Academia.eduAcademia.edu

Filsafat islam

Nama : M. Abdul Aziz Prodi : Dakwah KPI semester 2 Dosen Pengampu : H. Ali Imron, M.Fil.I Konsep retakan epistemologis Salah satu cabang filsafat yang jumlah pembahasannya hampir mencakup isi keseluruhan filsafat itu sendiri adalah epistemologi. Sebab, filsafat adalah refleksi, dan setiap refleksi selalu bersifat kritis, maka tidak mungkin seorang memiliki suatu metafisika, yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika, atau psikologi, yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi.Ini dapat dilihat dari cakupan epistemologi yang meliputi hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validitas, unsur, macam, tumpuan, batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban, dan skope pengetahuan. Jadi, hal ini dapat juga dikatakan bahwa epistemologi adalah teori tentang ilmu yang membahas ilmu dan bagaimana memperolehnya. Fakta yang terjadi yaitu, ilmu yang berkembang di Barat telah mengakibatkan munculnya berbagai aliran pemikiran/ideologi yang menentang agama Kristen dan Yahudi yang dominan di Barat. Sebagai dampaknya, sebagaimana yang dikatakan oleh Leopold Weis bahwa ‘Barat tidaklah menentang Tuhan secara sewenang-wenang dan terang-terangan, akan tetapi jika dilihat dalam cara berfikirnya sedikitpun tidak menunjukkan bahwa mereka butuh akan Tuhan. Cara berfikir seperti ini kemudian dikembangkan oleh banyak intelektual muslim di dunia Islam dalam mengkaji Islam dengan pisau analisa epistemologi Barat yang cendrung menafikan yang transenden. Mengapa hal itu terjadi ?, sebab bagi mereka, Barat sebagai lambang kemajuan ilmu pengetahuan (science dan teknology) di abad ini. Jadi, menurut mereka kalau ingin maju, maka tirulah Barat dengan mengadopsi segala apa yang dari Barat, termasuk dalam persoalan memahami agama. Meski demikian, ada sebagian dari kalangan intelektual Islam yang masih tetap komitmen untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip epistemologi Islam serta melakukan pengembangan dengan prinsip-prinsip tersebut. Berdasarkan fakta dan data yang telah kami paparkan di atas, hal itu menunjukkan bahwa epistemologi Barat memang problematik. Ini terbukti melalui prinsip-prinsip epistemologi Barat yang berdasarkan kepada worldview mereka yang jauh dari nilai-nilai Agama. Sehingga ilmu yang berkembang di Barat adalah ilmu-ilmu yang jauh dari moralitas, hanya berorientasi pada aspek fisik dan menafikan yang metafisik. Tokoh-tokoh filsafat Filsafat barat antara lain Palto, Thoomas Aquinas, Rena Descartes, Imanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Scophenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche dan Jean – paul Sartre. Filsafat timur antara lain Sidharta Budha Gautama/Budha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong. Corak pemikiran Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan Agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Filsafat barat System epistimologi saja tak cukup.Teori pengetahuan yang membicarakan tentang sumber dan cara mendapatkan pebngetahuan yang dibangun para filosof dan ilmuan Barat itu betapapun berpengaruh dalam pengembangan peradaban manusia dianggap mengabaikan nurani dan intutisi manusia. Mengkritik konsep’epistemologis’ Sebagian filsuf mangatakan bahwa para fuqaha dan ulama terletak pada keyakinan mereka bahwa pengetahuan bahasa membuat mereka mampu memahami naskah, sedangkan mereka sendiri mengabaikan kebenaran yang lebih hakiki mengenai kesejarahan dari bahasa itu sendiri. Menurutnya, nalar Islam yang dibangun oleh para alim ulama adalah atas interpretasi doktriner dan kebutuhan politis untuk mengontrol penafsiran atas wahyu dan maknanya.Hal inilah yang menurutnya menyebabkan kemunduran filsafat Islam dan terbangunnya cloture logocentrique yang dengannya pemahaman alternatif selain dari wahyu menjadi kemustahilan.Arkoun menegaskan bahwa semua yang memiliki otoritas keilmuan sebagai penentu sifat utama kebenaran, pemikiran atau kebajikan semestinya dikenai kritik intelektual, berdasarkan asumsi strukturalis tentunya. Dengan begitu, ia akan leluasa melontarkan kritik strukturalis multidisipliner terhadap dominasi serta kemapanan otoritas alim ulama disetiap institusi-institusi maupun pemerintahan Muslim, baik yang klasik maupun modern. PAGE \* MERGEFORMAT 2