Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
ANALISIS KEBUTUHAN DRY PORT BERBASIS DEMAND
PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL BARU
STUDI KASUS PELABUHAN TANJUNG ULAR, BANGKA
BARAT
Ibnu Fauzi
Laboratory for Harbor Infrastructure and
Coastal Dynamics Technology (BTIPDP),
BPPT Indonesia
Jl. Grafika 2, Sekip Yogyakarta 55281,
Email :
[email protected]
Muhammad Alfan Santosa
Center of Technology for Maritime
Industrial Engineering (PTRIM), BPPT
Indonesia
Jl. Grafika 2, Sekip Yogyakarta 55281
Dian Astria Novianti
Center of Technology for Maritime
Industrial Engineering (PTRIM), BPPT
Indonesia
Jl. Grafika 2, Sekip Yogyakarta 55281
Aprijanto
Center of Technology for Maritime
Industrial Engineering (PTRIM), BPPT
Indonesia
Jl. Grafika 2, Sekip Yogyakarta 55281
Abstract
Ports have an important function for the movement of goods. Currently, Muntok Existing Port according to the
data of Muntok Port Master Plan 2015 in2012 is only able to serve unloading only. In the plan to relocate port
activities in Bangka Barat Regency area it is necessary to pay attention to the analysis of dry port based
demand which is one of the important components in the technical requirements of the port master plan. The
method in the study is quantitative correlation that aims to get an estimate of dry port needs. From hinterland
analysis Tanjung Ular Port covers the entire Regency of Bangka Barat. The largest ship needs 1000DWT with
the needs of 51ships by2030 with a liquid bulk payload (CPO) of 15,409ton and the need for 800m² dock
dimensions with a length of 80m. Port development planning is divided into3 stages short term (2019-2023),
medium term (2019-2028) and long term (2019-2038)
Keywords: demand, loading and unloading, port
Abstrak
Pelabuhan mempunyai fungsi yang penting untuk pergerakan barang. Saat ini Pelabuhan Eksisting Muntok
menurut data Rencana Induk Pelabuhan Muntok 2015 pada tahun 2012 hanya mampu melayani bongkar saja.
Dalam rencana pemindahan aktivitas pelabuhan di Kawasan Kabupaten Bangka Barat sangat perlu
memperhatikan analisis dry port berbasis demand yang merupakan salah satu komponen penting dalam
persyaratan teknis penyunan Rencana Induk Pelabuhan. Metode dalam penelitian adalah kuantitatif korelasi
yang bertujuan mendapatkan estimasi kebutuhan dry port. Dari hasil analisis hinterland Pelabuhan Tanjung
Ular mencakup seluruh Kabupaten Bangka Barat. Kebutuhan kapal terbesar 1000DWT dengan kebutuhan
51kapal pada tahun 2030 dengan muatan curah cair (CPO) sebesar 15.409ton serta kebutuhan dimensi dermaga
800m² dengan panjang 80m. Perencanaan pengembangan pelabuhan terbagi menjadi 3 tahapan yaitu jangka
pendek (2019-2023), jangka menengah (2019-2028) dan jangka panjang (2019-2038).
