Bahasa Okinawa Kuno
Bahasa Okinawa Kuno | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Dituturkan di | Kerajaan Ryukyu | ||||||||
Wilayah | Pulau Okinawa | ||||||||
Era | abad ke-15 hingga ke-17, kemudian berkembang menjadi bahasa Okinawa Pertengahan | ||||||||
| |||||||||
Aksara Tionghoa dan Kana | |||||||||
Status resmi | |||||||||
Bahasa resmi di | Kerajaan Ryukyu | ||||||||
Kode bahasa | |||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||
| |||||||||
Lokasi penuturan | |||||||||
Penyebaran bahasa Okinawa Kuno pada abad ke-15 hingga ke-16. Tempat asal mula puisi-puisi tertentu, termasuk Omoro Sōchi, di mana sebagian penduduknya, terutama para bangsawan, mengenal bahasa Okinawa Kuno. | |||||||||
Portal Bahasa | |||||||||
Bahasa Okinawa Kuno adalah tahap terawal bahasa Okinawa yang memiliki bukti tertulis pada abad ke-15 hingga ke-17.[3][4][penjelas 1][5][6]
Penggolongan
[sunting | sunting sumber]Bahasa Okinawa Kuno merupakan suatu bahasa Ryukyu, merupakan bentuk awal dari bahasa Okinawa sebelum tahap pertengahan.[7][8][9][10]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Bahasa Proto-Ryukyu Utara merupakan leluhur dari bahasa Okinawa, Kunigami, Yoron dan bahasa-bahasa Ryukyu Utara lainnya dituturkan pada abad ke-12 hingga ke-13.[11][12]
Bahasa Okinawa Kuno menjadi bahasa resmi dan kesusastraan Kerajaan Ryukyu pada abad ke-15.[13][14] Ryukyu kemudian menjadi bawahan Domain Satsuma pada abad ke-17 sehingga membuat bahasa ini berkembang menjadi bahasa Okinawa Pertengahan.[15][16]
Istilah "Okinawa Kuno" juga sesuai dengan tahap pertama Okinawa pramodern, sistem tahap tersebut digunakan oleh Hokama (1977, 1981). Namun, sistem pembagian Okinawa menjadi tiga tahapan sejarah (kuno, pertengahan, dan modern) yang diperkenalkan oleh Okinawa Kogo Daijiten dan Tawata (2010) lebih sering digunakan kemudian[17].
Thomas Dougherty (2014) menggunakan sistem tahap yang berbeda. Dia menamai bahasa Okinawa sebelum tahun 1492 sebagai "Bahasa Okinawa Kuno Pra-Penyatuan" dan setelah 1492 sebagai "Bahasa Okinawa Kuno Pasca-Penyatuan". Tahun tersebut mengacu pada penyatuan politik Okinawa di bawah Kerajaan Chuzan yang kemudian menjadi Kerajaan Ryukyu. Dia menghindari istilah "awal" atau "akhir" karena akan lebih sesuai untuk batas berdasarkan kriteria linguistik daripada ekstra-linguistik seperti di artikel ini.[18].
