Sepeda

kendaraan roda dua berpedal

Sepeda, kereta angin, kereta lereng, atau besikal (dari bahasa Prancis: vélocipède, melalui bahasa Belanda: vélocipède) adalah kendaraan beroda dua atau tiga yang mempunyai setang, tempat duduk, dan sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya.[1]

Dua orang lelaki Uganda mengangkut pisang dengan sepeda
Ojek sepeda di Indonesia
Sepeda gunung
Sepeda dilengkapi lampu depan, dengan berbagai tas dan alat penyimpanan
Rancangan sepeda Drais, 1817
Fungsi sepeda di Mesir sebagai pengantar roti
Sebuah roda sepeda tetap dirantai di rak sepeda setelah sepedanya dicuri di kampus timur Universitas Duke di Durham, Carolina Utara.

Sejarah

sunting

Menurut pernyataan yang ditulis pada Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Prancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda.

Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.

Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan pedal khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tetapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).

Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Prancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Prancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.

Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang).

Sehingga tidak heran jika pada era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.

Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.

Gir Tetap (Fixed Gear)

sunting

Gir Tetap (atau Fixed Gear dalam bahasa Inggris) adalah nama yang cukup harafiah, bukan julukan, nama keren, atau singkatan. Fixed = terpaku/tidak bergerak/paten dan Gear = gigi/gir.

Secara sederhana, yang menggerakan sebuah sepeda (ataupun kendaraan lain) adalah bagian yang disebut sistem penggerak ("Drivetrain"). Sistem penggerak sendiri sebenarnya adalah gabungan berbagai komponen yang saling terhubung dan terdiri dari pedal, lengan engkol (crankarm), gir depan (chainring), gir belakang (cog), dan tentunya rantai (chain).

Gabungan komponen di bagian pedal dikenal sebagai “crankset”, yaitu pedal, lengan engkol, dan gir depan. Lalu rantai akan melingkari gir depan dan menghubungkannya dengan gir belakang yang terhubung dengan roda belakang.

Ketika pedal diinjak, lengan engkol akan mengikutinya, memutar gir depan yang menempel, yang kemudian menarik rantai yang juga otomatis menarik gir belakang untuk berputar, dan karena ia menempel pada roda belakang, berputarlah roda itu dan meluncurlah kita. Mekanisme sederhana yang kurang lebih tidak pernah berubah sejak diciptakannya sistem ini.

Kesederhanaan sistem ini membawa sebuah kendala. Keterikatan semua komponen sistem penggerak ini adalah yang membuat logika “memutar pedal maka roda belakang pun berputar” bisa berjalan. Dengan logika yang sama, artinya selama roda belakang berputar, pedal pun akan berputar.

Karena semua komponen drivetrain ini terikat mati satu sama lain, tanpa ada pergerakan bebas. Gir belakang yang hanya berputar mengikuti putaran rantai atau roda dikenal sebagai "Gir tetap”. Pedal diputar ke depan, roda belakang berputar ke depan. Pedal diputar ke belakang, roda berputar ke belakang. Dan demikian juga sebaliknya.

Karena relasi antara kaki, engkol, rantai, dan roda belakang yang menjadi “satu kesatuan” ini, maka untuk mengatur laju kecepatan perputaran roda pun bisa dikendalikan oleh otot kaki kita sendiri. Bahkan untuk menghentikan sepeda secara total pun bisa dilakukan dengan sepeda bergir tetap tanpa menggunakan bantuan rem pada umumnya. Jadi penggunaan rem pada sepeda bergir tetap menjadi sebuah pilihan, apakah pengendara ingin lebih aman dengan memasang rem atau cukup percaya diri dengan kemampuannya menghentikan sepeda dengan kekuatan kaki semata. Mekanisme ini berbeda dengan rem “Torpedo,” yang akan dijelaskan setelah ini.

Sekitar 20 tahun setelah diciptakan sistem bergir tetap ini, muncul sebuah teknologi baru yang dikenal sebagai “Roda Bebas" atau “Freewheel”.

Roda Bebas (Freewheel)

sunting
 
Mekanisme freewheel

Sistem roda bebas ini sendiri adalah sistem gir belakang yang memberikan kebebasan roda belakang berputar secara bebas dari pedal. Jadi ketika pedal diputar, rantai dan roda belakang akan mengikuti seperti biasa, tetapi ketika kaki berhenti memutar pedal, rantai ikut berhenti bergerak, gir belakang pun berhenti memutar, tetapi roda belakang tetap bisa berputar sesuai momentum. Bisa dibilang sistem penggerak beroda bebas ini hanya terkunci searah saja.