Kata Kunci: bongkar muat, demand, pelabuhan
1117
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
PENDAHULUAN
Peran pelabuhan sebagai pendorong transportasi multimoda sangat penting untuk aktivitas
ekonomi sebuah negara di tengah globalisasi dan pasar bebas dunia Berdasarkan Undangundang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun
2009 tentang Kepelabuhanan telah menetapkan, antara lain bahwa setiap pelabuhan wajib
memiliki Rencana Induk Pelabuhan yang mengacu kepada Rencana Induk Pelabuhan
Nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 432 Tahun 2017
tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. Mengutip dari Buletin Inspektorat
Jenderal Transparasi Kementerian Perhubungan 2018 identifikasi awal Itjen Kemenhub
terdapat 152 proyek yang menjadi objek pemeriksaan di tahun 2018. Proyek tersebut
meliputi 41 proyek PSN/P3N, 57 proyek pemeliharaan dan 54 aset mangkrak, perencanaan
pelabuhan yang komprehensif diperlukan untuk meminimalisir terjadinya kasus mangkrak
atau tidak termanfaatkannya fasilitas pelabuhan. Menurut data Rencana Induk Pelabuhan
Muntok 2015 pada tahun 2012 Pelabuhan Muntok hanya mampu melayani bongkar saja dan
kondisi eksisting mengalami pendangkalan akibat sedimentasi yang tinggi. Oleh karena
untuk meningkatkan kemampuan bongkar muat fungsi pelabuhan di Kabupaten Bangka
Barat, maka direncanakan pemindahan aktivitas pelabuhan eksisting, sehingga diperlukan
beberapa pertimbangan untuk mendukung rencana pembangunannya dengan
memperhatikan analisis dry port berbasis demand angkutan laut Pelabuhan. Analisis tersebut
sangat diperlukan karena merupakan salah satu komponen penting didalam persyaratan
teknis penyunan Rencana Induk Pelabuhan dan perlu dianalisa sesuai dengan aspek potensi
hinterland, kondisi demografi dan hierarki pelabuhan sesuai dengan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional. Sehingga dilakukanlah penelitian analisis kebutuhan dry port berbasis
demand guna memperoleh hasil kebutuhan fasilitas dry port sesuai dengan demand yang
ada.
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi Pelabuhan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 bab II pasal
4 tentang kepelabuhanan, pelabuhan memiliki peran sebagai simpul dalam jaringan
transportasi sesuai dengan hierarkinya; pintu gerbang kegiatan perekonomian; tempat
kegiatan alih moda transportasi; penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan; tempat
distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; dan mewujudkan wawasan
nusantara dan kedaulatan Negara
Hinterland Pelabuhan
Perkembangan dan pertumbuhan suatu pelabuhan sangat ditentukan oleh seberapa luas
wilayah layanannya, mengetahui wilayah layanan maka jumlah keluar dan masuknya
barang dan penumpang melalui pelabuhan tersebut dapat diketahui. Wilayah layanan
suatu pelabuhan dapat dibagi atas dua yaitu wilayah layanan belakang/hinterland dan
wilayah layanan ke depan/foreland (Surya, 2008). Wilayah hinterland sebuah pelabuhan
ditentukan berdasarkan konsep aksesibilitas yang merupakan suatu ukuran/tingkat
kemudahan untuk mencapai suatu, daerah, suatu ukuran kenyamanan/kemudahan mengenai
cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain
1118
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
Demand
Perbedaan hasil produksi atau komoditi barang dari satu daerah dengan daerah lainnya
memicu terjadinya perpindahan atau pergerakan barang untuk dapat memenuhi kebutuhan
manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan jasa-jasa transportasi, oleh
Salim (2006) dapat dilihat dari dua segi yaitu, dari segi permintaan (demand) berupa
pertumbuhan penduduk, pembangunan daerah dan wilayah, industri, transmigrasi dan
penyebaran penduduk; dan dari segi penawaran (supply) berupa peralatan yang digunakan,
kapasitas yang tersedia, kondisi teknik alat angkut yang dipakai, produksi jasa yang dapat
diserahkan oleh perusahaan angkutan, sistem pembiayaan dalam pengoperasian alat
pengangkutan
Proyeksi Data
Sesuai dengan fungsi umumnya, pemodelan transportasi juga akan berguna untuk melihat
seberapa jauh keuntungan dan kerugian dari suatu rencana atau skenario yang akan
diterapkan sebagai perencanaan umum angkutan penyeberangan. Dalam penentuan bongkar
muat barang pada sebuah rencana pelabuhan perlu ditentukan data dari Pelabuhan eksisting;
Pertumbuhan penduduk; Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kawasan.
