Biodata singkat Padang
Masakan khas Padang
Tarian khas Padang
Busana khas Padang serta nilai luhur
1 of 22
Downloaded 19 times
More Related Content
Kebudayaan Sumatera Barat
1. KELOMPOK 1
NANDA PUTRI APRILIANI
AZURA MUTHIAH KHAIRUNNISA
NADIA SALSABILLA
SYIFA AZZAHRA K
KEBUDAYAAN PADANG
SUMATERA BARAT
2. Biodata singkat Padang
Kota Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau
Sumatera sekaligus ibu kota dari provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Kota ini memiliki wilayah seluas 694,96 km² dengan
kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi perbukitan
dengan ketinggian mencapai 1.853 mdpl.
Kota Padang merupakan sentra perekonomian dengan jumlah
pendapatan per kapita tertinggi di Sumatera Barat. Selain itu, kota
ini menjadi pusat pendidikan dan kesehatan di wilayah Sumatera
bagian tengah, ditopang dengan keberadaan sejumlah perguruan
tinggi dan fasilitas kesehatan. Sebagai kota seni dan budaya,
Padang dikenal dengan legenda Malin Kundang dan Sitti Nurbaya,
dan setiap tahunnya menyelenggarakan berbagai festival untuk
menunjang sektor kepariwisataan. Di kalangan masyarakat
Indonesia, nama kota ini umumnya diasosiasikan dengan etnis
Minangkabau dan masakan khas mereka yang umumnya dikenal
sebagai masakan Padang.
3. Masakan Padang
Masakan Padang adalah nama yang digunakan untuk menyebut
segala jenis masakan yang berasal dari kawasan Minangkabau,
provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Semua jenis masakan ini lebih
populer dengan sebutan masakan Padang. Meskipun
sesungguhnya berbagai resep masakan Sumatera Barat mayoritas
tidak berasal dari kota Padang, misalnya kota Bukittinggi,
Solok,Padang Pariaman, Payakumbuh, dan sebagainya juga
dikenal memiliki tradisi kuliner yang kaya. Rumah makan Padang
atau rumah makan urang awak adalah sebutan untuk usaha
rumah makan yang khusus menyajikan masakan Padang di luar
daerah.
Masakan Padang termasuk jenis masakan yang dapat dihidangkan
kapan pun. Rumah makan Padang menawarkan keanekaragaman
jenis masakan seperti rendang, gulai tunjang, gulai gajebo, soto
Padang, dendeng balado, ayam pop, dan gulai kepala ikan kakap
disertai Samba Lado (dikenal sebagai Sambal Balado di daerah
jawa).
4. Tarian Padang
Tarian Sumatera Barat memiliki banyak ragam gerakan dan makna; masing-
masing jenis tarian memiliki konsep atau latar belakang, mulai dari tarian
untuk persembahan sampai tarian pergaulan yang ceria. Tari kesenian dari
Sumatra Barat juga banyak yang dipengaruhi oleh kedinamisan gerakan
pencak silat, dimana konsep pencak dalam silat Minangkabau ‘dipinjam’
atau bahkan diaplikasikan langsung dalam gerakan tarian.
Berikut adalah beberapa jenis tarian yang merupakan ciri khas Sumatera
Barat.
Tari Piring
Tari piring ini diketahui hampir semua orang Indonesia bahkan yang tak
berada di Sumatera. Tarian khas ini mulanya merupakan bagian dari adat
persembahan setelah panen, yang dilambangkan dengan piring-piring.
Tari Payung
Tari payung tergolong tarian pergaulan dan biasanya dilakukan pasangan
pria serta wanita, dimana yang membawa payung adalah prianya karena
payung diandaikan sebagai simbol perlindungan dari suami untuk keluarga.
Tari Rantak
Tari rantak adalah tari kesenian dari Sumatra Barat yang terinspirasi pencak
silat; gerakan-gerakanya mudah dikenali karena banyak melibatkan gerakan
pencak silat walaupun tetap terlihat sebagai tarian.
5. • Tari Indang
Tari indang dikenal banyak orang sebagai tari ‘din din ba din din’ dan menjadi
salah satu tarian paling ikonik, yang memadukan tarian serta seni bertutur
dalam adat Islam Minangkabau.