Bukti
[sunting | sunting sumber]Okinawa merupakan satu-satunya bahasa Ryukyu yang memiliki sangat banyak bukti sumber-sumber pra-modern. Bukti tertulis pertama bahasa Okinawa Kuno dibuat pada tahun 1494, yaitu Prasasti Oroku yang ditulis dalam aksara Tionghoa yang berisi penanggalan dan toponimi. Beberapa terjemahan dalam bahasa Tionghoa dan Korea seperti Haedong Jegukgi dalam aksara Hangul (1471) dan Liúqiú kuăn yìyŭ dalam aksara Tionghoa (1469) menjelaskan bahasa ini. Omoro sōshi berisi 1144 puisi yang ditulis dalam bahasa Okinawa Kuno[5][19][18]. Ada beberapa sumber saat itu, seperti Prasasti Tamaudun (ditulis pada bulan Oktober atau November tahun 1501),[penjelas 2] tetapi kemudian ditulis dalam bahasa Jepang Klasik yang berisi banyak serapan dari Okinawa Kuno, sehingga sumber ini tidak dicantumkan oleh ahli bahasa karena dianggap tidak sesuai.[20] Chihkai Lin memisahkan sumber menjadi dua kelompok:
Keragaman sumber ini mengarah pada pendekatan, kemudian penafsiran yang berbeda tentang rekonstruksi bahasa Okinawa Kuno. Sedangkan Ding (1995, 2008)[penjelas 3] Tawata (2010) dan Lin (2015) lebih banyak mengandalkan sumber setempat, sedangkan Serafim (1977), Takahashi (1991, 1996), Tawata (2008, 2010) banyak memakai sumber Tiongkok dan Korea.[21]
Pendekatan ketiga mengandalkan bahasa modern, tetapi tidak hanya bahasa Okinawa Kuno saja, tetapi juga bahasa yang digunakan di luar Kepulauan Okinawa tetapi masih dalam Kepulauan Ryukyu. Pendekatan ini digunakan oleh Bentley (2008), Nakamoto (1976), Thorpe (1983), Lawrence (2006, 2008), Shimabukoro (2002, 2007), dan Pellard (2009).[22]
Urutan kata
[sunting | sunting sumber]Uruta kata dalam kalimat bahasa Okinawa Kuno adalah subjek–objek–predikat (SOP). Tipologi ini juga dimiliki bahasa Okinawa Modern dan bahasa Jepang Modern. Kasus tata bahasa itandai dengan menggunakan pascaposisi enklitik. Okinawa merupakan bahasa aglutinatif, dan meskipun kata bantu sering ditempelkan pada kata kerja, kata bantu tersebut lebih sering ditempelkan pada akhir kalimat.[23]
Fonologi
[sunting | sunting sumber]Serafim (2021) merekonstruksi vokal[24] dan konsonan[25] bahasa Okinawa Kuno:
Vokal
[sunting | sunting sumber]Depan | Madya | Belakang | |
---|---|---|---|
Tinggi | yi(i) [(y)i(ɪ)] ; i(i) [ɪ(ː)] | ɨ(ɨ) [ɨ(ː)] | u(u) [u(ː)] |
Tengah | ye(e) [(y)e(ɛ)] ; e(e) [ɛ(ː)] | o(o) [ɔ(ː)] | |
Rendah | a(a) [ɑ(ː)] |
Sistem lima vokal bahasa Proto-Ryukyu Utara (direkonstruksi oleh Thorpe (1983) berkembang menjadi sistem delapan vokal pada bahasa Okinawa Kuno, mirip dengan bahasa-bahasa Amami dan bahasa Jepang Kuno (meskipun hanya kebetulan saja).[24]
Serafim memberikan beberapa ulasan tentang sistem ini:[26]
Vokal depan tinggi yi(i) memiliki palatalisasi, sedangkan vokal depan i(i) dan e(e) dan vokal belakang o(o) memiliki relaksasi artikulasi dan sedikit ke depan. Vokal yi(i), u(u), dan ɨ(ɨ) memiliki tegangan. Vokal ɑ(ɑ) tidak ada relaksasi atau tegangan.
Vokal u memiliki dua bentuk yang berbeda: dalam banyak kasus merupakan *u tegang, dan dalam kasus yang lebih jarang merupakan *ʊ relaksasi. Hal ini dapat dijelaskan dengan evolusi dari du *[ɔ] menjadi *[ʊ] kemudian menjadi [u].
Diftong *au berkembang menjadi *oo panjang dan kemudian menjadi o(o). Untuk bagiannya, *ɑ'yi berkembang menjadi *ee panjang dan kemudian menjadi e(e).
Kasus-kasus berikut ini berlaku dalam lingkungan puitis yang membutuhkan satu mora, bukan dua:
- o pendek merupakan pengurangan dari oo panjang.
- e/ye adalah pengurangan dari ee/yee panjang.