Karena roda belakang kini tidak terkunci mati dengan perputaran pedal, pengguna sepeda bisa lebih nyaman bersepeda, dengan menggunakan teknik “coasting", yaitu melaju tanpa terus-terusan memutar pedal. Roda bebas inilah yang lebih sering kita jumpai di sepeda-sepeda modern dan segala bentuknya, dari sepeda anak-anak hingga sepeda di kompetisi ternama Tour de France.

Sistem rem “torpedo”, yaitu sepeda yang remnya menggunakan metode injak pedal ke arah belakang. Rem torpedo sendiri dipasang pada sepeda yang berbasis roda bebas, dan menjadi bagian internal dari hub roda belakang. Sepeda torpedo bisa diidentifikasi dari sebuah tuas kecil yang keluar dari hub belakang dan “diikat” pada rangka sepeda. Sekilas sepeda torpedo bisa terlihat seperti sebuah sepeda bergir tetap tanpa rem, tetapi karena sistem penggeraknya berbasis roda bebas, ia tidak akan dikategorikan ke dalam sepeda bergir tetap.

Kegunaan

sunting

Sepeda dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti bekerja, komuter, olaghraga, perlombaan, atau hanya untuk berjalan-jalan. Sepeda juga digunakan diberbagai bidang pekerjaan oleh polisi, militer, paramedis, kurir, dan layanan pengiriman umum.

Di Indonesia sepeda banyak digunakan hanya sebagai alat olahraga dan belum menjadi moda transportasi utama.[2]

Bagian-bagian

sunting

Bagian-bagian sepeda

  • Rangka
    • Top Tube
    • Down Tube
    • Head Tube
    • Seat Tube
    • Seat Post
    • Seat Stay
    • Chain Stay
    • Fork

Aksesoris Tambahan

  • Standar
  • Lampu
  • Bel
  • Rak
  • Keranjang
  • Tas Sepeda
  • Boncengan
  • Reflektor
  • Tempat Botol Minum
  • Fender/Sepatbor
  • Jalu (footstep)
  • Cyclocomputer
  • Powermeter
  • trailer sepeda

Perawatan dan Perbaikan

sunting

Seperti layaknya pada semua perangkat dengan komponen yang bergerak, sepeda memerlukan perawatan rutin dan penggantian komponen yang aus dalam jumlah tertentu. Perawatan sepeda cukup sederhana dibandingkan dengan mobil ataupun motor, sehingga beberapa pesepeda memilih untuk melakukan sebagian perawatannya sendiri daripada membawanya ke bengkel.

Perawatan

sunting

Perawatan yang paling mendasar adalah menjaga tekanan angin pada ban dengan benar. Ban sepeda biasanya memiliki tanda di dinding samping yang menunjukkan tekanan yang sesuai untuk ban tersebut. Ban sepeda menggunakan tekanan yang jauh lebih tinggi daripada ban mobil: ban mobil biasanya berkisar antara 30 hingga 40 psi (pon per inci persegi) atau setara dengan 210 hingga 280 kPa, sedangkan ban sepeda biasanya berkisar antara 60 hingga 100 psi (410 hingga 690 kPa). Perawatan selanjutnya adalah pelumasan rutin pada rantai dan titik putar pada derailleur dan rem, sebaiknya lumasi rantai sepeda setiap kali selesai mencuci sepeda. Selain itu periksa juga rantai dan bantalan rem secara berkala, biasanya setiap 800 km atau lebih.

Perbaikan

sunting

hanya sedikit komponen sepeda yang benar-benar dapat diperbaiki, komponen yang rusak biasanya akan diganti dengan yg baru.

Jenis-jenis sepeda

sunting

Kini sepeda mempunyai beragam nama dan model. Pengelompokan biasanya berdasarkan fungsi dan ukurannya.

  • Sepeda onthel atau sepeda angkut, adalah sepeda tipe roadster berdesain klasik yang dibuat dari besi kuat dan telah digunakan sejak puluhan tahun. Saat ini sepeda onthel sudah jarang ditemukan karena jumlahnya sangat sedikit dan terkesan kuno bagi masyarakat saat ini. Kebanyakan hanya orang tua dan pedagang asongan saja yang menggunakan sepeda onthel. Becak sendiri merupakan hasil modifikasi dari sepeda onthel dimana bagian depan dibuat tempat khusus untuk penumpang.
 