Pemilihan model peramalan yang mungkin dapat digunakan selayaknya disesuai kan dengan
data yang tersedia. Analisis prakiraan permintaan Jasa Angkutan Laut dilakukan untuk
tenggat waktu 20 tahun dengan mempertimbangkan seluruh variabel pemodelan yang ada.
Model analitik menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang paling sederhana
dari seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan derajat pertama (first degree
equation). Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari waktu,
dengan persamaan:
Pt =α + βT
(1)
dimana:
Pt = penduduk pada tahun proyeksi
α = intercept = penduduk pada tahun dasar
β = koefisien = rata-rata pertambahan penduduk
T = periode waktu proyeksi = selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar
Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa penduduk akan
bertambah/berkurang sebesar jumlah absolut yang sama/tetap (β) pada masa yang akan
datang sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Ini berarti bahwa, jika
Pt+1 dan Pt adalah jumlah populasi dalam tahun yang berurutan, Pt+1 – Pt yang adalah
perbedaan pertama yang selalu tetap (konstan).
Dry Port
Berdasarkan PP 64 Tahun 2015 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2009 tentang Kepelabuhanan, Dry Port atau fasilitas darat pelabuhan dibagi menjadi 2 yaitu
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
1. Fasilitas Pokok : Dermaga, Gudang Lini 1, Lapangan Penumpukkan Lini 1, Terminal
Penumpang, Terminal Peti kemas, Terminal ro-ro, Fasilitas penampungan dan
pengolahan limbah, Fasilitas bunker, Fasilitas pemadam kebakaran, Fasilitas gudang
1119
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
untuk bahan barang berbahaya dan beracun (B3), Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan
peralatan dan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
2. Fasilitas Penunjang : Kawasan perkantoran, Fasilitas pos dan telekomunikasi, Fasilitas
pariwisata dan perhotelan, Instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi, Jaringan jalan
dan rel kereta api, Jaringan air limbah drainase, dan sampah, Areal pengembangan
pelabuhan, Tempat tunggu kendaraan bermotor, Kawasan perdagangan, Kawasan
industri, Fasilitas umum lainnya
Dalam pelaksanaanya fasilitas pelabuhan diatur lebih lanjut didalam petunjuk teknis
Rencana Induk Pelabuhan yang disesuaikan dengan hierarki dari masing-masing pelabuhan.
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif korelasi
yang bertujuan mendapatkan estimasi kebutuhan dry port yang didasarkan kepada analisis
demand jasa transportasi laut pelabuhan pengumpan lokal dengan studi kasus Pelabuhan
Tanjung Ular. Secara garis besar alur penelitian yang dilakukan disajikan dalam Gambar 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hinterland Pelabuhan
Pelabuhan Tanjung Ular berada di Pantai Tanjung Ular Dusun Tanjung Ular Desa Air Putih
Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung. Berdasarkan
Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 432 Tahun 2017 Tentang Rencana Induk
Pelabuhan Nasional Status hierarki Pelabuhan Tanjung Ular pada rencana lokasi pelabuhan
berstastus hierarki sebagai Pelabuhan Pengumpan Lokal (PL). Hinterland Pelabuhan
Tanjung Ular Meliputi seluruh Kabupaten Bangka Barat dan Sebagian dari Wilayah
Kabupaten Bangka mengacu pada analisa sebaran pusat kegitan ekonomi dan market share
pada pelabuhan sekitar yang di tampilkan pada Gambar 2 berikut ini
1120
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
Gambar 2. Hinterland Pelabuhan Tanjung Ular
Analisis Pergerakan Barang
Prediksi jumlah kedatangan kapal dan volume muatan dilakukan dengan menggunakan
persamaan bangkitan/tarikan perjalanan yang dibentuk dari korelasi atau hubungan antara
variabel tak bebas (volume bongkar-muat) dan variabel bebas yaitu potensi muatan dari
pelabuhan sekitarnya, jumlah penduduk, dan PDRB.
