Academia.eduAcademia.edu

STUDI KASUS PERBAIKAN JALAN RAYA OTTOISKANDAR

STUDI KASUS PERBAIKAN JALAN RAYA JALAN OTTO ISKANDARDINATA, KECAMATAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR. DHITA PUTRI ARININGRUM 5423144457 PROGRAM STDUI D3 TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2016 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Infrastruktur secara umum merupakan suatu kebutuhan dasar fisik dalam pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat, dan sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Infrastruktur teknis atau fisik berupa infrastruktur yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengelolahan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, dan pelabuhan. Infrastruktur secara khusus merupakan sarana dan prasarana transportasi dalam menunjuang distribusi dan pemerataan kemajuan antar daerah. Transportasi memegang peranan penting untuk memajukan di berbagai sektor strategis suatu daerah. Transportasi secara umum merupakan perpindahan sesuatu dari tempat asal ke tempat tujuan. Untuk menyelenggarakan suatu transportasi maka diperlukan sarana dan prasarana yang baik. Jaringan Jalan Raya yang merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa. Jalan Raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain. Arti Lintasan disini dapat diartikan sebagai tanah yang diperkeras atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan lalu-lintas adalah semua benda dan makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik kendaraan bermotor, tidak bermotor, manusia, ataupun hewan. Jalan raya sebagai prasarana transportasi harus memenuhi tingkat kelayakan yang baik guna memberikan tingkat layan kepada pengguna jalan. Namun pada kenyataanya banyak kondisi jalan yang tidak memenuhi tingkat layan kepada para pengguna jalan. Hal ini menimbulkan gangguan terhadap transportasi, dengan adanya gangguan ini maka akan berpengaruh terhadap sektor lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung akan terasa pada sektor ekonomi terutama pada distribusi barang dan jasa. Dengan adanya hambatan ini maka akan menimbulkan ketidakseimbangan pada ketersediaan barang dan jasa di suatu daerah sehingga akan berpengaruh pada keadaan harga barang dan jasa sehingga akan mengakibatkan kemerosotan ekonomi pada suatu daerah. Gangguan transportasi yang diakibatkan oleh keadaan jalan yang tidak memberikan tingkat layan yang baik salah satunya adalah karena adanya kerusakan jalan. Kerusakan jalan ditimbulkan karena berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal bisa terjadi karena kondisi jalan itu sendiri, seperti struktur jalan yang tidak mampu menahan beban kendaraan yang melintas, kondisi drainase jalan yang buruk, hingga keadaan jalan yang telah melewati masa layan jalan itu sendiri. Adapun faktor eksternal berupa faktor-faktor diluar struktur jalan itu sendiri seperti bencana alam. Untuk mengatasi keruskan jalan tersebut maka diperlukan analisia pada kerusakan jalan dan menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Adapun dalam laporan ini akan dilakukan tinjauan secara umum pada kerusakan jalan yang berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tujuan Adapun dari kajian ini adalah melakukan analisa kerusakan pada Jalan Otto Iskandardinata kemudian menemukan pemecahan permasalahan pada kerusakan jalan tersebut. Rumusan Masalah Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran maka penulis merumuskan permasalahan adalah titik dua Kerusakan apa yang ada pada existing Jalan Otto Iskandardinata dan bagaimana cara mengatasinya. Batasan Masalah Pada kajian ini diperlukan suatu batasan masalah agar terfokus pada pembahasan yang ada, adapun batasan masalah pada kajian ini adalah analisa jenis kerusakan jalan existing dan metode perbaikan pada kerusakan jalan tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1. Klasifikasi Jalan Jalan adalah sarana yang biasa dilalui oleh mahluk hidup dan kendaraan atau barang. Secara teknis pengertian jalan adalah sarana yang digunakan kendaraan untuk menghubungkan dari suatu daerah ke daerah lainnya. Jalan diklasifikasikan berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan, keekonomian dari jalan tersebut serta pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan. Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku adalah: Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Gambar 2.1 Jalan Lingkungan Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Gambar 2.2 Jalan Nasional Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Gambar 2.3 Jalan Provinsi Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Gambar 2.4 Jalan Kabupaten Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. Gambar 2.5 Jalan dalam Kota Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. Gambar 2.6 Jalan Desa Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari: Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah konstruksi yang diperuntukan bagi jalan lalu lintas yang terletak diatas tanah dasar, dan pada umumnya terdiri dari lapis pondasi bawah, pondasi atas, dan lapis permukaan. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Perkerasan lentur adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya (lapisan pondasi atas, bawah, tanah dasar). Gambar 2.7. Susunan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) Tanah Dasar (sub grade) Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Lapis Pondasi Bawah (sub base course) Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain : Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan lainnya dapat dikurangi ketebalannya. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi atas. Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Macam-macam tipe tanah setempat (CBR≥20%, PI≤10%) yang relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi bawah. Lapis Pondasi Atas (base course) Lapis pondasi atas adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah). Fungsi lapis pondasi atas antara lain : Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda, Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan. Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR≥50%, PI≤4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur. Lapis Permukaan (surface course) Adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan antara lain : Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca. Sebagai lapisan aus (wearing course). Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Bahan-bahan yang umum digunakan sebagai lapisan permukaan : Aspal campuran panas (Hot Mix) dengan jenis A TB, A TS8, HRS, HRSS I AC Aspal campuran dingin (Cold Mix) dengan jenis slurry seal, DGEM, OGEM, dan macadam emulsion Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) Laburan Aspal (BURAS) Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) 2.3. Kerusakan Perkerasan Jalan 2.3.1. Pengertian Suatu keadaaan pada permukaan maupun struktur lapisan perkerasan jalan dengan kondisi tidak seperti kondisi pada saat jalan tersebut mulai digunakan sehingga pengguna jalan mengalami ketidaknyamanan perjalanan hingga sulit untuk dilalui kendaraan. Kerusakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Permukaan tidak rata, bergelombang Permukaan terkelupas Berlubang kecil hingga besar dan dalam Amblas, longsor hingga terputus 2.3.2. Karakteristik perkerasan jalan Kondisi jalan secara umum dikelompokkan menjadi 3, yaitu : Baik (good) yaitu kondisi perkerasan jalan yang bebas dari kerusakan atau cacat dan hanya membutuhkan pemeliharaan rutin untuk mempertahankan kondisi jalan. Sedang (fair) yaitu kondisi perkerasan jalan yang memiliki kerusakan cukup signifikan dan membutuhkan pelapisan ulang dan perkuatan. Buruk (poor) yaitu kondisi perkerasan jalan yang memiliki kerusakan yang sudah meluas dan membutuhkan rehabilitasi dan pembangunan kembali dengan segera. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan jalan, diantaranya : Topografi dan lapisan tanah dasar Material dan ketebalan lapisan perkerasan Drainase (permukaan dan bawah perkerasan) Kualitas pekerjaan konstruksi dan program pemeliharaan jalan Lingkungan (curah hujan, temperatur) Lalu Lintas (volume, berat sumbu, konfigurasi) 2.3.3. Jenis-jenis kerusakan Menurut Manual Pemeliharaan Jalan Nomor : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas: Retak (cracking), beberapa diantarnya : Retak halus (hair cracking) Retak kulit buaya (alligator crack) Retak pinggir (edge crack) Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack) Retak sambungan pelebaran jalan (widening crack) Retak susut (shrinkage crack) Retak selip (slippage crack) Retak sambungan jalan (lane joint crack) yaitu retak memanjang yang terjadi pada sambungan 2 jalur lalu lintas. Penyebabnya yaitu tidak baiknya ikatan sambungan kedua jalur. Gambar 2.8 Retak sambungan jalan (lane joit crack) Retak refleksi (reflection crack) yaitu retak memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola retakan di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Gambar 2.9 Retak relfeksi (reflection crack) Pada umumnya perbaikan kerusakan jenis retak dilakukan dengan mengisi celah retak dengan campuran pasir dan aspal. Bila retak telah meluas dan kondisinya cukup parah maka dilakukan pembongkaran lapisan yang retak tersebut untuk kemudian diganti dengan lapisan yang lebih baik. Distorsi (distortion) Distorsi adalah perubahan bentuk yang dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Distorsi beberapa diantaranya : Alur (ruts) Keriting (corrugation) Sungkur (shoving) Jembul (upheaval) Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan lubang. Penyebab amblas adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang di rencanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement. Perbaikan dapat dilakukan dengan : Untuk amblas ≤ 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan sesuai seperti lapen, laston, lataston. Untuk amblas ≥ 5 cm, bagian yang amblas dibongkat dan dilapisi kembali dengan lapis yang sesuai. Gambar 2.10 Amblas (grade depression) Cacat Permukaan (disintegration) Yang termasuk dalam cacat permukaan ini adalah : Lubang (potholes) Pengelupasan lapisan permukaan (stripping), dapat disebabkan oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di bawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Perbaikan dilakukan dengan cara diratakan kemudian dipadatkan dengan lapisan baru. Pelepasan butir (raveling), memiliki akibat yang sama dengan yang terjadi pada jalan berlubang. Perbaikan dilakukan dengan memberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan. Gambar 2.11 Pelepasan butiran (potholes) Pengausan (polished aggregate) Kegemukan (bleeding or flushing) Penurunan pada bekas penanaman utilitas BAB III TINJAUAN UMUM 3.1. Data Umum Lokasi : Jl. Otto Iskandardinata, Cawang Kec.Jatinegara Jakarta Timur Gambar 3.1. Peta lokasi kerusakan perkerasan lentur Jenis : Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kepemilikan : Jalan Kota Fungsi : Jalan Kolektor (menghubungkan antar kota/kota-kota disekitar) Kondisi Lingkungan : - Memiliki saluran drainase (lebar 1 m) Memiliki trotoar untuk pejalan kaki Memiliki median (lebar ± 60 cm) Memliki kanstin lubang untuk pembuangan dari permukaan perkerasan ke dalam saluran drainase Lebar jalan : 10 meter Jumlah lajur : 2 lajur 2 arah Rincian lajur : 2 lajur kendaraan 3.2 Data kerusakan yang terjadi Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan survey langsung dilapangan dapat di simpulkan beberapa kerusakan yang terjadi pada lapisan permukaan perkerasan lentur Jalan Otto Iskandar Dinata, diantanya yaitu : Pelepasan butir (raveling) pada permukaan perkerasan jalan Lubang (potholes) pada permukaan perkerasan jalan Amblas (grade depressions) pada permukaan perkerasan jalan Ketidakrataan permukaan perekerasan jalan akibat lubang (potholes) & pelepasan butir (raveling) BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisa Penyebab Kerusakan Setalah melakukan tinjauan langsung di lapangan maka dilakukan analisa penyebab dari kerusakan tersebut. Adapun penyebab dari kerusakan tersebut terdiri dari berbagai faktor, yaitu sebagai berikut : Faktor lalu lintas Berdasarkan pengamatan di lapangan faktor lalu lintas diindikasi menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada jalan tersebut. Pada jalan tersebut dilewati oleh kendaraan pribadi angkutan umum serta kendaraan dengan muatan besardengan jumlah volume yang cukup banyak. Kendaraan-kendaraan tersebut terdiri dari bis, truck, kontainer dan beberapa jenis mobil penumpang, serta motor. Begitu pula dengan kendaraan yang melakukan parking on the street di ruas Jalan Otto Iskandardinata tersebut. Berdasarkan tinjauan pelaksanaan dan pemeliharaan Berdasarkan tinjauan pelaksanaan, diindikasi pada pelaksanaan pemadatan dilakukan kurang sempurna sehingga menyebabkan ikatan aspal tidak terjadi dengan baik, berhubungan dengan aspek material tadi, terjadi penurunan ikatan dan penurunan kekuatan tarik dari aspal lapisan permukaan. Hal ini terlihat pada keretakan memanjang pada pemukaan jalan yang ditemui banyak keretakan. Adapun pemeliharan pada jalan existing agak sulit dilakukan mengingat arus lalu lintas yang melewati jalan tersebut cukup besar. Faktor curah hujan yang cukup tinggi pada awal tahun 2015 di kota Jakarta mempengaruhi keadaan perkerasan pada jalan tersebut, banyak air yang menggenang di ruas-ruas Jalan Otto Iskandardinata. Berdasarkan faktor drainase Pada hasil tinjauan di lapangan ditemui beberapa drainase jalan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hal ini menimbulkan hambatan dalam buangan air yang berada di existing jalan sehingga faktor terhambatnya drainase menjadi salah satu penyebab kerusakan jalan. 4.2 Metode Perbaikan Jalan Berdasarkan pengamatan dan analisa secara visual pada kerusakan yang terjadi, maka kondisi perkerasan berada pada level (fair). Pada level kondisi perkerasan ini maka diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada lapis perkerasan. Adapun dalam penyelesaian permasalahan kerusakan jalan ini dilakukan dengan tindakan perbaikan dan pencegahan guna meminimalisir terjadinya kerusakan. 4.2.1 Teknis Perbaikan Adapun untuk teknis perbaikan overlay pada ruas jalan ini adalah dengan metode setengah ruas jalan, metode ini dilakukan agar ruas jalan ini tidak sampai ditutup sehingga akses jalan tersebut tetap dapat digunakan. Resikonya adalah terjadinya kemacetan yang sangat padat pada ruas jalan tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi dalam perbaikan jalan maka dilakukan overlay metode recycling dengan alasan sebagai berikut Mengembalikan kekuatan perkerasan lama tanpa meninggikan elevasi permukaan jalan Memanfaatkan kembali bahan eks perkerasan Mempertahankan geometrik jalan Penghematan material agregat, aspal, energi Mengurangi kerusakan lingkungan Perbaikan kualitas lapis pondasi bisa dilaksanakan dengan cepat apabila ternyata terjadi kerusakan pula Pengerjaan dengan metode ini tidak sampai melakukan penutupan ruas jalan yang bersangkutan Tidak menambah beban mati dari lantai jalan terhadap lapisan tanah dasar Rekomendasi metode penambahan lapisan (overlay) dengan metode recycling adalah sebagai berikut : WBS metode penambahan lapisan (overlay) dengan metode recycling : Pekerjaan Pengujian Awal Sebelum Recycling Pekerjaan Survei Pekerjaan Uji Lendutan Pekerjaan Penyelidikan Tanah Pekerjaan Recycling Pekerjaan Galian Lapisan Aspal Pekerjaan Pemindahan Hasil Galian