Pesepeda Ontel di India pada tahun 2007
  • Sepeda gunung (mountain bike, disingkat MTB), digunakan untuk lintasan off-road dengan rangka yang kuat, memiliki suspensi, dan kombinasi kecepatan sampai 27 km/jam serta alur ban yang tebal, kasar, dan dirancang khusus untuk medan terjal dan berbukit. Sepeda gunung biasa digunakan untuk downhill atau balapan menuruni lereng baik di gunung maupun gang-gang sempit perkotaan.
  • Sepeda hibrida (hybrid bike) adalah perpaduan antara sepeda gunung dan sepeda jalan raya. Sepeda hybrid hanya cocok digunakan pada jalan perkotaan (di jalan setapak, bersemen dan beraspal) dan perdesaan (di jalanan bertanah [tak beraspal dan bersemen], jalanan aspal [bersemen] yang rusak dan berkerikil). Fungsinya sama halnya dengan sepeda kerikil.
  • Sepeda jalan raya, digunakan untuk balap jalan raya, bobot keseluruhan yang ringan, ban halus untuk mengurangi gesekan dengan jalan, kombinasi kecepatan sampai 27 km/jam.
  • Sepeda BMX, merupakan kependekan dari bicycle moto-cross dengan model rangka yang sedang dan tempat duduk yang tidak terlalu rendah. Sepeda ini banyak digunakan untuk atraksi dan kontes. Terkadang sepeda BMX juga dipasang dua bilah tongkat besiberukuran pendek di bagian depan dan belakang sebagai boncengan.
  • Sepeda kota (citybike), adalah sepeda yang biasa dipakai di perkotaan dengan kondisi jalan yang baik. Sepeda jenis sangat menekankan aspek funsional. Biasanya memiliki sebuah boncengan dan keranjang.
  • Sepeda kerikil (gravel bike) adalah sepeda yang dipakai di jalan perkotaan dan perdesaan.
 
Sepeda jenis citybike dengan boncengan dan keranjang
  • Sepeda Lowrider adalah jenis sepeda yang bentuknya terinspirasi dari mobil Lowrider. Ciri khas dari sepeda Lowrider yaitu sistem hidraulis yang unik yang dapat dinaik-turunkan, handler yang tinggi, tempat duduk serendah mungkin, serta ban serep di bagian belakang. Sepeda jenis ini biasanya digunakan untuk kontes maupun pameran.
  • Sepeda mini, termasuk dalam kelompok ini adalah sepeda anak-anak, baik beroda dua maupun beroda tiga.
  • Sepeda lipat, merupakan jenis sepeda yang rangkanya bisa dilipat dalam hitungan detik sehingga dapat dibawa ke mana-mana dengan mudah.
  • Sepeda listrik, adalah sepeda yang menggunakan daya listrik di dalamnya dan terdapat baterai yang dapat diisi ulang. Jika baterai habis maka pedal dapat digunakan agar sepeda tetap dapat berjalan. Sepeda jenis ini kebanyakan digunakan oleh orang tua dan difabel. Sepeda ini digunakan sebagai pengganti sepeda motor jika jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh.
  • Sepeda balap, adalah sepeda yang model handlernya setengah lingkaran serta roda yang tipis dan besar. Digunakan untuk balapan, posisi tubuh dalam menggunakan sepeda balap yaitu membungkuk dikarenakan handler yang rendah serta letak tempat duduk yang tinggi dan cukup jauh dari handler.
  • Sepeda gandeng, adalah bentuk sepeda (kadang-kadang roda tiga) yang dirancang untuk dikendarai oleh lebih dari satu orang.
  • Sepeda tangan, adalah jenis sepeda bertenaga manusia yang ditenagai oleh lengan, bukan kaki.
  • Sepeda Fixie, Sepeda yang menggunakan satu gear dengan hub belakang fixed (doltrap) sehingga sepeda ini hanya dapat dihentikan dengan mengarahkan pedal ke arah sebaliknya.
  • Sepeda Motor, bertenaga mesin dengan mengunakan bahan bakar berjenis bensin sebagai sumber daya utamanya. Dengan semakin berkembangnya teknlogi pada industri kendaraan roda dua.
  • Sepeda tur atau sepeda touring, adalah sepeda yang dirancang atau dimodifikasi untuk kegiatan bersepeda tur.
  • Sepeda air (hydrocycle), adalah sejenis perahu kecil yang digerakan dengan cara dikayuh seperti sepeda.
  • Sepeda seimbang (balance bike), adalah sepeda tanpa pedal yang digerakkan dengan mendorong kakinya ke tanah, digunakan untuk melatih anak belajar menyeimbangkan badan.
  • Sepeda Kargo, adalah sepeda yang khusus digunakan untuk mengangkut beban.
  • Sepeda Statis, adalah alat olahraga bersepeda dalam ruangan.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Kamus Besar Bahasa Indonesia Diarsipkan 2009-08-05 di Wayback Machine., Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
  2. ^ Yati, Rahmi (2021-09-20). "60 Persen Masyarakat Gunakan Sepeda untuk Lifestyle, Ini Tanggapan Kemenhub". Bisnis.com. Diakses tanggal 2023-09-19.