Tari Pasambahan
• Tari pasambahan adalah tarian yang digunakan sebagai sarana penyambut
tamu, serta ditarikan dalam berbagai acara adat serta pernikahan. Tamu yang
datang kemudian akan dipayungi dan tamu-tamu lain disuguhi sirih.
• Tari Randai
Tari randai merupakan tari kesenian Sumatra Barat yang unik, karena
sebenarnya lebih merupakan sebuah seni gabungan antara pencak silat, seni
drama atau tutur, tarian dan musik. Penarinya banyak dan kini sering
melibatkan penari perempuan (dulu biasanya hanya ditarikan lelaki). Tarian ini
menggambarkan kisah-kisah atau cerita rakyat dan kini sering ditampilkan saat
Idul Fitri.
• Tari Alang Babega
Tari alang babega menggambarkan burung elang yang sedang terbang dan
kemudian menukik menyambar anak ayam di tanah. Tarian ini biasa dibawakan
berkelompok dan bisa oleh penari lelaki maupun perempuan.
• Silat Minangkabau
Walau termasuk bela diri, silat Minangkabau ternyata juga termasuk dalam
seni, terutama aspek pencak-nya. Dalam tradisi Minangkabau, aspek ‘pencak’
atau ‘mancak’ bermakna ‘kembang’ silat dan menunjukkan aspek seni dari bela
diri tersebut. Bela diri ini sudah berakar selama berabad-abad sehingga
dijadikan dasar dari banyak tari kesenian Sumatera Barat.
7. Pakaian adat Minangkabau
Pakaian adat khas Minangkabau Sumatra
Barat sangatlah feminim bila dilihat dari
sudut busananya. Pakaian Khas Sumatra
Barat di bagi menjadi dua yaitu : Pakaian
Tradisional dari Minangkabau dan
Pakaian Bundo Kanduang. Seorang
bundo kandung mengenakan tengkuluk
tanduk atau tengkuluk ikek sebagai
penutup kepala. Bahannya berasal dari
kain balapak tenunan Pandai Sikat
Padang Panjang . Bentuknya seperti
tanduk kerbau dengan kedua ujung
runcing berumbai dari emas atau loyang
sepuhan.
Pakaian bundo kanduang
8. • Pemakaian tengkuluk ini melambangkan bahwa
perempuan sebagai pemilik rumah gadang. Seorang
wanita yang telah diangkat menjadi bundo kanduang
(bunda kandung) memegang peranan penting dalam
kaumnya. Tidak semua wanita dapat menjadi bundo
kandungan. Ia haruslah orang yang arif bijaksana, kata-
katanya didengar, pergi tempat bertanya dan pulang
tempat berita. Ia juga merupakan peti ambon puruak ,
artinya tempat atau pemegang harta pusaka kaumnya.
Oleh karena itu memiliki pakaian adat yang berbeda
dengan wanita lainnya. Seperti juga pada pakaian
penghulu, masing-masing daerah adat di Minangkabau
memiliki variasinya masing-masing. Tetapi umumnya
kelengkapan pakaian bundo kanduang terdiri dari
tengkuluk, baju kurung, kain selempang, kain sarung,
dan berhiaskan anting-anting serta kalung.
9. Pakaian Adat Minangkabau sebagai Pakaian
Pengantin
Pakaian adat merupakan pelengkap bagi sebuah pernikahan adat,
beberapa tradisi di Indonesia tetap memegang teguh pakain adat ini
untuk nantinya diwariskan kepada anak cucunya. Kita ketahui
bersama bahwa suku di Indonesia sangat beragam, oleh karena itu
pernikahanadat.blogspot.com akan berusaha mencari dan membantu
para calon pengantin yang ingin mengetahui tentang busana
pernikahan adat di daerahnya.
Pakaian Minangkabau sebagai Pakaian Pengantin
Dalam alek di minangkabau pada umumnya pengantin wanita
menggunakan suntiang. Suntiang adalah hiasan kepala pengantin
perempuan di Minangkabau atau Sumatra Barat. Hiasan yang besar
warna keemasan atau keperakan yang khas itu, membuat pesta
pernikahan budaya Minangkabau berbeda dari budaya lain di
Indonesia. Perempuan minangkabau mesti bangga dengan budaya
minangkabau, terutama soal pakaian pengantin. secara turun
temurun, busana pengantin Minangkabau sangat khas, terutama
untuk perempuannya, yaitu selain baju adat-nya baju kurung panjang
dan sarung balapak, tak ketinggalan sunting.
