Lompat ke isi

Ubur-ubur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Agustus 2024 06.49 oleh MITGATVM (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ubur-ubur
Chrysaora colorata
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
(Kelompok parafiletik)
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Cnidaria
Subfilum: Medusozoa
Kelompok yang disertakan
Anatomi ubur-ubur

Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Cnidaria, ubur-ubur yang dimaksud di sini adalah hewan dari kelas Schypozoa, sehingga sering disebut ubur-ubur sejati agar tidak dibingungkan dengan hewan lain yang juga disebut ubur-ubur seperti: Ctenophora (ubur-ubur sisir) dan Cubozoa (ubur-ubur kotak). Sebagai anggota Cnidaria, mereka memiliki dua bentuk tubuh yaitu polip yang menempel di dasar laut dan medusa yang dapat berenang bebas dan berbentuk cangkir terbalik.

Ciri-ciri

[sunting | sunting sumber]
Struktur medusa dan polip : Abu-abu adalah mesoglea yang dikelilingi warna merah (eksoderm) dan biru (gastroderm), bagian dalam adalah rongga tubuh yang terhubung dengan mulut/anus.

Umumnya mereka berukuran 2 sampai 40 cm, tapi ubur-ubur yang lebih besar bisa mencapai 1–2 meter, misalnya spesies terbesarnya Cyanea capillata atau lebih dikenal dengan Surai singa. Schypozoa dapat ditemukan di lautan seluruh dunia, dari permukaan sampai laut dalam. Schypozoa tidak ditemukan di air tawar. Schypozoa memakan beragam makanan seperti Krustasea atau Ikan yang mereka buru menggunakan organel nematosista yang terdapat di tentakelnya. Nematosista sendiri adalah ciri khas filum Cnidaria, berupa sel berbentuk jarum yang berfungsi menusuk dan menyuntikkan racun ke mangsanya.

Bentuk tubuh dasar

[sunting | sunting sumber]

Ubur-ubur dewasa memiliki dua bentuk tubuh dasar: Medusa yang dapat berenang bebas (motil) dan Polip yang menempel pada substrat (sesil). Kedua bentuk tersebut memiliki simetri radial. Hewan ini tidak punya kepala dan mulut serta anusnya terletak di lubang yang sama, sisi yang dekat mulut disebut oral dan sebaliknya disebut aboral. Ubur-ubur memiliki tentakel yang dipenuhi nematosista di sisinya. Medusa memiliki mesoglea yang tebal dan elastis, sehingga medusa dapat meluncur di air dan bentuknya kembali seperti semula.[1]

Lapisan sel

[sunting | sunting sumber]

Ubur-ubur adalah binatang diploblastik, dengan kata lain mereka mempunyai dua lapisan sel utama, sedangkan binatang yang lebih kompleks adalah triploblastik yang mempunyai tiga lapisan utama. Dua lapisan sel utama ubur-ubur adalah eksoderm di bagian luar dan gastroderm di dalam, di tengahnya adalah mesoglea yang berfungsi sebagai rangka.[2]

Nematosista

[sunting | sunting sumber]
Mekanisme penembakkan Nematosista

Nematosista adalah sel yang berfungsi menusuk dan menyuntikkan racun pada mangsanya. Nematosista terdiri atas organel knida atau knidosista yang berbentuk kapsul serta gulungan benang yang berisi racun, di ujung benang terdapat kait yang dapat menusuk mangsa. Untuk memicu tembakan, nematosista memiliki silia atau rambut halus yang disebut knidosil, terakhir adalah operkulum sebagai penutup knida.

Mekanisme penembakkan knidosit masih belum terpecahkan, terdapat beberapa hipotesis tentang hal ini:

  • Benang tersebut mungkin adalah sebuah pegas, yang dapat meregang dengan cepat ketika operkulum terbuka
  • Perubahan zat kimia di dalam sel ketika pemicu aktif, sehingga terjadi tekanan osmosis yang menyebabkan air masuk lewat membran dan memaksa benang untuk ditembakkan
  • Saat pemicu aktif knida berkontraksi secara cepat sehingga tekanan di dalam kapsul meningkat

Nematosista hanya dapat digunakan sekali, tapi dapat diganti dalam waktu 48 jam. Untuk menghindari tembakan yang sia-sia misalnya ke objek yang tak hidup atau terlalu jauh, digunakanlah kombinasi dua pemicu, sel indra untuk mendeteksi zat kimia di air dan silia untuk merespon kontak, nematosista biasanya terhubung oleh saraf, sehingga ketika salah satu ditembakkan yang lain juga akan terpicu. Nematosista adalah senjata yang sangat efektif. Satu nematosista mampu melumpuhkan arthropoda dan ikan kecil.