Pencampuran Asbuton Penghamparan hasil galian aspal dan asbuton Pemadatan overlay dengan Vibratory Roller sesuai dengan ketebalan Daur ulang perkerasan jalan dengan metode CTRSB Penghamparan semen dengan menggunakan Cement Spreader diatas lapisan overlay. Persiapan pengaspalan Pekerjaan Penghamparan Dan Pemadatan Overlay Recycling Pemadatan overlay recycling dan semen Pembentukan elevasi dan kemiringan overlay recycling Pemadatan ualang overlay recycling dan semen Start Survei Uji Lendu-tan Penyelidi-kan Tanah Galian lapisan aspal Peminda-han hasil galian Pengham-paran semen Pemadat-an Overlay Pengham-paran Overlay Persiapan aspal Pencamp-uran Asbuton Pemadat-an overlay dan semen Finish Pemada-tan Ulang Elevasi dan kemiring-an Grafik 4.1 AOA Overlay Dengan Metode Recycling Untuk pengerjaan penambahan lapisan (overlay) dengan metode recycling cukup dilakukan dalam 1 hari diluar dari pengadaan alat dan material serta pengaturan arus lalu lintas dari jalan yang akan diperbaiki. Penjabaram metode penambahan lapisan (Overlay) dengan metode recycling : Pengujian awal sebelum memulai recycling Survei kondisi perkerasan secara visual untuk melihat kondisi kerusakan perkerasan yang ada. Pengujian lendutan setiap interval 50 meter dengan alat FWD (Falling Weight Deflectometer). Pengujian lendutan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelenturan / keelastisan perkerasan lama. Gambar 4.1 Alat FWD (Falling Weight Deflectometer). Spesifikasi mesin FWD: Nama merek : Eray Model : Eray-FWD20MT Daya: hidrolik dan Listrik Penggunaan : Trotoar Pengujian Penyelidikan lapangan boring, coring, test pit untuk mengetahui ketebalan jalan aspal (melintang dan membujur), mengetahui kondisi material existing, memeriksa daya dukung. Pelaksanaan recycling Galian  Lapisan  Beraspal  dengan  Cold  Milling Machine (CMM)  Lapisan aspal yang sudah mengalami kerusakan digali secara mekanis dengan menggunakan Cold Milling Machine dan material RAP hasil galian di stok di suatu tempat yang kemudian digunakan untuk campuran dengan Asbuton (MS.744) yang baru. Pengaturan : Kecepatan alat CMM dalam pelaksanaan pengupasan lapisan eksisting harus diatur dengan baik agar menghasilkan gradasi baik untuk digunakan dengan Asbuton yang baru. Peralatan : Cold Milling Machine Dump truck Gambar 4.2.Cara Kerja Cold milling machine Gambar 4.3 Alat Cold Milling Machine Spesifikasi Cold Milling Machine: Merk/Type : Wirtgen/W100 Kapasitas Tangki : 120 LITER Gambar 4.4 Proses penghancuran permukaan eksisisting Penghamparan hasil galian aspal dan asbuton dengan Motor Garder Gambar 4.5 Motor Garder Merk : Komatsu Seri : S6D95L Pemadatan overlay dengan Vibratory Roller sesuai dengan ketebalan overlay yang direncanakan. Daur ulang perkerasan jalan dengan metode CTRSB Lapisan tambah yang akan dibuat di perkuat dengan menambahkan semen dengan proporsi tertentu untuk mencapai kekuatan 25 kg/cm2 (kuat tekan bebas umur 7 hari). Penebaran semen dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat penerbar semen (Cement Spreader) yang memiliki akurasi penebaran yang baik. Proses daur ulang dilakukan secara mekanis dengan alat pendaur ulang (recycling machine 600 HP) yang dapat melakukan proses daur ulang secara langsung dilokasi (in situ). Peralatan : Cement Spreader  Recycling Machine (WR.2500S)  Gambar 4.6 Recycling Machine Spesifikasi Recycling Machine: Merk : WIRTGEN Type : WR 2500S Tenaga Kuda : 670 Penghamparan semen dengan menggunakan Cement Spreader diatas lapisan overlay. Persiapan pengaspalan Penghamparan dan pemadatan lapisan tambah dari recycling Suhu penghamparan harus sesuai dengan spesifikasi pada umumnya yaitu ± 120˚C, lalu kemudian setelah itu dilakukan pemadatan dengan jumlah lintasan yang sesuai dengan spesifikasi rencana Pemadatan overlay recycling dan semen dengan Vibratory Roller sesuai dengan ketebalan overlay yang direncanakan. Pembentukan