10. suntuang
Sedangkan untuk hiasan kepala
sebenarnya beragam bentuknya.
Saat ini, hiasan kepala "Suntiang
Kambang” asal Padang Pariaman
lah yang di lazim digunakan di
Sumatera Barat. Padahal ada
banyak bentuk hiasan kepala, ada
yang berupa sunting Pisang
Saparak (Asal Solok Salayo),
Sunting Pinang Bararak(Dari
Koto nan Godang Payakumbuh),
Sunting Mangkuto (dari
Sungayang), Sunting Kipeh
(Kurai Limo Jorong), Suntiang
Sariantan (Padang Panjang),
Suntiang Matua Palambaian,
11. • Tidak hanya suntiang, di beberapa daerah juga
mengenakan Tikiluak Tanduak dengan beragam bentuk,
seperti tikuluak tanduak batipua, tanduak lilik
(payakumbuh), Tanduak Balenggek dari Sungayang,
Tanduang dari Lintau Buo, termasuak Tikuluak Kecubung
dari Magek. Dan ada yang hanya berupa kain yang di
lekapkan ke kepala, yaitu tengkuluk khusus yang disebut
talakuang serta baju kurung yang disebut Batabue atau
Bertabur, seperti di Koto Gadang. Sayangnya, beragam
hiasan tersebut sudah jarang digunakan. Disamping karena
ketidak laziman juga karena ketidak tahuan kita. Sehingga,
hanya Suntiang Gadang lah yang dianggap betul-betul baju
Anak Daro di Minangkabau.
• Suntiang sendiri dirangkai menggunakan kawat ukuran satu
perempat yang dipasang pada kerangka seng aluminium
seukuran kepala. Pada kawat itu dipasang sedikitnya lima
jenis hiasan. Kelima hiasan itu dinamakan suntiang pilin,
suntiang gadang, mansi-mansi, bungo, dan jurai-jurai
12. • Besarnya sebuah suntiang diukur dengan jumlah mansi atau kawat.
Suntiang paling besar ukurannya 25 mansi, kemudian 23 mansi, dan
21 mansi yang paling umum dipakai saat ini. Suntiang yang dibuat
juga dibagi tiga jenis berdasarkan bahan. Yang lebih berat dan mahal
yang masih dibuat saat ini terbuat dari mansi padang (sejenis seng
aluminium kuningan). Kemudian mansi kantau atau biasa, dan yang
sekarang mulai banyak dipakai, terutama untuk pelajar, suntiang dari
plastik yang jauh lebih ringan. Tapi yang paling bagus sebaiknya nanti
dibuat dari titanium, sayangnya masih mahal.
• Suntiang tidak terlepas dari perangkatan pakaian limpapeh Rumah
nan Gadang di Minangkabau. Suntiang ini dipakai oleh anak gadis
yang berpakaian adat maupun oleh pengantin wanita. Mengenai jenis
dan nama suntiang ini berbagai ragam. Secara garis besar jenis
suntiang ini adalah sbb :
• 1. Suntiang bungo pudieng (suntiang berbunga puding)
• 2. Suntiang pisang saparak (suntiang pisang sekebun)
• 3. Suntiang pisang saikek (suntiang pisang sesisir)
• 4. Suntiang kambang loyang (suntiang pisang sesisir)
13. • Dari segi ikat (dandanan) dengan segala variasinya
suntiang ini dapat pula dibedakan, suntiang ikat
pesisir, suntiang ikat Kurai, suntiang ikat Solok
Selayo, suntiang ikat Banuhampu Sungai Puar,
suntiang ikat Lima Puluh Kota, suntiang ikat
Sijunjung Koto Tujuh, suntiang ikat Batipuh X Koto,
suntiang ikat Sungayang, dan Lintau Buo.
• Suntiang ikat bungo pudieng banyak dipakai
didaerah Batipuh Tanah Datar. Suntiang pisang
separak banyak dipakai didaerah Luhak Lima Puluh
Kota, Solok, Sijunjung Koto Tujuh, dan Sungai pagu.
Suntiang pisang sasikek banyak dipakai di daerah
Pesisir. Suntiang kambang loyang banyak dipakai di
daerah lain.