Konsonan
[sunting | sunting sumber]Dwibibir | Ronggi | Pasca-ronggi | Velar | Glotal | ||
---|---|---|---|---|---|---|
Letup | nirsuara | p° [p], ph [ph] | t° [t], th [th] | k° [k], kh [kh] | ʔ [ʔ] | |
bersuara | b [~b] | d [~d] | g [~ɡ] | ' | ||
Frikatif | nirsuara | s [s] | sy [ʃ] | |||
bersuara | z [~z] | zy [~ʒ] | ||||
Gesek | nirsuara | c° [t͡s°] ; (ch [t͡sh]) | c°y [t͡ʃ°], chy [t͡ʃh] | |||
bersuara | dz [~d͡z] | dzy [~d͡ʒ] | ||||
Sengau | m [m] | |||||
Semivokal | w [w] | r [ɹ][penjelas 4][27] | y [j] | |||
Mora | Sengau | M [mː] | N | |||
nirsuara | K [kːk°] | Q | ||||
bersuara | B [~bːb] | G [~ɡːɡ] |
Sistem konsonan Okinawa Kuno membedakan dengan jelas antara konsonan nirsuara dan konsonan bersuara.
Alih aksara bahasa Okinawa kuno dalam artikel ini dalam beberapa hal mirip dengan alih aksara Hepburn dalam bahasa Jepang modern baku.[28]
Aksara
[sunting | sunting sumber]Aksara Tionghoa dan Kana diperkenalkan bersama dengan Buddhisme ke Kerajaan Ryukyu pada tahun 1265 oleh seorang rahib dari Jepang. Kana kini lebih banyak digunakan daripada aksara Tionghoa, jadi kebanyakan puisi modern ditulis dengan hiragana, dengan sedikit aksara Tionghoa.[29] · [30] · [31] · [32][33].
ʼ- | k- | g- | s- | z- | t- | d- | n- | p- | b- | m- | y- | r- | w- | ɴ- | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
-a | あ
a |
か
ka |
が
ga |
さ
sa |
ざ
za |
た
ta |
だ
da |
な
na |
は
pa |
ば
ba |
ま
ma |
や
ya |
ら
ra |
わ
wa |
ん
ɴ |
-i | い
i |
き
ki |
ぎ
gi |
し
si |
じ
zi |
ち
ti |
ぢ
di |
に
ni |
ひ
pi |
び
bi |
み
mi |
- | り
ri |
ゐ
wi |
|
-u | う
u |
く
ku |
ぐ
gu |
す
su |
ず
zu |
つ
tu |
づ
du |
ぬ
nu |
ふ
pu |
ぶ
bu |
む
mu |
ゆ
yu |
る
ru |
- | |
-e | - | け
ke |
げ
ge |
せ
se |
ぜ
ze |
て
te |
で
de |
ね
ne |
へ
pe |
べ
be |
め
me |
- | れ
re |
ゑ
we |
|
-o | お
o |
こ
ko |
ご
go |
そ
so |
ぞ
zo |
と
to |
ど
do |
の
no |
ほ
po |
ぼ
bo |
も
mo |
よ
yo |
ろ
ro |
を
wo |
Partikel
[sunting | sunting sumber]Partikel utama
[sunting | sunting sumber]Partikel bertujuan untuk menandai fungsi suatu kata dalam sebuah kalimat. Dalam hal ini mirip dengan deklinasi bahasa Latin[penjelas 7].
