa | 25 Februari 1875 – 14 November 1908 | ||||||||||||||||
Pendahulu | Kaisar Tongzhi | ||||||||||||||||
Penerus | Kaisar Xuantong | ||||||||||||||||
Wali | Ibu Suri Agung Ci'an (1875-1881) Ibu Suri Agung Cixi (1875-1908) | ||||||||||||||||
Kelahiran | Zaitian 14 Agustus 1871 Pangeran Chun Mansion, Beijing, Dinasti Qing | ||||||||||||||||
Kematian | 14 November 1908 Zhongnanhai, Beijing, Dinasti Qing | (umur 37)||||||||||||||||
Pemakaman | Chongling Mausoleum, Kuburan Barat Qing, Tiongkok | ||||||||||||||||
Pasangan | Permaisuri Xiao Ding Jing Selir Jin Selir Zhen | ||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
Wangsa | Rumah Aisin-Gioro | ||||||||||||||||
Ayah | Yixuan, Pangeran Chun | ||||||||||||||||
Ibu | Yehenara Wanzhen |
Kaisar Guangxu (Tionghoa: 光緒帝; pinyin: Guāngxùdì, 14 Agustus 1871–14 November 1908) adalah kaisar Dinasti Qing ke-11 dan Kaisar Qing ke-9 yang memerintah seluruh Tiongkok. Kekuasaannya berlangsung dari tahun 1875 hingga 1908, tetapi kenyataannya ia berkuasa di bawah pengaruh Ibu Suri Cixi. Ia melancarkan Reformasi Seratus Hari, tetapi dihentikan ketika Cixi melakukan kudeta tahun 1898, dan setelah itu ia berada dalam tahanan rumah hingga kematiannya. Nama eranya bermakna "Suksesi Mulia".
Biografi
[sunting | sunting sumber]Lahir sebagai Zaitian (載湉) di Kota terlarang pada tanggal 14 Agustus 1871 di Kota Terlarang dari pasangan Yixuan, Pangeran Chun dan Yehenara Rong, adik perempuan dari Ibu Suri Cixi.
Perjalanan Menuju Tahta
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1875, Kaisar Tongzhi mangkat dan tidak mempunyai keturunan. Ibu Suri Ci'an menyarankan putera dari Pangeran Gong sebagai Kaisar yang baru, akan tetapi ditolak oleh Ibu Suri Cixi dan malahan melanggar ketentuan bahwa Kaisar baru harus selalu berasal dari keturunan Kaisar yang mangkat. Cixi menyarankan putera dari Pangeran Chun I, Zaitian sebagai Kaisar dan semua keluarga kerajaan menyetujuinya.
Guangxu menerima tahta pada umur 4 tahun dan diadopsi Cixi sebagai puteranya. Untuk sementara, Cixi tetap memerintah sebagai wangsa dengan gelar Ibu Suri Agung. Pada masa kanaknya, Guangxu dididik oleh Weng Tonghe yang kemudian menjadi orang dekatnya.
Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Walaupun Guangxu adalah Kaisar yang resmi, Cixi tetap melanjutkan pengaruh pada keputusan dan tindakannya, meskipun Cixi pernah berada dalam Istana Kerajaan Yiheyuan yang dibangun oleh ayahnya Guangxu dengan maksud tidak mencampuri urusan politik.
Setelah mengambil alih kekuasaan, Guangxu ternyata lebih reformis dibandingkan dengan Cixi yang berhaluan konservatif. Dia percaya bahwa belajar dari Monarki Konstitusional seperti Jepang, Tiongkok akan menjadi lebih kuat dalam hal politik dan ekonomi. Pada bulan juni 1898, Guangxu mulai menjalankan "Reformasi Seratus Hari", menitik beratkan kepada perubahan politik, legalitas dan budaya. Untuk sementara waktu, setelah pensiunnya Ibu Suri Cixi, Kaisar Guangxu menerbitkan titah untuk sejumlah besar reformasi modernisasi dengan bantuan dari sarjana kerajaan seperti Kang Youwei dan Liang Qichao.
Perubahan meliputi dari infrastrukstur sampai industri dan sistem pengujian sipil. Guangxu mengeluarkan dekret yang memperbolehkan didirikannya Universitas modern di Beijing, pembangunan rel kereta api Lu-Han dan sistem anggaran yang mirip dengan negara barat. Tujuan utamanya adalah untuk membuat Tiongkok menjadi modern, kerajaan konstitusional, tetapi tetap dengan kerangka kerja tradisional seperti halnya Restorasi Meiji di Jepang.
Dalam masa reformasi tersebut, banyak pejabat yang tidak berguna dipecat oleh Guangxu. Para mantan pejabat itu kemudian mencari Cixi dan memohon bantuan. Cixi sadar bahwa untuk menjaga pengaruh dan kekuasaannya adalah hanya dengan melancarkan kudeta militer. Guangxu mengetahui maksud Cixi dan memerintahkan Kang Youwei dan sekutunya untuk merencanakan tindakan pencegahan. Kemudian mereka memutuskan untuk menggunakan Jenderal Yuan Shikhai yang mempunyai pasukan yang telah dimodernisasi walaupun hanya dengan kekuatan 6,000 prajurit. Sedangkan Cixi mengandalkan pasukan Jenderal Ronglu di kota Tianjin.