14. Baju kurung
Untuk baju, Minangkabau hanya
mengenal dua jenis baju, yaitu
baju kurung basiba dan baju
kurung melayu (kebaya
panjang). Baju ke dua ini lazim
digunakan di daerah psisir barat,
parang dan pariaman. Demikian
juga halnya dengan warna, baju
adat MinangKabau punya
warna-warna pakem yang
menjadi ciri khasnya. baju
kurung warna merah dan gold
sebagai ciri daerah Padang dan
warna hitam sebagai ciri daerah
Solok.
15. • Baju-baju adat MinangKabau yang biasanya adalah semacam baju
kurung yang longgar (tidak ketat), tebal (tidak transparan, tidak
menerawang, tidak tembus pandang), sopan, tertutup mulai dari
leher sampai ke mata kaki dan dihiasi dengan tutup kepala yang
bentuknya beraneka ragam sesuai dengan daerah asal yang lebih
spesifik. Oleh karena baju adat minangkabau yang cenderung
tertutup, longgar dan tidak transparan ini, maka sangat mudah
memadukannya dengan jilbab tanpa menghilangkan unsur budaya
aslinya.
• Perlengkapan pakaian adat Limpapeh Rumah Nan Gadang dibuat
oleh orang Minangkabau sendiri. Ada daerah yang cukup terkenal
dengan pandai sulam ini di Minangkabau seperti Padang,
Pariaman, Tanjung Sungayang, Batipuh Bunga Tanjung, Koto
Gadang, Payakumbuh. Sedangkan Pandai Sikat terkenal dengan
tenunan kain upieh (kain balapak). Bukittinggi terkenal sebagai
tempat penjual suntiang dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Umumnya biro tata rias anak daro di seluruh Sumatera Barat,
bahkan di luar provinsi itu, termasuk Jakarta membeli suntiang ke
toko-toko di Bukittinggi. Tapi, suntiang sendiri sebenarnya dibuat
sekelompok perajin di Kampung Pisang, Kecamatan Empat Koto,
Kabupaten Agam. Sayang, hal ini tak banyak diketahui orang.
16. Makna Simbolik yang
Terkandung dalam
Busana Adat
Minangkabau
1. Busana Bagian Atas
Tengkuluk tanduk atau tengkuluk ikek adalah penutup
kepala yang terbuat dari kain balapak. Perlengkapan ini
bentuknya seperti tanduk (runcing) yang berumai emas
atau loyang sepuhan. Makna simbolik dari perlengkapan
ini adalah kepemilikan rumah gadang. Artinya, orang yang
mengenakannya adalah bundo kanduang (pemilik suatu
rumah gadang).
17. Baju kurung
2. Busana Bagian Tengah
Baju kurung dengan warna hitam, merah, biru,
atau lembayung yang dihiasi dengan benang
emas dan tepinya diberi minsai bermakna
simbolik, terutama minsai-nya, bahwa seorang
bundo kanduang dan kaumnya harus mematuhi
batas-batas adat dan tidak boleh melanggarnya.
Sementara, balapak yang diselempangkan dari
bahu kanan ke rusuk kiri bermakna simbolik
bahwa seorang bundo kanduang bertanggung
jawab melanjutkan keturunan.
3. Busana Bagian Bawah
Kain sarung (kodek) balapak bersulam emas
bermakna simbolik kebijaksanaan. Artinya,
seorang bundo kanduang harus dapat
menempatkan sesuatu pada tempatnya,
sebagaimana yang diibaratkan oleh pepatah
“memakan habis-habis, menyuruk
(bersembunyi) hilang-hilang”.
18. • 4. Perhiasan
• Selain pakaian ada pula beberapa perhiasan atau aksesoris yang
digunakan oleh bundo kanduang. Perhiasan tersebut terdiri dari
seperangkat kaluang (kalung) yang terdiri dari sembilan macam bentuk,
seperangkat gelang dan cincin yang juga terdiri dari bermacam bentuk.