Kasus tata bahasa (格助詞 kaku joshi) |
Partikel |
---|---|
Nominativus | -ga/-gya |
-nu/x-nyu | |
Genitivus | Ø |
Proposivus | Ø |
Terminativus | -gya(a)mi |
Ablativus | -khara |
-yuryi | |
Akusativus | Ø |
-Qp°a | |
-yu | |
Lokativus | -nyi |
Dativus | Ø |
-(nyi)khac°yi | |
Aplikativus | Ø |
Instrumentalis Temporalis Agentivus |
Ø |
Komitativus | -thu |
Quotativus | -di-t°i |
Partikel -ga dan -no
[sunting | sunting sumber]Partikel -ga dan -no merupakan kasus khusus karena menantang aturan kata ganti, Memang, naskah-naskah bahasa Okinawa Kuno yang diketahui tidak memungkinkan untuk dikaitkan dengan istilah yang diusulkan oleh Déchaine dan Wiltschko (2002), yang menyatakan bahwa kata ganti bukanlah suatu primitif morfosintaksis, melainkan suatu dasar yang dapat menjadi penentu, kata benda, atau sesuatu di antaranya, terkait dengan proyeksi sintaksis yang berbeda.[36] · [37]
Selain itu, 'Omoro Sauchi dan Haytwong Ceykwukki menunjukkan penggunaan yang kontradiktif, dengan penggunaan yang lebih konservatif, yaitu kata ganti kepemilikan dapat diselingi antara akar kata dan partikel, sedangkan yang kedua menunjukkan penggunaan yang lebih inovatif, di mana situasi ini tidak dapat ditemukan (selain itu, partikel -ga tidak ada di mana pun)[38]
Pada bahasa Okinawa Modern, -ga dan -nu mempunyai kegunaan yang sangat terbatas.[39]
Partikel -ga
[sunting | sunting sumber]Partikel -ga (が) fungsi utamanya menandai genitivus, menandai kepemilikan (baik hubungan pemilik dengan pelaku, maupun hubungan pelaku dengan objek). Fungsi keduanya adalah untuk menandai nominativus, yaitu subjek dari kata kerja transitif dan intransitif.[40]
Partikel ini dipalatalisasi menjadi -giya (ぎや) jika vokal akhir dari kata yang dilampirkannya adalah -i, namun tidak selalu, menurut Dougherty (2013) hal ini bukan merupakan aturan, melainkan "keanehan".[40]
Ada kemungkinan kata ganti kepemilikan ditempatkan di antara akar kata benda dan partikel itu, seperti pada contoh ini, di mana a (あ) adalah kata ganti orang pertama:[41]
- kikowe a-ga nasai kiyo-ni ("untuk bapak kami")
Partikel ini juga digunakan dalam bahasa-bahasa Japonik lainnya:[42]
- Dalam bahasa Jepang Kuno Barat, dalam bentuk -Nka, yang memiliki fungsi posesif dan nominatif dalam klausa dependen, sebagian besar untuk kata benda "hidup", seperti dalam wa-Nka kökörö ("hatiku")[43], awo-yama-ni pî-Nka kakur-aNpa ("saat matahari bersembunyi [di balik] pegunungan hijau"),[44] atau ipê-ni yuk-î-te ika n-i ka a-Nka se-m-u ("apa yang harus kuperbuat ketika [aku] akan kunjung pulang?")[45].
- dalam bahasa Jepang Baku Modern, nominativus -ga biasanya menandai subjek dalam sebuah kalimat, seperti dalam Tarō-ga hasit-ta ("Tarō berlari")[46].
- dalam bahasa Okinawa Modern, -ga menandai subjek kalimat, namun penggunaannya dibatasi setelah kata ganti, marga, atau nama tertentu, seperti dalam Taruu-ga nachun ("Tarō menangis"),[39] tetapi sering dihilangkan setelah vokal panjang. Namun, -ga juga dapat menandai genitivus, seperti dalam ari-ga sumutsi ("bukunya" (laki-laki))[47]. Di sisi lain, -ga tidak digunakan setelah kata ganti orang dalam dialek Shuri, seperti dalam kure-e wan uttu ya-sa ("ini adikku").[48]
- Menurut Vovin (2005) dan Dougherty (2013), -Nka dalam bahasa Proto-Japonik memiliki fungsi yang sama dengan bahasa Jepang Kuno Barat.[49]
Partikel -no
[sunting | sunting sumber]Partikel -no (の) adalah penanda kepemilikan, terutama digunakan dalam kasus hubungan pelaku-objek. Penanda tersebut juga digunakan untuk menandai nominativus, yaitu subjek kata sifat dan kata kerja transitif dan intransitif.[50]
-no igunakan untuk menandai subjek klausa nominal, sedangkan -ga tidak menjalankan fungsi ini, seperti dalam contoh ini:[50]
- se ikusa simi ut-i-no toyom-i ("Kekuatan semangat juang pulau[nya (laki-laki)] yang hilang bergema")
Demikian dengan -ga, kata ganti posesif dapat ditemukan di antara akar kata dan partikel -no, dalam bentuk an-no. Namun hal ini hanya dibuktikan dengan kata tunoketati dan oyaketati, dua kata yang tidak jelas maknanya.[41]
Seperti -ga, partikel -no dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa Japonik lainnya:[42]
- dalam bahasa Jepang Barat Kuno, dalam bentuk -nö, yang fungsinya sama dengan -ga, hanya saja kata ini digunakan terutama untuk kata benda "tak bernyawa", seperti dalam kamï-nö mî-te ("tangan dewa")[51], wotömê-nö n-as-u ya ita tô (“naik ke atas jendela, tempat gadis kecil itu tidur”)[52], tarasi-pîmê kamï-nö mî-kötö-nö na tur-as-u tö (“dewi Tarasi-pime berpikir untuk memancing [secara langsung]”)[53].