Proyeksi PDRB Kabupaten Bangka Barat
Perhitungan angka PDRB yang digunakan untuk menghitung proyeksi volume bongkar muat
di Pelabuhan Tanjung Ular berasal dari lapangan usaha perdagangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor. Hal ini disebabkan karena kebutuhan konsumsi rumah
tangga dan industri di Kabupaten Bangka Barat yang mempengaruhi jumlah muatan yang
dibongkar di Pelabuhan Tanjung Ular, yaitu dengan melihat adanya transaksi pengiriman
barang dari luar ke dalam Kawasan Bangka Barat digambarkan melalui jumlah PDRB dari
lapangan usaha tersebut.
Hasil persamaan perhitungan proyeksi nilai PDRB berdasarkan harga konstan tersebut
dengan variabel jumlah penduduk Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut:
Y = - 2.572.866 + (18,17284 x a)
(2)
dimana,
Y: Proyeksi PDRB perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
Kabupaten Bangka Barat
A: Jumlah Proyeksi Penduduk Kabupaten Bangka Barat
1121
PDRB Bangka Barat (Juta Rp)
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
2013
2015
2017
2019
2021
2023
2025
2027
Tahun
2029
2031
2033
2035
2037
2039
Gambar 3. Proyeksi PDRB Kabupaten Bangka Barat
Sumber : BPS-Statistics of Kepulauan Bangka Belitung Province dan Hasil Analisis 2018
Analisis Proyeksi Volume Bongkar Barang
Selanjutnya dilakukan proyeksi mengenai besaran potensi barang yang akan dibongkar di
Pelabuhan Tanjung Ular berdasarkan asumsi dari hasil proyeksi jumlah penduduk
Kabupaten Bangka Barat dan nilai PDRB dari lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yang dibandingkan dengan potensi muatan dari
Pelabuhan Muntok sebagai pelabuhan terdekat dari Pelabuhan Tanjung Ular.
Adapun persamaan analisis yang digunakan untuk proyeksi bongkar muat adalah sebagai
berikut:
Y = 28.619,08+(0,012213 x a) – (0,11992 x b)
(3)
Dimana:
Y
: Proyeksi Volume Bongkar
a
: Proyeksi PDRB Provinsi Kep. Bangka Belitung
b
: Proyeksi Jumlah penduduk Provinsi Kep. Bangka Belitung
6.000.000
50.000
5.000.000
40.000
4.000.000
30.000
3.000.000
20.000
2.000.000
10.000
1.000.000
0
0
Proyeksi PDRB
Proyeksi Volume Bongkar Barang
Gambar 4. Proyeksi Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Tanjung Ular
Barang-barang yang diasumsikan akan dibongkar di Pelabuhan Tanjung Ular yaitu berupa
barang kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Bangka
Barat, seperti sembako, beras, dan yang lainnya.
Analisis Proyeksi Volume Muat Barang
Berdasarkan metoda peramalan dan data yang telah diperoleh diatas, maka proyeksi/
peramalan (Forecast) barang-barang yang akan dimuat di Pelabuhan Tanjung Ular adalah
1122
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
hasil perkebunan dari Kabupaten Bangka Barat yaitu berupa karet, lada, dan Crude Palm Oil
(CPO) sebagai hasil olahan kelapa sawit. Produksi karet di Kabupaten Bangka Barat
diasumsikan akan seluruhnya dimuat di Pelabuhan Tanjung Ular untuk dikirim ke luar, hal
ini dikarenakan Kabupaten Bangka Barat tidak memiliki perusahaan pengolahan karet.
Sedangkan untuk hasil produksi lada, proyeksi volume yang akan dimuat di Pelabuhan
Tanjung Ular adalah sebesar 50%, sisanya akan digunakan untuk kebutuhan masyarakat
lokal di Kabupaten Bangka Barat.