Perhiasan-perhiasan tersebut pada umumnya terbuat dari bahan emas
dan batu alam. Perhiasan seperti seperangkat kaluang dan galang serta
cincin memiliki perbedaan yang khusus jika dibandingkan dengan
perhiasan wanita pada umumnya, sebab merupakan simbol-simbol yang
mengandung norma-norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, dapat dikatakan bahwa
perhiasan yang dikenakan oleh bundo kanduang tidak hanya berfungsi
untuk memperindah penampilan, melainkan juga memiliki makna
tertentu yang terkait dengan adat istiadat Minangkabau. Kalung dan
gelang tersebut hanya dipakai pada saat dilaksanakan upacara adat
dimana bundo kanduang hadir dengan segala kebesarannya sebagai
seorang pemimpin adat. Berikut ini adalah beberapa macam perhiasan
(kalung, gelang dan cincin) yang biasa digunakan oleh bundo kanduang
di dalam melaksanakan upacara adat.
19. Nilai Luhur yang terkandung dalam Pakaian Adat
Minangkabau
Fungsi busana bagi seseorang tidak hanya sekedar sebagai pelindung
tubuh dari cuaca dingin dan teriknya sinar matahari, tetapi juga
mempunyai fungsi lain dalam struktur sosial suatu masyarakat. Dari
busana yang dikenakan oleh seseorang dapat diketahui status sosial
orang yang bersangkutan dalam masyarakatnya. Pada masyarakat
Minangkabau misalnya, busana adat yang dikenakan oleh para
pemangku adat (datuk dan sutan) berbeda dengan orang kebanyakan,
sehingga orang mengetahui secara persis status sosial si pemakainya.
Demikian juga busana yang dikenakan oleh bundo kanduang berbeda
dengan perempuan kebanyakan. Busana yang dikenakan oleh bundo
kanduang juga tidak hanya sekedar busana, tetapi di baliknya ada makna
simbolik yang sarat dengan nilai-nilai yang pada gilirannya dapat
dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan. Nilai-nilai itu adalah:
kepimpinan, keteguhan dan kebertanggung-jawaban, kebijaksanaan,
kehematan, kerja keras, ketauladan, ketaqwaan, pengayoman, dan
ketaatan.
20. • Nilai kepemimpinan tercermin dalam makna simbolik
penutup kepala disebut tengkuluk tanduk atau tengkuluk
ikek. Penutup kepala ini adalah sebagai simbol seorang
pemimpin dalam rumah gadang.
• Nilai keteguhan dan kebertanggung-jawaban tercermin
dalam makna simbolik minsai dan balapak. Minsai adalah
simbol bahwa seorang bundo kandung dan kaumnya tahu
persis tentang adat dan tidak boleh melanggarnya.
Sedangkan, balapak adalah simbol penerus keturunan.
Artinya, seorang bundo kandung bertanggung jawab
melanjutkan keturunan.
• Nilai kebijaksanaan tercermin dalam makna simbolik kain
sarung (kodek) balapak bersulam emas, yaitu seorang
bundo kanduang harus dapat menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Sedangkan, nilai kehematan tercermin dalam
makna simbolik dukuah nasura, yaitu orang hidup mesti
dapat menerapkan sikap mental hemat.
21. • Nilai kerja keras tercermin dalam makna simbolik
dukuah palam, yaitu hidup tidak boleh menyerah
(pasrah) tetapi harus berpikir, berbuat dan berjuang
untuk memperoleh sesuatu demi kesejahteraan
manusia.
• Nilai ketauladanan tercermin dalam makna simbolik
dukuah uang dukat, yaitu bundo kandung merupakan
cermin seorang perempuan Minangkabau yang dapat
menjadi pengayom bagi kaumnya dalam menjalani
kehidupan.
• Nilai ketaqwaan tercermin dalam makna simbolik:
dukuah rago-rago, dukuah pinyaram, kaban
• ketek, kaban manangah dan Kaban gadang, Rukun
Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap orang
Minangkabau, khususnya yang menganut agama Islam.
22. • Nilai pengayoman tercermin dalam makna simbolik
galang ula tigo balik, yaitu paga diri yang berguna
untuk melindungi seluruh anak kemenakan (kaum)
bundo kanduang. Artinya, seorang bundo kanduang
diharapkan dapat melindungi nagarinya dari
kerusakan atau kekacauan.
• Nilai Ketaatan tercermin dalam makna simbolik
galang gadang, yaitu sebagai pamagar (pagar).
Artinya, semua tindakan atau tugas yang
dilaksanakan oleh bundo kanduang harus sesuai
dengan aturan adat dan disetujui oleh mamak atau
panghulu. (gufron)