PEMBENTUKAN SPONTAN KOMPLEK POLIELEKTROLIT FIBROIN SUTERA DENGAN ALGINAT SEBAGAI MODEL PENGHANTARAN OBAT (Gita Cahya Eka Darma) Fibroin Sutera (SF) dan Alginat (ALG) merupakan biomaterial yang memiliki efek terapeutik dalam pengobatan...
morePEMBENTUKAN SPONTAN KOMPLEK POLIELEKTROLIT FIBROIN SUTERA DENGAN ALGINAT SEBAGAI MODEL PENGHANTARAN OBAT (Gita Cahya Eka Darma) Fibroin Sutera (SF) dan Alginat (ALG) merupakan biomaterial yang memiliki efek terapeutik dalam pengobatan luka yaitu hemostatik, dan kemampuannya dalam menyerap eksudat luka. Agen terapetik alami memiliki banyak keunggulan daripada penggunaan obat sintetik kimiawi, sehingga menjadikannya sebagai alternatif pilihan yang baik dalam pengobatan. Penelitian ini bertujuan membuat model penghantaran untuk pengobatan luka yaitu berupa membran serat hasil kompleksasi polielektrolit (PEC) melalui metode koaservasi. SF dari kepompong ulat sutera (Bombyx mori Linn) digunakan sebagai agen polikation, ALG sebagai agen polianion dan Kloramfenikol (CHL) sebagai model obatnya. Karakterisasi membran serat PEC yang dilakukan meliputi analisis gugus fungsi (FTIR), derajat kristalinitas (XRD), sifat termal (DSC), mikroskopik (SEM). Kemudian, dilakukan perhitungan perolehan koaservat (coacervation yield), uji keabuhan (swelling), dan uji pelepasan CHL secara in‒vitro. SDS PAGE digunakan untuk mengidentifikasi protein. Penelitian ini telah menghasilkan SF dengan karakteristik baru yang lebih baik, sehingga diperoleh membran serat PEC yang sesuai sebagai model penghantaran untuk pengobatan luka pada kulit. Membran serat PEC merupakan hasil modifikasi dari koaservat SF‒ALG berbentuk hidrogel. SF dalam membran berada pada konformasi strukturnya yang stabil yaitu Silk II dengan derajat kristalinitas dari SF maupun ikat‒silang elektrostatik SF‒ALG yang baik, sehingga membran serat ini dapat mengembang atau larut bergantung pada pH sistem. Analisis karakteristik membran telah membuktikan bahwa terjadi ikat‒silang elektrostatik antara SF dengan ALG, bentuk polimorf serta derajat kristalinitas SF dan membran dapat dikendalikan sehingga menentukan hasil akhir membran. Membran serat PEC responsif terhadap kondisi keasaman sistem, pada pH < 3 membran mengembang sementara pH > 3‒5,5 membran melarut sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi pH tempat pelepasannya. Profil keabuhan meningkat dari pH 1 menuju pH 3 dengan persentase paling rendah adalah 414,3% (F3) dan paling tinggi adalah 844,4% (F2). Profil pelepasan CHL dari F1‒F3 berturut-turut adalah 91,33; 98,88; 81,94% selama 30 menit. Pelepasan paling cepat diperoleh dari formula dengan jumlah ALG lebih besar, sebaliknya pada jumlah SF lebih besar maka pelepasannya lebih lama sehingga rasio ini dapat menentukan jenis pelepasan yang diinginkan. Kata kunci: Fibroin sutera, natrium alginat, koaservasi, komplek polielektrolit, membran serat -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SELF-ASSEMBLED POLYELECTROLYTE COMPLEX OF SILK FIBROIN WITH ALGINATE AS DRUG DELIVERY MODEL (Gita Cahya Eka Darma) Silk Fibroin (SF) and Alginate (ALG) are biomaterial that have therapeutic efect in wound dressing which is hemostatic, and the ability upon absorption of wound exudates. Natural therapeutic agents has many advantages than the use of chemical synthetic drugs, so that making it a good alternative in the medication. This research aims to make delivery model for wounds dressing in the form of fiber membrane results from polyelectrolyte complexation (PEC) through coacervation method. SF from silkworm cocoons (Bombyx mori Linn) used as polycations agent, ALG as polyanions agent and Chloramphenicol (CHL) as drug model. Characterization of PEC fiber membranes are conducted with analysis of the functional groups (FTIR), crystallinity degree (XRD), thermal properties (DSC), microscopic (SEM). Then, the study continued to the measurement of coacervation yield, swelling test, and in-vitro drug release test. SDS PAGE was used to verify the protein. This research has gained SF with better new characteristics, in order to obtain the appropriate PEC fiber membrane as delivery models for the treatment of skin wounds. PEC fiber membrane is a modified version from hydrogel-forming of SF‒ALG coacervate. SF in the membrane is in the stable conformation structure (Silk II) with a proper cystallinity degrees of SF and the SF‒ALG electrostatic crosslinking, so this fiber membrane can swelling or dissolve depending on the pH of the system. Characterization analysis of the membrane shown that the electrostatic bonds occurs between SF with ALG, polymorphic forms of the protein fibroin and crystallinity degree of SF and membrane can be controlled to determine the final result of the membrane. PEC fiber membrane is responsive to pH, at pH < 3 swelling occurs while at pH > 3‒5,5 it dissolved, this condition could be adjusted to the pH condition of the site released. The swelling profile increased from pH 1 upto pH 3 with the lowest percentage is 414,3% (F3) and the highest is 844,4% (F2). The CHL release profile of F1‒F3 respectively are 91,33; 98,88; 81,94% during 30 minute. The fastest drug release profile obtained from the formula with a higher amount of ALG, and otherwise on the formula that SF amounts is higher then the release is slower, this ratio can determine the type of release as required. Keywords: Silk fibroin, sodium alginate, coacervation, polyelectrolyte complex, fiber membrane