Academia.eduAcademia.edu

Penyakit Marmut yang Menular ke Manusia

3.4. Penyakit Marmut yang Dapat Menular ke Manusia Marmut masih merupakan bangsa tikus, oleh karena itu penyakit yang biasanya menyerang tikus dapat menyerang marmut juga. Penyakit yang dibawa oleh marmut ada yang dapat menular ke manusia dan berdampak buruk bagi kesehatan bahkan sampai menyebabkan kematian. Oleh karena itu diperlukan kewaspadaan dan perawatan marmut dengan baik agar tidak tertular penyakit dari marmut. Beberapa penyakit marmut yang dapat menular ke manusia yaitu: PES Penyakit PES adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. PES disebut juga penyakit sampar, plague, atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat melalui perantara kutu (flea). Kutu perantara yang paling sering adalah jenis Xenopsylla cheopsis. Jika kutu – kutu ini menggigit manusia, maka bakteri dalam tubuh kutu akan masuk ke dalam tubuh manusia, mengikuti aliran getah bening dan menyebar melalui sirkulasi darah. Selain melalui gigitan kutu, PES dapat menular dengan kontak titik-titik air liur (droplet) di udara, berupa batuk atau bersin. Penularan PES melalui kontak langsung dapat berupa sentuhan kulit yang terluka terhadap nanah atau luka penderita pes, termasuk kontak seksual. PES juga dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung yaitu sentuhan terhadap benda atau makanan yang terkontaminasi bakteri. Ada 3 tipe penyakit PES yang menyerang manusia yaitu PES tipe kelenjar getah bening (bubonik), PES tipe infeksi luas (septikemia), dan PES tipe paru – paru (pneumonik). Gejala yang terjadi pada PES bulbonik adalah demam, pembengkakan di kelenjar getah bening berisi nanah dan jaringan mati berwarna kehitaman (pes kutanus) gejala tersebut merupakan gejala minor atau gejala ringan. PES bubonik yang sampai ke otak dapat menyebabkan PES meningitis. PES tipe septikemia, menyebabkan gumpalan darah di seluruh tubuh sehingga menyebabkan hambatan aliran darah. Tidak adanya aliran darah menyebabkan kematian jaringan (gangrene) yang ditandai dengan warna kehitaman. Gumpalan darah ini menyebabkan perdarahan di berbagai tempat, seperti perdarahan kulit yang tampak seperti bintik-bintik merah keunguan, batuk darah, buang air besar disertai darah, serta muntah darah. PES tipe pneumonik menginfeksi paru-paru yang dapat menyebabkan batuk berdahak cair dan disertai darah dan sesak nafas. Bakteri penyebab PES dapat menghasilkan racun (toksin) yang menyebar ke seluruh tubuh, sehingga dapat menyebabkan komplikasi berupa perdarahan, penurunan kesadaran, koma, kejang, kegagalan aliran darah dan organ sampai kematian. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik. PES tipe septikemia dan tipe pneumonik, diberi Streptomisin sedangkan untuk PES bubonik diberikan antibiotik Tetrasiklin (Yolanda, 2013). LCMV LCMV (Lymphocytic Choriomengingitis Virus) merupakan virus yang dapat dibawa marmut dan hamster yang dapat menyerang manusia melalui kontak langsung dengan air kencing, mata, atau mulut marmut yang terinfeksi virus tersebut. Penyakit ini tidak menular secara langsung dari manusia ke manusia. Akan tetapi, dapat ditularkan dari ibu ke janin. Virus ini dapat berbahaya pada ibu hamil, karena virus LCMV merupakan satu-satunya virus yang memiliki kemampuan menembus dinding plasenta. Jika virus tersebut menjangkit janin yang sedang dikandung, maka janin akan lahir cacat atau bahkan meninggal. Virus LCMV dapat menyebabkan penyakit lain seperti peradangan selaput otak dan peradangan otak yang sangat berbahaya. Gejala yang ditimbulkan terdiri dari 2 fase yaitu, fase pertama adalah fase non-spesifik dengan ciri seperti flu, demam, kurang nafsu makan, nyeri otot, sakit kepala, mual dan muntah. Fase kedua di dominasi oleh penyakit neurologis termasuk meningitis dengan ciri demam, sakit kepala, leher kaku dan ensefalitis dengan ciri mengantuk, kebingungan, gangguan sensorik atau kelainan motorik. (Kartika, 2016) Toksoplamosis Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Penyakit ini dapat terjadi pada manusia yang ditularkan melalui hewan. Toxoplasma merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat bersarang pada bulu marmut. Toxoplasma merupakan protozoa. Penularannya kepada manusia berada dalam bentuk ookista (berbentuk telur) yang tertelan dan menetas dalam tubuh manusia. Ookista ini terdapat dalam feses berparasit yang dapat mencemari tanah dan air. Penularan toxoplasma pada manusia dapat mengakibatkan pembengkakan kelenjar getah bening, demam, sakit perut dan ruam kulit. Toxoplasma yang masuk pada tubuh pria dapat menyebabkan infeksi dan peradangan pada saluran sperma. Akibatnya, saluran sperma makin menyempit bahkan bisa tertutup, sehingga sperma tidak dapat keluar untuk membuahi sel telur dan terjadilah kemandulan. Pada wanita, infeksi enyebabkan penyempitan bahkan tertutupnya saluran sel telur, sehingga sel telur tidak dapat keluar menuju rahim untuk dibuahi. Toxoplasma juga bisa menginfeksi ibu hamil dapat berakibat buruk pada janin yang dikandung dan menyebabkan keguguran. Toxoplasma bisa saja bersarang di otak janin sehingga janin yang dikandung akan mengalami cacat seperti kepala yang besar (hidrosefalus) atau sangat kecil (mikrosefalus). Selain itu dapat mengalami berbagai gangguan saraf seperti pengkapuran pada otak, dan gangguan penglihatan. Pengobatan penyakit tokso menggunakan obat anti-parasit yaitu pyrimethamine dan sulfadiazine (atau clindamycin) selama 6 minggu, ditambah dengan asam folat. Pengobatan toksopada ibu hamil adalah dengan pemberian spiramisin selama 3 minggu diikuti dengan pyrimetamine – sulfadiazine selama 3 minggu, atau sampai waktu melahirkan (Yolanda, 2014).