Academia.eduAcademia.edu

EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK.docx

Laporan Praktikum Biokimia EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK AIDUL H031 17 1008 KELOMPOK 1 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 Laporan Praktikum Biokimia EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK Disusun dan diajukan oleh: AIDUL H031 17 1008 Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh: Dosen penanggung jawab praktikum Asisten Prof. Dr. Ahyar Ahmad Nuryanti___ NIP. 1961123118702200 H311 14 028 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, lipid lebih jarang diketahui oleh orang kebanyakan dibanding dengan karbohidrat atau protein. Lipid memiliki banyak peranan penting dalam hal biologis, seperti sebagai sumber asupan energi, sebagai kulit pelindung pada tumbuhan dan serangga, serta sebagai komponen utama membran yang mengelilingi semua sel hidup. Selain itu, lemak juga merupakan sumber asam lemak esensial dan pelarut vitamin A, D, E, dan K. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber hewani dan nabati (McMurry dkk., 2007). Lemak dan minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik nonpolar seperti eter, kloroform dan benzena. Inilah salah satu sifat lemak yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Seperti halnya karbohidrat, bahan ini tersusun atas tiga unsur yaitu C, H dan O. Bila lemak atau minyak dididihkan dengan alkali, lalu larutan hasil diasamkan, maka akan diperoleh gliserol dan campuran asam lemak. Reaksi ini disebut reaksi penyabunan (Hart dkk., 2003). Berdasarkan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan ekstraksi minyak dan lemak dengan tujuan untuk mengetahui kelarutan minyak dan lemak terhadap berbagai jenis pelarut dan mengetahui pelarut yang baik untuk mengekstraksi minyak dan lemak. Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta metode ekstraksi minyak dan lemak. Tujuan Percobaan Tujuan dalam percobaan ini adalah: menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai macam pelarut. menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak. Prinsip Percobaan Kelarutan Minyak dan Lemak Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan kelarutan minyak dan lemak menggunakan pelarut akuades, etanol, n-heksana, dan kloroform, dengan pemanasan dan pengukuran diameter noda yang terbentuk pada kertas saring. Ekstraksi Minyak dan Lemak Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak dengan penambahan pelarut yang membentuk diameter noda paling besar, pemisahan, pemanasan, dan pengukuran diameter noda yang terbentuk pada kertas saring. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sangat sukar dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Hal ini biasanya disebabkan oleh komponennya yang saling bercampur erat, peka terhadap panas, perbedaan sifat fisiknya terlalu tipis, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam situasi seperti itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya metode yang dapat digunakan. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) sebagai pengaroma dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji cokelat, dan yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling (Hamam, 2013). Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer di antara berbagai jenis metode pemisahan lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam bidang kimia analitik, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). Kelarutan Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan merupakan parameter penting bagi suatu obat dalam mencapai konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan respon farmakologi. Banyak obat memiliki kelarutan yang buruk di dalam air, padahal obat harus berada dalam bentuk terlarut ketika akan diabsorpsi. Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk peningkatan kelarutan obat meliputi modifikasi fisik, modifikasi kimia ataupun teknik lain (Soeka dkk., 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah jenis pelarut. Pemilihan pelarut pada proses ekstraksi dapat dilakukan berdasarkan prediksi kelarutan solut menggunakan parameter kelarutan Hildebrand. Nilai parameter kelarutan Hildebrand teobromina adalah 20,977 MPa1/2 (Hamam, 2013). Lipid Kata lipid berasal dari bahasa Yunani yaitu lipos yang berarti lemak. Lipid adalah segolongan besar senyawa tak larut dalam air yang terdapat di alam, tetapi lipid cenderung larut di dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Inilah salah satu sifat lemak yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakan molekul hayati lainnya (Aziz dkk., 2013). Tidak seperti karbohidrat dan protein yang didefinisikan dalam hal struktur, lipid didefinisikan dengan operasi fisik yang digunakan untuk mengisolasinya. Tidak mengherankan lipid kemudian meliputi berbagai jenis struktur. Lipid memiliki struktur yang sangat beragam, sekalipun sifat kelarutan dari setiap sturukturnya mirip. Beberapa struktur dari senyawa lipid dapat