- dalam bahasa Jepang Modern, -no menandai genitivus, dalam hubungan pelaku-objek. Misalnya: Tōkyō-no chizu ("sebuah peta Tokyo")[54].
- dalam bahasa Okinawa Modern, dalam bentuk -nu, partikel ini menandai nominativus (seperti -ga), tetapi dalam kasus di mana -ga tidak digunakan (lihat di atas). Misalnya: Tui-nu nachun ("burung menangis"),[39] Anuhushi-nu naa-ya ninuhwabushi ya-sa ("nama bintang itu adalah Polaris").
Partikel kakari
[sunting | sunting sumber]Yang disebut partikel "kakari" adalah bagian dari separuh konstruksi "kakari musubi", sebuah fenomena tata bahasa yang terjadi antara partikel dan bentuk konjugasi tertentu.[35][penjelas 8].
Partikel | Fungsi | padanan dalam bahasa Jepang Kuno |
---|---|---|
-du/-dzyu/-ru | partikel kakari | -sö/-zö |
-ga/-gya | ka | |
-sɨ/-syu | koso | |
-doo | partikel kakari akhir kata | Ø |
Ø | Ø | |
Ø | Ø | |
-yi | ya | |
-wa/-ya | subjek, tema | Ø |
Catatan penjelas
[sunting | sunting sumber]- ^ Kupchik (2021) menyebut bahasa pada Omoro Sōshi sebagai Ryukyu Kuno karena beberapa lagu berasal dari pulau-pulau selain Okinawa (terutama Kepulauan Ryukyu Utara), sehingga menurutnya bahasa tersebut mungkin mencerminkan beberapa bahasa atau ragam. Serafim (2021) memiliki pandangan sebaliknya: dia mengacu pada satu bahasa ketika membahas tentang Omoro Sōshi.
- ^ Epitaf bertuliskan: 大明弘治十四年九月大吉日, diterjemahkan: "pada hari baik di bulan kesembilan penanggalan candra pada hari keempat belas pemerintahan [kaisar] Ming Hóngzhì", sehingga tanggal pastinya tidak disebutkan.
- ^ Tapi Feng Ding tidak benar-benar memusatkan perhatian pada bahasa Okinawa Kuno, tetapi terlebih dahulu harus merekonstruksi fonologi bahasa Mandarin dari Dinasti Ming dan Dinasti Qing (abad ke-15 hingga ke-19).
- ^ Fonem ini, sangat dekat dengan [j] dan diucapkan seperti r dalam bahasa Inggris Amerika, hanya ada jika ada y di mora yang sama atau sebelum atau sesudahnya, itulah sebabnya Serafim menghitungnya secara terpisah dalam sistem konsonan.
- ^ Tulisan ini memadukan Hiragana dan Kanji, dalam kaligrafi khusus untuk Okinawa. Cap kerajaan berwarna merah.
- ^ Nilai yang ditampilkan di bawah Hiragana tidak mewakili fonetiknya, lihat bagian #Vokal dan #Konsonan untuk lebih lanjut.
- ^ Konon, bahasa Latin Klasik hanya memiliki 6 kasus sedangkan bahasa Okinawa Kuno memiliki 12 kasus.