Untuk hasil CPO yang akan dimuat di Pelabuhan Tanjung Ular yaitu sebesar 20% dari
keseluruhan hasil produksi. Diasumsikan 20% berasal dari perusahaan-perusahaan terdekat
dari Pelabuhan Tanjung Ular seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Untuk muatan CPO
akan dimulai pada tahun 2025 dengan asumsi bahwa infrastruktur pelabuhan yang akan
mendukung kegiatan muat barang berupa curah cair (CPO) dan juga aksesibilitas untuk
menjangkau Pelabuhan Tanjung Ular baru ada di tahap ke-2. Selain itu, perlu adanya
jaminan untuk meyakinkan produsen penghasil CPO tersebut untuk bisa mengirimkan CPO
melalui Pelabuhan Tanjung Ular, yaitu setelah beberapa tahun sejak pelabuhan ini beroperasi
pertama kali.
Berdasarkan analisis proyeksi tersebut, maka perhitungan volume barang yang akan dimuat
di Pelabuhan Tanjung Ular adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Proyeksi Volume Barang yang Dimuat di Pelabuhan Tanjung Ular
Tahun
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
Produksi Karet
11.565
10.654
9.814
9.041
8.329
7.673
7.068
6.512
5.999
5.526
5.091
5.091
5.091
5.091
5.091
5.091
5.091
5.091
5.091
5.091
5.091
5.091
Produksi Lada
Produksi CPO
2.528
2.567
2.606
2.645
2.686
2.727
2.768
2.810
2.853
2.896
2.941
2.985
3.031
3.077
3.124
3.171
3.220
3.269
3.318
3.369
3.420
3.472
13.497
13.860
14.232
14.614
15.006
15.409
15.823
16.248
16.684
17.132
17.592
18.065
18.550
19.048
19.559
20.085
Proyeksi Volume Muat
Barang
14.093
13.220
12.420
11.687
11.015
10.399
23.334
23.181
23.083
23.036
23.038
23.485
23.945
24.416
24.899
25.394
25.903
26.424
26.959
27.507
28.070
28.647
Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka Hasil Analisis 2018
Dari hasil analisis dan perhitungan proyeksi di atas, maka volume bongkar muat barang yang
akan dilakukan di Pelabuhan Tanjung Ular adalah sebagai berikut
1123
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
Tabel 2. Proyeksi Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Tanjung Ular
Tahun
Proyeksi Volume Bongkar
Proyeksi Volume Muat
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
19.433
20.136
20.862
21.611
22.384
23.181
24.003
24.852
25.727
26.630
27.562
28.523
29.514
30.537
31.592
32.681
33.804
34.962
36.158
37.391
38.663
39.975
14.093
13.220
12.420
11.687
11.015
10.399
23.334
23.181
23.083
23.036
23.038
23.485
23.945
24.416
24.899
25.394
25.903
26.424
26.959
27.507
28.070
28.647
Jumlah Volume Bongkar
Muat
33.525
33.357
33.282
33.298
33.399
33.581
47.337
48.033
48.811
49.667
50.599
52.008
53.459
54.953
56.491
58.075
59.706
61.386
63.116
64.898
66.733
68.623
Sumber: Hasil Analisis 2018
Analisis Pergerakan Kapal
Pelabuhan Tanjung Ular akan menjadi titik origin untuk beberapa komoditas, antara lain
adalah Muatan Curah Padat berupa hasil perkebunan yang berupa lada dan karet yang di
kapalkan menuju Palembang, Jakarta, dan wilayah lain, serta curah cair dalam Bentuk CPO
untuk dikapalkan menuju Dumai sebagai bahan bakar nabati serta ke Jakarta dan Dumai.