elevasi dan kemiringan overlay recycling dengan alat Motor Grader. Pemadatan ualang overlay recycling dan semen dengan Pneumatic Tire Roller. Gambar 4.7 Pneumatic Tire Roller Merk : Volvo Seri : PT125 Rolling Width : 1.727 mm Operating Weight : 4.125-12.424 kg . Gambar 4.8 Pelaksanaan penghamparan dan pemadatan Alat yang dipakai : Gambar 4.9 Vibratory Roller Spesifikasi Vibratory Roller : Tandem Roller merk Cat CB44B dengan roller 8 ton srta drum getaran tandem 1500mm Frekuensi Getaran : 53,3 Hz Kapasitas tangka bahan bakar : 208 ltr kapasitas tangka air (semprot) : 742 liter Lebar pemadatan maksimum : 1670 mm 4.2.2 Metode Pencegahan Untuk meminimalisir kerusakan jalan tersebut maka diperlukan pemeliharaan, regulasi, dan pengawasan yang berkesinambungan dari semua pihak. Pemeliharaan jalan dilakukan secara berkala pada waktu yang telah ditentukan. Regulasi diberlakukan pada pembatasan berat sumbu kendaraan yang melintasi ruas jalan tersebut. Pemberlakuan regulasi ini harus disertai dengan pengawasan yang berkesinambungan dari berbagai pihak guna mengawasi dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap sarana transportasi yang digunakan bersama-sama. Selebihnya adalah kesadaran dari setiap individu sebagai pengguna jalan dalam memanfaatkan prasarana transportasi agar terciptanya kenyamanan dan keamanan dalam bertransportasi. BAB V PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kerusakan jalan khususnya di daerah DKI Jakarta disebabkan oleh beberapa faktor utama seperti faktor lalu lintas , sistem drainase, dan pelaksanaa serta pemeliharaan jalan. Metode perbaikan jalan dilakukan dengan pelapisan ulang (overlay) pada lapis perkerasan. Adapun dilakukan dengan tindakan perbaikan dan pencegahan guna meminimalisir terjadinya kerusakan. Adapun untuk teknis perbaikan overlay pada ruas jalan ini adalah dengan metode setengah ruas jalan, metode ini dilakukan agar ruas jalan ini tidak sampai ditutup sehingga akses jalan tersebut tetap dapat digunakan. Resikonya adalah terjadinya kemacetan yang sangat padat pada ruas jalan tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi dalam perbaikan jalan maka dilakukan overlay metode recycling. Tahap metode recycling dilakukan dengan pengujian awal sebelum memulai recycling, pelaksanaan recycling, penghamparan dan pemadatan lapisan tambah dari recycling. Adapun pencegahan dilakukan seperti pemeliharaan secara berkala pada waktu yang telah ditentukan, regulasi diberlakukan pada pembatasan berat sumbu kendaraan yang melintasi ruas jalan tersebut, pemberlakuan regulasi ini harus disertai dengan pengawasan yang berkesinambungan dari berbagai pihak guna mengawasi dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap sarana transportasi yang digunakan bersama-sama. 4.2 Saran Sistem drainase Jakarta harus diperhatikan, dipelihara serta diperbaiki bila ada sistem drainase yang tidak terawat. Karena dari sistem drainase yang tidak terawat akan membuat air masuk ke area jalan dan akan menggenag dipermukaan jalan. Hal ini akan membuat lapisan jalan menjadi mudah berlubang. Untuk perbaikan jalan yang dilakukan haruslah diperhatikan standar kualitas dari pekerjaan overlay. Karena jika hanya asal memperbaiki tanpa ada standar kualitas dari pekerjaan overlay, maka perbaikan overlay yang dihasilkan akan kurang baik dan tidak akan bertahan lama hasil pekerjaan overlay. BAB VI DAFTAR PUSTAKA Marketbook,http://www.marketbook.web.id/listingsdetail/detail.aspx?OHID=12067105&LP=MAT Academia.edu Asri Maharani, Identifikasi Informasi Alat Berat Cat, Produk http://www.cat.com/id_ID/products/new/equipment/compactors/tandem-vibratory-rollers/18502194.html Ritchiespecs http://www.ritchiespecs.com/specification?type=Co&category=Motor+Grader&make=Komatsu&model=GD511A-1&modelid=91837 CMW Equipment, http://cmw-equip.com/rentals/volvo-pt125-pneumatic-tire-roller/