Yuan Shikai adalah seorang politikus yang handal, dia memilih jalur politik terbaik yaitu dengan mengungkapkan semua rencana Guangxu ke Jenderal Ronglu. Pada bulan September 1898, pasukan Jenderal Ronglu mengepung Kota Terlarang ketika Guangxu akan melaksanakan rencananya. Guangxu ditangkap dan dibawa ke istana kecil dan dijadikan tahanan rumah di sebuah pulau di tengah danau yang terhubung dengan Kota Terlarang. Kemudian Cixi mengeluarkan titah yang mengatakan bahwa Guangxu tidak cocok sebagai seorang Kaisar serta membeberkan sejumlah aibnya. Sejak itu, pengaruh dan kekuatan Guangxu sebagai seorang Kaisar sudah berakhir.
Para pendukung Guangxu kebanyakan dihukum mati, salah satunya adalah Tan Sitong, seorang seniman yang kemudian dihukum pancung oleh Cixi. Sedangkan Kang Youwei diasingkan keluar kota, tetapi tetap mengabdi kepada Dinasti Qing, setia kepada Guangxu dan berharap suatu hari bisa memulihkan kembali kekuasaan Guangxu.
Pada tanggal 14 Agustus 1900, Aliansi Delapan Negara dari negara barat dan Jepang berhasil menguasai kota Beijing. Guangxu dan Cixi mengungsi ke kota Xi'an dengan pakaian rakyat biasa. Setelah pasukan delapan negara ditarik, Guangxu dan Cixi kembali ke Beijing. Untuk mengatasi kebosanan, Guangxu meyibukkan diri dengan mengutak - atik jam tangan dan jam dinding yang sudah digemarinya dari masa kanak - kanak.
Kematian
[sunting | sunting sumber]Kaisar Guangxu mangkat pada tanggal 14 Oktober November 1908 pada umur 37 tahun, satu hari sebelum Cixi mangkat. Banyak spekulasi mengenai kematian Guangxu, diantaranya karena sakit keras karena banyak tekanan dan stress yang dialaminya. Menurut Puyi, Cixi sadar ajalnya sudah tiba dan kemudian merancuni Guangxu karena takut jika ia meninggal, Guangxu akan kembali berkuasa dan kembali melanjutkan Reformasi Seratus Hari. Hal tersebut dibeberkan oleh seorang kasim tua kepada Puyi. Guangxu dimakamkan di Pusara Qing Barat, kompleks makam Guangxu kini dibuka untuk umum sebagai objek wisata.
Pada tahun 2003, pemerintah Tiongkok melakukan sebuah riset dengan mengambil rambut Guangxu sebagai sampel. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa kandungan arsenic dalam tubuh Guangxu melebihi orang biasa sampai 2000 kali lipat. Jadi kemungkinan besar bahwa Guangxu diracuni oleh Cixi adalah kenyataan.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]Kakek: Aisin-Gioro Minning, Kaisar Daoguang.
Nenek: Selir Mulia Lin (琳皇贵妃), dari Klan Uya.
Ayah: Yixuan, Pangeran Chun
Ibu: Yehenara Wanzhen, istri utama Pangeran Chun. Berasal dari Klan Yehe-Nara. Yehenara Wanzhen adalah saudara perempuan Yehenara Xingzhen (Ibu Suri Cixi).
Istri:
1. Yehanara Jingfen, permaisurinya. Dikenal juga dengan gelar Ibu Suri Longyu.Yehenara Jingfen berasal dari Klan Yehe-Nara. Yehenara Jingfen merupakan keponakan Ibu Suri Cixi. Gelar kehormatannya, Permaisuri Xiao Ding Jing.
2. Selir Jin (瑾妃), berasal dari Klan Hitara. Dia adalah kakak perempuan Selir Zhen. Pada masa pemerintahan Kaisar Xuantong, dia dikenal dengan gelar Janda Selir Mulia Kekaisaran Duankang. Gelar kehormatannya, Selir Mulia Kaisar Wenjing.
3. Selir Zhen (珍妃), berasal dari Klan Hitara. Dia merupakan istri favorit Kaisar Guangxu. Gelar kehormatannya, Selir Mulia Kaisar Keshun.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- People's Daily, Overseas Issue, 7 November 2008
- "Arsenic killed Chinese emperor, reports say". http://edition.cnn.com Diarsipkan 2018-03-10 di Wayback Machine..
Guangxu Lahir: 14 Agustus 1871 Meninggal: 14 November 1908
| ||
Didahului oleh: Kaisar Tongzhi |
Kaisar Tiongkok 1875–1908 |
Diteruskan oleh: Kaisar Xuantong |