Sedangkan Pelabuhan Tanjung Ular dapat menjadi tujuan untuk produk-produk
perdagangan besar dan eceran dari Palembang, Jakarta dan lain sebagainya, sedangkan
pupuk untuk keperluan pertanian diangkut dari Palembang dengan menggunakan kapal
pelayaran rakyat dan coaster 750 DWT. Asumsi kapal yang akan berkunjung di Pelabuhan
Tanjung Ular adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Rencana Spesifikasi Kapal
Kapal
Coaster 750 DWT
Kapal Max. 1000 DWT
Kapal Max. 1000 DWT
Muatan
Sembako, pupuk, semen,
bahan bangunan, hasil
perkebunan
Sembako, pupuk, semen,
bahan bangunan, hasil
perkebunan
Curah Cair (CPO)
Sumber: Hasil Analisis 2018
1124
Panjang
Kapal
60 m
Load Factor
Asal
Tujuan
250 ton
Bangka
Barat
Palembang
70 m
300 ton
Bangka
Barat
Palembang,
Jakarta
70 m
300 ton
Bangka
Barat
Dumai,
Jakarta
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
Barang yang diangkut dalam rencana pengoperasian Pelabuhan Tanjung Ular secara umum
adalah barang yang dibongkar berupa kebutuhan umum penduduk seperti sembako, beras,
dan lain-lain, serta barang yang dimuat adalah produksi hasil perkebunan berupa karet, lada,
dan hasil pengolahan kelapa sawit berupa CPO.
Dari load factor tersebut, kemudian dapat dianalisis jumlah kapal yang akan berkunjung
berdasarkan perhitungan proyeksi volume bongkar muat barang yang akan dilakukan di
Pelabuhan Tanjung Ular. Pelabuhan diasumsikan akan mulai beroperasi setelah 2 tahun
sejak mulai dibangun.
Analisis Kebutuhan Fasilitas Darat
Kebutuhan jumlah dermaga, Panjang dermaga ditetapkan berdasar jenis kapal terbanyak
yang bertambat di dermaga umum. Untuk menentukan panjang dermaga yang akan dibangun
digunakan persamaan (Triatmodjo, 1997) yaitu:
Lp = nLoa + (n-1) x 10% x Loa
(4)
Loa : Panjang Kapal untuk rencana kapal terbesar yang digunakan adalah 1000 DWT
dengan panjang 62.8 m
n
: Jumlah kapal yang tambat setiap harinya adalah 1 (satu) 10% merupakan jarak yang
di berikan pada ujung kapal maka,
= 1 x 62.8 + (1-1) 10% x 62.8 = 62.8 m
Dilakukan pembulatan menjadi 80 meter
Dimensi rencana dermaga Pelabuhan Tanjung Ular adalah 80 x 10 = 800m²
Dan berikut perhitungan kebutuhan fasilitas pokok daratan Pelabuhan Tanjung Ular
Tabel 4. Perhitungan Luas Fasilitas Pokok Daratan
Keterangan
Gudang
Cargo Volume per Year
Stored Ratio
Turnover Rate
Load of Warehouse
Space Ratio
Area of Warehouse
Satuan
Jangka Pendek
(2019-2024)
N
t/year
a
R
W
%
Nos/year
t/m2
0,5
M2
((N*a)/
(R/w))
Luas Hasil Perhitungan
Luas yang Direncanakan
Keterangan
Jangka Menengah
(2019-2028)
Jangka Panjang
(2019-2038)
33.282
35.053
45.850
40%
200
0.60
0.50
222
40%
200
0.60
0.50
234
40%
200
0.60
0.50
306
222
234
306
200
400
400
Barang-barang yang akan melalui gudang adalah barang-barang
yang dihindari untuk terkena basah (air), yaitu berupa kebutuhan
sehari-hari, semen, dan pupuk. Barang yang akan melewati
Gudang diasumsikan sekitar 40% dari keseluruhan volume
bongkar muat di pelabuhan diluar muatan curah cair
Lapangan Penumpukan
Cargo Volume per Year
N
t/year
Stored Ratio
Turnover Rate
Load of Warehouse
a
R
W
%
Nos/year
t/m2
1125
33.282
35.053
45.850
20%
26
1,50
20%
26
1,50
20%
26
1,50
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
Keterangan
Satuan
Space Ratio
Area of Warehouse
((N*a)/
(R/w))