- ^ Penekanan aksen digunakan untuk menekankan kata yang menjadi tema pusat kalimat.
Referensi
[sunting | sunting sumber]Cari tahu mengenai Bahasa Okinawa Kuno pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ Vovin 2020, hlm. 235.
- ^ Kupchik 2021, hlm. 1.
- ^ a b Miyake 2020, hlm. 16.
- ^ Yap et al. 2011, hlm. 451.
- ^ Pellard 2015, hlm. 15.
- ^ "Southern Amami-Okinawan". Ethnologue (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 28 Desember 2022.
- ^ Lin 2015, hlm. 5-6.
- ^ Pellard 2009, hlm. 264.
- ^ Vovin 2014, hlm. 9.
- ^
- ^ Kaplan 2008, hlm. 130.
- ^ Tranter 2021, hlm. 4.
- ^ Robbeets & Hudson 2020, hlm. 6.
- ^ Kim, Sean (17 Januari 2022). "The History of the Japonic Languages". YouTube (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 Oktober 2022.
- ^ Lin 2015, hlm. 7.
- ^ a b Dougherty, Thomas (19 Desember 2014). "The chronology of Okinawan". thomasdougherty.net (dalam bahasa Inggris).
- ^ Antonov 2011, hlm. 222.
- ^ Dougherty 2013, hlm. 1.
- ^ Serafim & Shinzato 2021, hlm. 75.
- ^ Lin 2015, hlm. 8.
- ^ Serafim & Shinzato 2021, hlm. 14.
- ^ a b Serafim & Shinzato 2021, hlm. 20.
- ^ Serafim & Shinzato 2021, hlm. 21.
- ^ Serafim & Shinzato 2021, hlm. 20-21.
- ^ Serafim & Shinzato 2021, hlm. 63.
- ^ Serafim & Shinzato 2021, hlm. 21-22.
- ^ Bollinger 1969, hlm. 4.
- ^ Hung Hung & Wakabayashi 2014, hlm. 18.
- ^ Jarosz et al. 2022, hlm. 88.
- ^ "Okinawan language, alphabet and pronunciation". omniglot.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Desember 2022.
- ^ Serafim 1991, hlm. 103.
- ^ Serafim & Shinzato 2021, hlm. 19.
- ^ a b Serafim & Shinzato 2021, hlm. 16.
- ^ Déchaine et al. 2002, hlm. 409.
- ^ Dougherty 2013, hlm. 6.
- ^ Dougherty 2013, hlm. 11.
- ^ a b c Kinjō 1953, hlm. 97.
- ^ a b Dougherty 2013, hlm. 4.
- ^ a b Dougherty 2013, hlm. 5–6.
- ^ a b Dougherty 2013, hlm. 2–4.
- ^ Vovin 2005, hlm. 118.
- ^ Vovin 2005, hlm. 120.
- ^ Vovin 2005, hlm. 122.
- ^ Tsujimura 2007, hlm. 122.
- ^ NINJAL 1963, hlm. 186.
- ^ Miyara 2000, hlm. 87.
- ^ Vovin 2005, hlm. 126.
- ^ a b Dougherty 2013, hlm. 4–5.
- ^ Vovin 2005, hlm. 127.
- ^ Vovin 2005, hlm. 129.
- ^ Vovin 2005, hlm. 131.
- ^ Tsujimura 2007, hlm. 115.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]Sumber primer
[sunting | sunting sumber]- Haedong chegukki [Babad negara-negara yang terletak di Selatan dan Timur] (dalam bahasa Korea). 1472.
- "おもろさうし" [Omoro Sōshi]. Wikisource.org. Diakses tanggal 11 Januari 2023.