Pergerakan

[sunting | sunting sumber]

Medusa bergerak menggunakan otot yang menarik tubuhnya, sehingga air di dalam rongga tubuhnya akan keluar dan mendorongnya, mesoglea-nya yang elastis mengembalikan bentuknya seperti semula dan ubur-ubur dapat mengulangi gerakannya lagi. Sedangkan polip dapat bergerak lamban dengan merayap seperti siput.

Sistem saraf dan indra

[sunting | sunting sumber]

Ubur-ubur tidak punya otak atau sistem saraf pusat. Akan tetapi mereka punya jaring saraf yang terdiri dari neuron yang dapat merespon pada berbagai rangsangan. Knidosit-nya memiliki silia yang dapat mendeteksi kontak fisik dan indra yang dapat mendeteksi zat kimia seperti bau, kombinasi ini memungkinkan knidosit menembak sasaran yang tepat. Knidosit juga terangsang dan ikut menembak apabila knidosit di dekatnya juga menembak.

Sistem pencernaan dan ekskresi

[sunting | sunting sumber]

Schypozoa mendapat makanan dengan berbagai cara: predasi atau berburu mangsa, menyerap zat organik yang larut di air, menyaring partikel makanan di air, dan mendapatkan nutrisi dari alga simbiotik di dalam selnya. Kebanyakan Cnidaria mendapatkan makanan lewat predasi, beberapa Cnidaria yang bersimbiosis dengan alga memberikan perlindungan, karbon dioksida, dan tempat yang terkena cahaya matahari bagi alganya.

Ubur-ubur menggunakan nematosista-nya untuk melumpuhkan mangsanya kemudian dimasukkan ke dalam mulut menggunakan tentakelnya, setelah masuk rongga pencernaan, sel kelenjar di gastroderm menyekresikan enzim untuk mencerna makanan, nutrisi yang didapat disalurkan ke seluruh tubuh menggunakan aliran air yang dikontrol silia di gastroderm atau gerakan otot. Nutrisi dikirimkan ke lapisan sel terluar lewat difusi. Sisa makanan yang tidak dapat dicerna dikeluarkan lewat mulut juga menggunakan aliran air.

Pernapasan

[sunting | sunting sumber]

Schypozoa tidak punya organ pernapasan, tapi bernapas lewat kedua lapisan sel dengan menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida ke sekitarnya. Beberapa Cnidaria yang bersimbiosis dengan alga fotosintetik dapat mengalami kelebihan oksigen yang berakibat fatal, sehingga mereka memproduksi antioksidan untuk menetralisasi oksigen yang berlebih.

Daur hidup Cnidaria : 1-3 Larva mencari tempat menempel 4-8 Polip tumbuh 9-11 Strobilasi 12-14 Medusa tumbuh

Regenerasi

[sunting | sunting sumber]

Semua Cnidaria mampu beregenerasi, mereka dapat menggunakan kemampuan ini untuk bereproduksi secara aseksual. Medusa memiliki kemampuan regenerasi terbatas, tapi polip mampu melakukannya secara penuh. Sehingga polip seperti koral mampu tumbuh kembali walaupun dihancurkan predator.

Reproduksi

[sunting | sunting sumber]

Cnidaria mengalami reproduksi dengan daur hidup antara bentuk polip dan medusa. Pada Schypozoa (Ubur-ubur) dan Cubozoa (Ubur-ubur kotak), larvanya berenang sampai mendapatkan tempat yang cocok untuk menempel, kemudian larva tumbuh menjadi polip. Polip tumbuh besar sampai dewasa kemudian menarik tentakelnya serta memotong tubuhnya secara horizontal, proses ini disebut strobilasi. Bagian yang terpotong berenang bebas sebagai medusa muda. Medusa tumbuh sampai dewasa sedangkan polip melanjutkan proses strobilasi. Medusa dewasa memiliki kelenjar reproduksi di gastroderm-nya, kelenjar ini dapat menghasilkan sel telur atau sperma yang dapat dikeluarkan saat musim kawin tiba. Telur yang dibuahi menjadi larva dan memulai daur hidupnya lagi.[1]