Luas Hasil Perhitungan
Luas yang Direncanakan
Keterangan
Area Parkir Truk
Area per Car
a
Utilization Rate
α
Peak Factor
β
Average Cargo per
(Pm)
Truck
Average Cargo per Day
(Ps)
Required Trucks per
(p=Ps/Pm)
Day
Dwel Time of The Truck
Parking Area
Luas Hasil Perhitungan
Luas yang Direncanakan
Keterangan
Jangka Pendek
(2019-2024)
0,40
M2
Jangka Menengah
(2019-2028)
0.40
427
Jangka Panjang
(2019-2038)
0.40
449
0.40
588
427
449
588
600
600
600
Hanya barang-barang tertentu yang membutuhkan untuk
ditumpuk di lapangan penumpukan seperti besi, bahan
bangunan, dan lainnya. Barang yang diasumsikan akan melalui
lapangan penumpukan yaitu sekitar 20% dari keseluruhan
volume bongkar muat barang di pelabuhan diluar muatan curah
cair.
M2/car
Nos
20.7
0.8
3
3
20.7
0.8
3
3
20.7
0.8
3
3
Nos
Nos
91,2
6
96,0
6
12,6
8
Hours
M2
3
3
3
283
298
390
283
298
390
600
600
600
Lahan Parkir direncanakan terdiri dari ruang parkir dan
aksestabilitas jalan kendaran. Selain ruang parkir juga
disediakan area perbaikan truk, sehingga luasan parkir lebih
besar dibandingkan dengan luasan minimal hasil perhitungan
Kantor
Ruang Administrasi
Ruang Kasir
Ruang Kepala Pelabuhan
Pantry
Ruang Tunggu
Toilet Staf
Toilet Umum
Luas Area Kantor
Luas Hasil Perhitungan
Luas yang Direncanakan
Keterangan
4
4
10
6
4
4
3
Org
10
2
1
1
10
3
6
Luas
Org
Luas
Org
Luas
40
12
48
14
56
8
4
16
6
24
10
1
10
1
10
6
1
6
1
6
40
15
60
20
80
12
5
20
7
28
18
8
24
10
30
134
184
234
134
184
234
100
250
250
Gedung Perkantoran direncanakan selain mempunyai ruangan
untuk fungsional pelayanan kantor juga di tambahkan ruangan
untuk rapat dan Pertemuan
Rumah Dinas
2 Unit Rumah
(10 x 12,5) m2
Luas yang Direncanakan
250
250
250
250
250
250
Sumber: Hasil Analisis 2018
Tabel 5. Rekapitulasi Tahapan Pengembangan Fasilitas Daratan
No
1
2
3
4
Uraian
Land Clearing
Pemagaran
Talud
Dermaga barang
Satuan
m2
m
m
m2
Jangka Pendek
(2019-2023)
8.800
475
713
80 x 10
1126
Jangka Menengah
(2019 - 2028)
16.625
550
825,5
80 x 10
Jangka Panjang
(2019-2038)
16.625
550
825,5
80 x 10
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
No
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Uraian
Trestle Utama
Lampu Suar Dermaga
Lampu Suar Pelabuhan
Jalan Akses Pelabuhan
Gapura
Penataan Drainase
Gudang
Ruang Genset
Genset
Tangki Air Bersih
Tangki BBM
Kantor Pelabuhan
Rumah Dinas
Fasilitas APAR
Bangunan Damkar
Pertokoan
Klinik
Parkir Umum
Parkir Truk
Parkir Gudang
Lapangan Penumpukan
RTH
Area Curah Cair
Tangki CPO
Pemipaan Tangki
Penampungan Sampah
Satuan
m2
unit
unit
m2
unit
m2
m2
m2
unit
m2
m2
m2
m2
unit
m2
m2
m2
m2
m2
m2
m2
m2
m2
unit
m
m2
Jangka Pendek
(2019-2023)
412 x 8
1
1
2.928
1
1.810
200
30
1
21
25
100
250
4
350
600
700
600
1.436
25
Jangka Menengah
(2019 - 2028)
412 x 8
1
1
5.428
1
2.310
400
30
1
21
25
250
250
4
375
410
100
520
600
1.120
600
4.086
600
2
650
50
Jangka Panjang
(2019-2038)
412 x 8
1
1
5.428
1
2.310
400
30
1
21
25
250
250
4
375
410
100
520
600
1.120
600
4.086
600
2
650
50
Sumber: Hasil Analisis 2018
KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Hinterland Pelabuhan Tanjung Ular meliputi seluruh Kabupaten Bangka Barat dan
Sebagian dari Wilayah Kabupaten Bangka mengacu pada analisa sebaran pusat kegitan
ekonomi dan market share pada pelabuhan sekitar.