Sumber sekunder
[sunting | sunting sumber]- Jarosz, Aleksandra (2022), The Language of the Omoro Enters the English Linguistic Scene (dalam bahasa Inggris), International Journal of Eurasian Linguistics
- Vovin, Alexander (2020), A Descriptive and Comparative Grammar of Western Old Japanese (dalam bahasa Inggris), Brill, ISBN 9789004422810, diakses tanggal 25 Desember 2022
- Vovin, Alexander (2005), "Part One: Sources, Script and Phonology, Lexicon, Nominals", A Descriptive and Comparative Grammar of Western Old Japanese (dalam bahasa Inggris), Folkestone: GlobalOriental
- Vovin, Alexander (2014), Out of Southern China? (dalam bahasa Inggris), EHESS/CRLAO, diakses tanggal 26 Oktober 2022
- Antonov, Anton (2011), Le rôle des suffixes en /+rV/ dans l’expression du lieu et de la direction en japonais et l’hypothèse de leur origine altaïque (dalam bahasa Prancis), Paris: INALCO
- Lin, Chihkai (2015), A Reconstruction of Old Okinawan: A Corpus-Based Approach (dalam bahasa Inggris), Honolulu: University of Hawaii at Manoa, diakses tanggal 25 Desember 2022
- Kinjō, Chōei (1953), Jōkan: Gengo, Bungaku-hen [Karya Lengkap Chōei Kinjō, Bagian 1: Kumpulan Linguistik dan Budaya] (dalam bahasa jp), Naha, Okinawa: Taimusu-sha
- Bollinger, Edward (1969), The Unity of Government and Religion in the Ryūkyū Islands to 1,500 A.D. (dalam bahasa Inggris), Kitanakagusuku, Okinawa: Nanzan University, JSTOR 30233923, diakses tanggal 7 Februari 2023
- Hung Hung, Eva Tsoi; Wakabayashi, Judy (2014), Asian Translation Traditions (dalam bahasa Inggris), Taylor & Francis, ISBN 9781317640486, diakses tanggal 31 Desember 2022
- Ding, Feng (1995), Liuhan duiyin yu Mingdai kuanhuayin yanjiu (dalam bahasa Tionghoa), Beijing: China Social Science Press
- Ding, Feng (2008), Rihan Liuhan Duiyin yu Mingqing Kuanhua Yenjiu (dalam bahasa Tionghoa), Beijing: Zhonghua Bookstore
- Yap, Foong Ha; Wrona, Janick; Grunow-Hårsta, Karen (2011), Nominalization in Asian Languages (dalam bahasa Inggris), John Benjamins Publishing Company, ISBN 9789027287243, diakses tanggal 25 Desember 2022
- Kupchik, John E. (2021), Austronesian Lights the Way: The Origins of the Words for ‘Sun’ and Other Celestial Vocabulary in Old Ryukyuan (dalam bahasa Inggris), International Journal of Eurasian Linguistics, doi:10.1163/25898833-00320004, diakses tanggal 24 Desember 2022
- Bentley, John R. (2008), A Linguistic History of the Forgotten Islands : A reconstruction of the proto-language of the Southern Ryūkyūs (dalam bahasa Inggris), Folkestone: Global Oriental, diakses tanggal 13 Januari 2023
- Takahashi, Junzou (1991), Omoro sauchi no Kokugogaru deki kenyu [Une étude de l'Omoro Sochi du point de vue d'un linguiste japonais] (dalam bahasa Jepang), Tokyo: Musashinoshoin
- Takahashi, Junzou (1996), Ryukyu Okuko to Gengo [Le royaume de Ryūkyū et sa langue], Okinawa International University Press
- Serafim, Leon Angelo (1977), Front vocalism and palatization in the Omoro Soochi: The philological and modern dialectal evidence (dalam bahasa Inggris), Kementerian Pendidikan Jepang
- Serafim, Leon Angelo (1991), Okinawan Writing Systems, Past, Present, and Future (PDF) (dalam bahasa Inggris), Philadelphia: Department of Oriental Studies, diakses tanggal 31 Desember 2022
- Serafim, Leon Angelo; Shinzato, Rumiko (2021), The Language of the Old-Okinawan Omoro Sōshi (dalam bahasa Inggris), Brill, ISBN 978-90-04-41468-6, diakses tanggal 25 Desember 2022
- Thorpe, Maner Lawton (1983), Ryūkyūan language history (dalam bahasa Inggris), University of Southern California
- Miyake, Marc (2020), Historical sources and periodization of the Japonic and Koreanic languages (dalam bahasa Inggris), Oxford University Press, diakses tanggal 25 Desember 2022
- Shimabukoro, Mariyo (2002), A reconstruction of the Accentual History of the Japanese and Ryukyuan Languages (dalam bahasa Inggris), Mānoa: University of Hawai'i, diakses tanggal 13 Januari 2023
- Shimabukoro, Mariyo (2007), The Accentual History of the Japanese and Ryukyuan Languages - A Reconstruction (dalam bahasa Inggris), Folkestone: Global Oriental Press
- Nakamoto, Masachie (1976). 琉球方言音韻の研究 [Penelitian tentang fonologi dialek Ryukyu] (dalam bahasa Jepang). Tokyo: 法政大学出版局 (Hosei University Press). JPNO 75000276.