Peristiwa bergantinya cara reproduksi dari seksual (tahap medusa) ke aseksual (tahap polip) atau sebaliknya disebut metagenesis, proses ini juga dapat ditemukan pada beberapa tumbuhan misalnya lumut, yang cara reproduksinya berganti dari pembuatan spora yang aseksual ke pembuatan gamet yang seksual.

Taksonomi

[sunting | sunting sumber]

Ubur-ubur terdiri dari sekitar 200 spesies yang dibagi dalam beberapa ordo:

Coronatae

[sunting | sunting sumber]
Nausithoe aurea, salah satu anggota Coronatae

Coronatae disebut juga ubur-ubur mahkota. Mereka dibedakan dengan ubur-ubur lainnya karena lekukan di payungnya yang membuat hewan ini mirip seperti mahkota. Kebanyakan spesies tinggal di laut dalam sehingga mereka memiliki kemampuan bioluminesen atau menghasilkan cahaya sendiri. Kemampuannya akan aktif jika hewan ini disentuh. Kemampuannya dapat ia gunakan untuk mengejutkan dan menipu predator yang mencoba memangsanya, bioluminesen juga dapat digunakan untuk menarik perhatian mangsa. Terdapat sekitar 54 spesies yang telah teridentifikasi pada tahun 2016 dan terbagi dalam enam famili.[3]

Rhizostomae

[sunting | sunting sumber]
Ubur-ubur meriam (Stomolophus meleagris), salah satu anggota Rhizostomae

Rhizostomae atau Rhizostomeae adalah ordo Schypozoa yang tidak punya tentakel, tapi mereka memiliki delapan lengan bercabang dan penuh nematosista, lengan ini makin ke pusat makin menjadi satu, mereka juga memiliki mulut yang kecil yang berjumlah banyak tidak seperti Schypozoa lainnya.

Jelatang laut (Chrysaora quinquecirrha), salah satu anggota Semaeostomeae.

Rhizostomae memiliki anggota yang dijadikan konsumsi oleh manusia (baik untuk makanan maupun pengobatan). Industri makanan dari ubur-ubur dapat ditemukan di Tiongkok dan Asia Tenggara, ubur-ubur untuk dimakan juga diimpor ke Jepang. Ubur-ubur yang dapat dimakan adalah dari ordo Rhizostomae, misalnya ubur-ubur meriam (Stomolophus meleagris) dan ubur-ubur api (Rhopilema esculentum). Ubur-ubur biasanya dikeringkan atau digarami sebelum dimasak.[4] Sekitar lebih dari 90 spesies telah teridentifikasi.[3]

Semaeostomeae

[sunting | sunting sumber]

Semaeostomeae adalah ubur-ubur yang paling dikenal masyarakat. Ciri khas mereka adalah memiliki empat tentakel oral (tentakel panjang yang menempel di mulut), tentakel ini juga memiliki sel penyengat nematosista. Tentakel lain menempel di sisi payung ubur-ubur.[1]

Semaeostomeae dapat ditemukan di lautan di seluruh dunia. Kelompok ini terdiri dari lima ordo: Cyaneidae, Drymonematidae, Pelagiidae, Phacellophoridae, dan Ulmaridae.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Ruppert, E.E.; Fox, R.S. & Barnes, R.D. (2004). Invertebrate Zoology (7 ed.). Brooks / Cole.
  2. ^ Hinde, R.T., (1998). "The Cnidaria and Ctenophora". Di Anderson, D.T.,. Invertebrate Zoology. Oxford University Press
  3. ^ a b Daly, Brugler, Cartwright, Collins, Dawson, Fautin, France, McFadden, Opresko, Rodriguez, Romano & Stake (2007). The phylum Cnidaria: A review of phylogenetic patterns and diversity 300 years after Linnaeus.
  4. ^ López-Martínez; and Álvarez-Tello (2013). The jellyfish fishery in Mexico. Agricultural Sciences 4(6A): 57-61.