berupa ester, lainnya berupa hidrokarbon siklik ataupun asiklik, bahkan ada yang berupa polisiklik (Hart dkk., 2003). Triasilgliserol adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya. Triasilgliserol juga sering dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida. Triasilgliserol adalah ester dari alkohol gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Triasilgliserol merupakan komponen utama dari lemak penyimpan pada seluruh tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Solomons dan Fryhle, 2008). Lemak Lemak (fat) merupakan zat yang merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur C, H dan O meliputi asam lemak, lilin, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid), dan lain-lain (Aziz dkk., 2013). Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa. Pada jaringan adiposa, sel lemak mengeluarkan hormon leptin dan resistin yang berperan dalam sistem kekebalan, hormon sitokina yang berperan dalam komunikasi antar sel. Hormon sitokina yang dihasilkan oleh jaringan adiposa secara khusus disebut hormon adipokina (Hamam, 2013). Minyak Minyak merupakan istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut atau bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat lain yang lazim dikenal pada minyak yaitu terasa licin saat dipegang. Dalam arti sempit, kata minyak biasanya mengacu ke minyak bumi (petroleum) atau produk olahannya seperti minyak tanah (kerosena). Namun, kata ini sebenarnya berlaku luas, baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya minyak goreng), sebagai bahan bakar (misalnya minyak tanah), sebagai pelumas (misalnya minyak rem), sebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai wangi-wangian (misalnya minyak nilam) (Hart dkk., 2003). Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama. Minyak merupakan senyawa trigliserida atau triasilgliserol yang berarti triester dari gliserol. Jadi minyak juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat dan gliserol (Aziz dkk., 2013). Minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Minyak mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh plasma akibat penumpukan kolesterol. Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Soeka dkk., 2008). BAB III METODE PERCOBAAN Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, mentega, akuades, n-heksana, etanol, kloroform, kertas saring, kertas label, sunlight, dan tissue roll. Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, oven, labu semprot, pembakar bunsen, gegep, penggaris, dan pensil. Prosedur Percobaan Kelarutan Minyak dan Lemak Sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan, masing-masing tabung reaksi diisi dengan 10 tetes sampel minyak kelapa. Pada tabung reaksi pertama ditambahkan dengan akuades, tabung reaksi kedua ditambahkan dengan etanol, tabung reaksi ketiga ditambahkan dengan kloroform, dan tabung reaksi keempat diisi dengan n-heksana, masing-masing 10 tetes. Kemudian campuran tersebut dihomogenkan, lalu dipipet dan diteteskan sebanyak 1 tetes pada kertas saring dan ditandai. Kemudian kertas saring dikeringkan dalam oven. Diameter noda yang terbentuk pada masing-masing kertas saring diukur dengan menggunakan penggaris. Prosedur kerja di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang lain, yaitu minyak wijen, minyak sawit dan mentega. Ekstraksi Minyak dan Lemak Tabung reaksi yang berisi campuran akuades dan minyak (minyak kelapa) diambil. Campuran akuades dan minyak tersebut ditambahkan 10 tetes pelarut organik. Kemudian dikocok, didiamkan hingga terbentuk dua fase (fase organik 1 dan fase akuades). Fase organik (lapisan atas) kemudian diambil dengan cara dipipet dan dipindahkan ke tabung reaksi yang lain. Fase akuades yang tertinggal kemudian ditambahkan n-heksana 10 tetes, kemudian dikocok lalu didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas (fase organik 2) kemudian dipipet dan dipindahkan ke tabung reaksi yang berisi larutan organik 1. Tabung yang berisi fase akuades dan tabung yang berisi fase organik masing-masing diteteskan sebanyak 1 tetes pada kertas saring berbeda. Kemudian dikeringkan dalam oven. Setelah dikeringkan, noda yang muncul diukur diameternya dengan menggunakan penggaris 30 cm. Prosedur kerja di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang lain, yaitu minyak wijen, minyak sawit dan mentega. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Kelarutan Minyak dan Lemak Tabel 1. Data pengamatan kelarutan minyak dan lemak. Pelarut Diameter noda (cm) Minyak kelapa Minyak wijen Minyak sawit Mentega Keterangan Akuades 3 3,825 3,1 3,3 2 fase Etanol 3,675 3,525 2,975 4,45 2 fase Kloroform 4,225 3,875 3,6 3,225 1 fase n-Heksana 3,425 3,475 3,325 3,2 1 fase Ekstraksi Minyak dan Lemak Tabel 2. Data pengamatan hasil ekstraksi minyak dan lemak. Pelarut Diameter noda (cm) Minyak kelapa Minyak wijen Minyak sawit Mentega Keterangan Akuades 2,05 2,975 2,25 1,225 Tidak larut Organik 2,75 3 1,05 2,075 Larut Reaksi Minyak dengan Akuades Minyak dengan Etanol Minyak dengan n-Heksana Minyak dengan Kloroform Pembahasan Kelarutan Minyak dan Lemak Pada percobaan ini digunakan berbagai sampel minyak dan lemak yaitu minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, dan mentega. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan yang paling baik bagi minyak dan lemak dimana pelarutnya adalah akuades, etanol, n-heksana, dan kloroform, dengan cara melihat dan mengukur diameter noda yang dihasilkan setelah ditetesi pada kertas saring dimana kertas saring itu telah dikeringkan. Fungsi dari pengeringan kertas saring adalah untuk memudahkan dilakukannya pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik karena pada saat kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk diamati. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa setiap pelarut memberikan noda pada kertas saring yang telah dikeringkan. Pada pelarut akuades, semua sampel minyak dan lemak membentuk diameter noda. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya akuades tidak memiliki diameter noda, karena akuades adalah pelarut polar sedangkan minyak bersifat nonpolar, sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur dan akuades habis menguap ketika dipanaskan. Kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan karena adanya kontaminasi dengan pelarut lain pada saat melakukan percobaan ini. Kemampuan sampel terdistribusi dalam suatu pelarut sangat berhubungan dengan tingkat kepolarannya. Kepolaran pelarut dapat diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil adalah akuades > etanol > kloroform > n-heksana. Pada percobaan selanjutnya digunakan pelarut etanol, n-heksana dan kloroform. Pada pelarut n-heksana, diameter noda yang dihasilkan dari sampel lebih besar daripada etanol. Hal ini sesuai dengan teori, karena etanol merupakan pelarut yang lebih polar dibandingkan dengan n-heksana, sehingga noda yang dihasilkan memang harus lebih besar. Pada pelarut kloroform, diameter noda yang dihasilkan dari sampel rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan noda dari pelarut n-heksana. Hal ini sesuai dengan teori karena n-heksana merupakan pelarut yang lebih bersifat nonpolar dibanding kloroform, sehingga noda yang ditimbulkan memang lebih kecil. Dilihat dari noda yang dihasilkan, hubungan kelarutan dengan diameter noda pelarut pada kertas saring yaitu semakin besar diameter noda maka semakin besar pula kelarutan minyak dan lemak dalam pelarut tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka partikel-partikel minyak dan lemak tersebut akan semakin terdistribusi secara merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring dan kemudian kertas saring tersebut dipanaskan hingga pelarutnnya menguap, akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar. Berbeda jika minyak dan lemak tersebut tidak larut. Jika minyak dan lemak tidak larut, maka dalam pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga apabila pelarut diteteskan pada kertas saring dan kemudian dipanaskan hingga pelarut tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak atau lemak pada kertas saring. Dari data pengamatan, terlihat bahwa pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi pada minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit adalah kloroform dengan diameter noda berturut-turut sebesar 4,225 cm, 3,875 cm dan 3,6 cm. Sedangkan pada mentega, pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi adalah etanol dengan diameter sebesar 4,45 cm, dimana hal ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya ketika mentega dilarutkan dengan etanol tidak meninggalkan noda yang ditandai dengan terbentuknya 2 fase pada larutan. Kesalahan ini mungkin terjadi karena etanol telah terkontaminasi dengan pelarut organik yang lain. Ekstraksi Minyak dan Lemak Dalam percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini, digunakan pelarut akuades, pelarut kloroform untuk minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit, sedangkan untuk mentega digunakan pelarut etanol. Larutan akuades dan minyak (minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit) yang telah ditambahkan dengan pelarut kloroform, serta larutan akuades dan mentega yang telah ditambahkan etanol, dihasilkan dua lapisan. Hal ini disebabkan karena lapisan akuades bersifat polar sehingga tidak bercampur dengan pelarut organik yang kepolarannya lebih kecil. Oleh sebab itu, keduanya mudah dipisahkan dengan cara dipipet. Selanjutnya, pada masing-masing lapisan akuades ditambahkan kembali dengan pelarut organik yang sesuai dan dipisahkan lagi sehingga diperoleh kembali lapisan organik. Kemudian masing-masing lapisan organik (I dan II) digabungkan. Lapisan akuades dan lapisan organik masing-masing diteteskan pada kertas saring lalu dikeringkan dalam oven. Fungsi dari pengeringan kertas saring adalah untuk memudahkan dilakukannya pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik karena pada saat kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk diamati. Kemudian diukur masing-masing diameter noda yang terbentuk dengan menggunakan penggaris. Berdasarkan hasil pengukuran diameter noda, pada kertas saring yang ditetesi lapisan akuades, diperoleh hasil yakni sampel minyak kelapa memiliki diameter 2,05 cm, minyak wijen 2,975 cm, minyak sawit 2,25 cm, dan mentega 1,225 cm. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya kertas saring yang ditetesi lapisan akuades tidak terbentuk noda yang menandakan bahwa akuades tak dapat terdistribusi dalam minyak karena akuades bersifat polar sedangkan minyak merupakan nonpolar. Kesalahan ini mungkin disebabkan karena pipet tetes yang digunakan telah terkontaminasi dengan sampel lain. Pada kertas saring yang ditetesi dengan lapisan kloroform, didapatkan hasil bahwa pada minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit membentuk diameter noda masing-masing sebesar 2,75 cm, 3 cm dan 1,05 cm. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kloroform terdistribusi baik dalam minyak karena keduanya merupakan senyawa nonpolar sehingga dapat saling melarutkan. Adapun pada kertas saring yang ditetesi dengan lapisan etanol, didapatkan hasil bahwa mentega membentuk diameter noda sebesar 2,075 cm. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya etanol tidak meninggalkan noda pada kertas saring, karena etanol tidak dapat terdistribusi baik dalam minyak yang disebabkan oleh perbedaan kepolaran sehingga keduanya tidak dapat saling melarutkan. Kesalahan ini mungkin terjadi karena etanol telah terkontaminasi dengan pelarut organik yang lain. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Urutan kelarutan minyak kelapa pada berbagai pelarut dari yang terbesar ke yang terkecil yaitu kloroform > etanol > n-heksana > akuades, pada minyak wijen yaitu kloroform > akuades > etanol > n-heksana, pada minyak sawit yaitu kloroform > n-heksana > akuades > etanol, dan pada mentega yaitu etanol > akuades > kloroform > n-heksana. Pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi pada minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit adalah kloroform sedangkan pada mentega adalah etanol. Saran 5.2.1 Saran untuk Laboratorium Saran untuk laboratorium adalah alat dan bahan sebaiknya lebih dilengkapi lagi untuk memperlancar jalannya praktikum. Selain itu, wastafel dalam laboratorium yang sudah rusak agar diperbaki atau diganti. 5.2.2 Saran untuk Percobaan Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya digunakan sampel minyak dan lemak yang lebih bervariasi lagi agar lebih banyak diketahui mengenai kelarutan serta ekstraksi minyak dan lemak. DAFTAR PUSTAKA Aziz, I., Nurbayti, S., dan Suwandari, J., 2013, Pembuatan Gliserol dengan Reaksi Hidrolisis Minyak Goreng Bekas, Chemistry Program, 6(1): 19-25. Hamam, F., 2013, Specialty Lipids in Health and Disease, Food and Nutrition Sciences, 4(1): 63-70. Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik, Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta. McMurry, J., Castellion, M., Ballantine, D.S., Hoeger, C.A., dan Peterson, V.E., 2007, Fundamentals of General, Organic and Biological Chemistry, Prentice Hall, New York. Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M.T., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta. Santos, M.F.G., Marmesat, S., Brito, E.S., Alves, R.E., dan Dobarganes, M.C., 2013, Major Components in Oils Obtained from Amazonian Palm Fruits, Grasas Aceites Journal, 64(3): 328-334. Soeka, Y.S., Sulistyo, J., dan Naiola, E., 2008, Analisis Biokimia Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi secara Fermentasi, Biodiversitas, 9(2): 91-95. Solomons, T.W.G., dan Fryhle, C.B., 2008, Organic Chemistry, John Wiley & Sons, Inc., Singapura. Lampiran 1. Bagan Kerja 10 tetes sampel Kelarutan Minyak dan Lemak Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi. Tabung (1) ditambah 10 tetes akuades. Tabung (2) ditambah 10 tetes etanol. Tabung (3) ditambah 10 tetes kloroform. Tabung (4) ditambah 10 tetes n-heksana. Dihomogenkan. Dipipet dan diteteskan 1 tetes di atas kertas saring, ditandai dengan pensil. Dikeringkan dalam oven. Data Diukur diameter noda yang terbentuk. Keterangan: Sampel yang digunakan yaitu minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, dan mentega. Ekstraksi Minyak dan Lemak Campuran minyak/lemak dan akuades Ditambahkan 10 tetes pelarut organik. Dihomogenkan. Larutan dengan dua lapisan Kedua lapisan dipisahkan. Lapisan organik (I) Lapisan akuades (I) Ditambah 10 tetes n-heksana. Disimpan Dikocok dan dipisahkan lagi. Lapisan organik (II) Lapisan akuades (II) Dihomogenkan. - Digabungkan lapisan organik (I & II). Dipipet dan diteteskan 1 tetes - Dihomgenkan. pada kertas saring. - Dipipet dan diteteskan 1 tetes pada kertas saring. Noda Noda Dikeringkan di dalam oven. - Dikeringkan di dalam oven. Data Data Diukur diameter noda. - Diukur diameter noda. Lampiran 2. Foto Percobaan Diameter noda pada kelarutan minyak dan lemak. Diameter noda pada ekstraksi minyak dan lemak. Senin, 08 Oktober 2018