- Tsujimura, Natsuko (2007), An Introduction to Japanese Linguistics (dalam bahasa Inggris), Malden: Oxford
- Kaplan, Robert B. (2008), Language Planning and Policy in Asia: Japan, Nepal, Taiwan and Chinese characters (dalam bahasa Inggris), Multilingual Matters, ISBN 978-1-84769-095-1, diakses tanggal 31 Desember 2022
- Pellard, Thomas (2009), Ōgami: Éléments de description d’un parler du Sud des Ryūkyū (PDF) (dalam bahasa Prancis), EHESS, diakses tanggal 26 November 2022
- Robbeets, Martine; Hudson, Mark J. (2020), Archaeolinguistic evidence for the farming/language dispersal of Koreanic (dalam bahasa Inggris), Oxford: Oxford University Press, diakses tanggal 17 Agustus 2022
- Tranter, Nicholas (2021), The languages of Japan and Korea (PDF) (dalam bahasa Inggris), Routledge, diakses tanggal 5 Januari 2023
- Déchaine, Rose-Marie; Wiltschko, Martina (2002), Decomposing Pronouns (PDF) (dalam bahasa Inggris), The MIT Press, JSTOR 4179198, diakses tanggal 19 Februari 2023
- Tawata, Shinichiro (2010), Okinawago Onin no Rekishideki kenkyu [Sebuah kajian tentang fonologi Okinawa Kuno] (dalam bahasa Jepang), Hiroshima: Keisuisha
- Miyara, Shinshō (2000), Uchinaaguchi Kōza [Bacaan bahasa Okinawa] (dalam bahasa Jepang), Naha, Okinawa: Taimsu-sha
- Hokama, Shuzen (1977), Okinawa no gengoshi [Sejarah bahasa Okinawa] (dalam bahasa Jepang), Nihon no Gengogaku
- Hokama, Shuzen (1981), Okinawa no kodoba [Kosakata bahasa Okinawa] (dalam bahasa Jepang), Tokyo: Chuokoronsha
- Dougherty, Thomas (2013), The case markers -ga and -no in Old Okinawan (dalam bahasa Jepang), diakses tanggal 23 Desember 2022
- Pellard, Thomas (2015), The linguistic archeology of the Ryukyu Islands (dalam bahasa Jepang), CRLAO, doi:10.1515/9781614511151.13, diakses tanggal 17 Desember 2022
- Lawrence, Wayne P. (2006), Okinawa hōgengun no kai kubun ni tsuite [Mengenai penggolongan dalam kelompok dialek Okinawa] (dalam bahasa Jepang), Okinawa bunka
- Lawrence, Wayne P. (2008), Yonaguni hōgen no keitōteki ichi [Keterkaitan bahasa Ryukyu Yonaguni] (dalam bahasa Jepang), Ryukyu no hōgen
Kamus
[sunting | sunting sumber]- NINJAL (1963), Okinawago Jiten [Kamus bahasa Okinawa] (dalam bahasa Jepang), Tōkyō: Ōkurashō Insatsukyoku
- Hokama, Shuzen; et al. (1995), Okinawa Kogo Daijiten [Kamus bahasa Okinawa Kuno] (dalam bahasa Jepang), Tokyo: Kadokawa
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- "Recent papers on Old Okinawan". academia.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 Februari 2023.
- "Recent papers on Old Ryukyuan". academia.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 Februari 2023.