2.
Melihat dari potensi muatan barang di Pelabuhan Tanjung Ular secara umum yaitu
general cargo (bahan makanan & pupuk, hasil pertanian & sembako, bahan bangunan
non-semen) dan curah cair (CPO) dan status hierarki pelabuhan yang merupakan
pelabuhan pengumpan lokal dengan melihat proyeksi kunjungan kapal dari tahun 20192038 sistem bongkar muat pada dasarnya masih mengandalkan tenaga manusia/padat
karya dan di bantu oleh Mobile crane 1 unit dengan kapasitas 5 ton dan 1 unit forklift
kapasitas 2 ton pada tahun pertama yang kemudian akan di tambah 1 unit forklift
kapasitas 2 ton pada rencana jangka Panjang.
3.
Dalam analisis kebutuhan fasilitas dry port pengembangan pelabuhan terbagi menjadi
3 tahapan yaitu jangka pendek (2019-2023), jangka menengah (2019 - 2028) dan jangka
1127
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020
panjang (2019-2038) dengan kebutuhan beberapa fasilitas dalam satuan m² pentahapan
sebagai berikut : land clearing (8.800; 16.625; 6.625), dermaga barang (800; 800; 800),
trestle utama (3.296; 3.296; 3.296), jalan akses pelabuhan (2.928; 5.428; 5.428),
Gudang (200; 400; 400), kantor pelabuhan (100; 250; 250), parkir truk (600; 600; 600),
lapangan penumpukan (600; 600; 600), dan tangki CPO (0; 2; 2) unit.
DAFTAR PUSTAKA
BPS [Badan Pusat Statistik]. (2018). Kabupaten Bangka Barat Dalam Angka. Kabupaten
Bangka: Badan Pusat Statistik.
BPS [Badan Pusat Statistik]. (2018). Provinsi Bangka Belitung Dalam Angka. Bangka
Belitung: Badan Pusat Statistik.
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Perhubungan. (2015). Rencana Induk
Pelabuhan Muntok. Kabupaten Bangka Barat.
Kementerian Perhubungan. 2018. Buletin Inspektorat Jenderal Transparasi. Jakarta: Early
warning …….system halaman 2-3 (Vol.13 2018)
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 Tentang Rencana Induk
Pelabuhan Nasional
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 901 Tahun 2016 Tentang
Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Klosterman, Richard E. (1990). Community Analysis and Planning Techniques. Australia:
Savage, Md. : Rowman & Littlefield, c1990.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan
Salim, Abbas. (2006) Manajemen Transportasi. Jakarta: Raja Grafindo.
Surya, Agus D.A. (2008). Analisa Kapasitas Armada Angkutan Penyeberangan Rute BajoeKolaka. Skripsi Jurusan Perkapalan. Makasar: Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin. (tidak dipublikasikan)
Triatmodjo, Bambang. (2009). Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset
1128