PENGEMBANGAN WILAYAH SUNGAI CIMANUK CISANGGARUNG DALAM
RANGKA MENDUKUNG KAWASAN ANDALAN CIAYUMAJAKUNING (CIREBONINDRAMAYU-MAJALENGKA-KUNINGAN)
Oleh : Febryhandi Eka Kusuma Putra
NRP : 3114 207 815
Dosen : Dr.Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg
Magister Manajemen Aset Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
ABSTRAK
Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu kegiatan yang terdiri konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air yang didukun oleh sistem
informasi dan pemberdayaan masyarakat. Pengelolaan SDA dibagi dalam wilayah sungai yang
juga melintasi wilayah administrasi.
Pengembangan wilayah atau kawasan di Jawa Barat terbagi menjadi 6 (enam) Wilayah
pengembangan diantaranya WP Ciayumajakuning dengan Kota Cirebon sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN).
Untuk menunjukkan dampak dari pengembangan wilayah sungai Cimanuk Cisanggarung atau
secara khusus dampak pembangunan Bendungan Jatigede terhadap pengembangan WP
Ciayumajakuning perlu dilakukan kajian dengan studi literature yang terkait dengan
perencanaan dan pelaksanaan pengembangan wilayah.
Hubungan antara pengembangan wilayah sungai cimanuk cisanggarung dengan pembangunan
Bendungan Jatigede sanagt berpengaruh terhadap pengambangan wilayah Ciayumajakuning,
hal ini ditunjukkan dengan pengurangan deficit air untuk pertanian dan meningkatnya Indeks
Pertanaman dari 176 % menjadi 279%.
Kata Kunci : Pengelolaan, Pengembangan Wilayah, Jatigede, Ciayumajakuning
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan sumber daya air yang terpadu merupakan suatu kegiatan yang melingkupi kegiatan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak, sistem
informasi sumber daya air dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang terpadu di Indonesia dibagi
menjadi 128 wilayah sungai dengan kewenangan Pemerintah pusat (Lintas provinsi, strategis
nasional dan lintas Negara), kewenangan pemerintah provinsi (Lintas kab/kota) dan kewenangan
pemerintah Kabupaten/Kota (Dalam kabupaten/Kota).
NO
STATUS WILAYAH SUNGAI
1
WS Lintas Negara
2
WS Lintas Provinsi
3
WS Strategis Nasional
4
5
JUMLAH WILAYAH SUNGAI
5
31
28
WS Lintas Kab./Kota
WS Dalam Kab./Kota
52
12
Total
128
Sumber : Permen PU & PR No 04/PRT/M/2015
Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung merupakan salah satu dari wilayah sungai kewenangan
Pemerintah Pusat dan termasuk dalam wilayah sungai lintas provinsi, sebagian besar berada di
Provinsi Jawa Barat dan sebagian kecil berada di Provinsi Jawa Tengah. Dalam rangka melakukan
pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai Cimanuk-Cisanggarung dibentuk Unit Pelaksana
Teknis (UPT) yang disebut Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung.
Dalam pelaksanaan tugasnya BBWS CImanuk Cisanggarung senantiasa memperhatikan programprogram unggulan Pemerintah yang tercermin dalam Nawa Cita yang diantaranya adalah
ketahanan pangan dan energy. Selain itu juga yang tidak kalah pentingnya adalah Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sehingga untuk mewujudkan
pengelolaan sumber daya air yang terpadu maka BBWS Cimanuk Cisanggarung menyusun Pola
Pengelolaan SDA dan Rencana Pengelolaan SDA, dimana dalam penyusunan Pola dan Rencana
ini senantiasa mengacu pada RTRW dan keterlibatan masyarakat.
Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu,
Kuningan, Majalengka, Sumedang, Garut dan Brebes (Jawa Tengah). Hal ini menunjukkan bahwa
wilayah sungai cimanuk cisanggarung sangat diandalkan dalam mendukung perkembangan
kota/kabupaten yang dilewatinya terutama Kota Cirebon yang menjadi Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) serta kawasan andalan Ciayumajakuning.
Gambar 1. Peta Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Pusat Kegiatan Nasional adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi sedangkan Pengertian dari
Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat maupun ruang laut
yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan
tersebut dan kawasan di sekitarnya
PKN Metropolitan Cirebon terutama Kota Cirebon merupakan salah satu wilayah yang
maju di wilayah timur Provinsi Jawa Barat. Hal ini dilihat dari tingkat urbanisasi di kota
tersebut yang mencapai 100%. Pengembangan PKN Metropolitan Cirebon ini diharapkan
mampu menjadi pemicu bagi perkembangan di wilayah sekitarnya dengan potensi
pengembangan wilayah di daerah sekitarnya yang relative akomodatif terhadap alih
fungsi lahan menjadi perkotaan.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara pembangunan infrastruktur wilayah sungai
Cimanuk – Cisanggarung dengan perkembangan wilayah PKN Metropolitan Cirebon maka perlu
dilakukan kajian studi kasus ini.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dilakukan dalam kajian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pengembangan infrastruktur di WS Cimanuk Cisanggarung dapat mendukung
pengembangan kawasan andalan Ciayumajakunung dan PKN Metropolitan Cirebon
BAB II. STUDI LITERATUR
Tata Ruang Air
Proses perjalanan air dalam ruang (3 dimensi) yang secara global dikenal dengan siklus hidrologi.
Di ruang laur proses perjalanan air yang ada didalam laut dan di daerah pantai dank e ruang
udara, air laut berubah menjadi uap. Adanya arus laut yang ada di samudra berpengaruh kepada
terjadinya hujan, badai dan dan gelimbang laut. Air laut juga berubah wujud menjadi uap dan
masuk ke ruanf udara, yang dalam proses perjalanannya akan memberi kontrbusi kepada hujan
di ruang darat.
Di ruang darat, air sebagai air tawar merupakan sumber kehidupan. Air juga merupakan sumber
daya alam yang membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembaharuannya (unrenewable
dan renewable resource). Eksploitasi sumber daya alam di ruang darat, terutama eksploitasi dan
pemanfaatan lahan yang berlebihan dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan manusia akan
menimbulkan berbagai masalah bagi kehidupan manusia (Kodoatie dan Roestam Sjarif, 2010)
Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 1997, bahwa pembanguna berkelanjutan itu adalah
upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke
dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi yang akan dating.
Saat ini sangat diperlukan pembangunan yang tepat dalam pengelolaan sumber daya air dengan
mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan dengan mengacu pada konsep
pembangunan berkelanjutan yang mempeerhatikan 3 (tiga) aspek yaitu aspek social, aspek
ekonomi dan aspek lingkungan (Anwar, 2012)
Sosial
berkeadilan
berketahanan
Berkelanjutan
Lingkungan
Ekonomi
Berkelangsungan
Gambar 2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Grigg (1996), pengelolaan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara
structural dan non structural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan
manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan. Tindakan struktur
untuk pengelolaan air adalah fasilitas-fasilitas terbangun (constructed facilitieas) yang digunakan
untuk mengendalikan aliran air baik dari sisi kuantitas dan kualitas. Tindakan – tindakan non
structural untuk pengelolaan air adalah program-program atau aktifitas-aktifitas yang tidak
membutuhkan fasilitas-fasillitas terbangun.
Pengelolaan sumber daya air terpadu merupakan penanganan integral yang mengarahkan kita
dari pengelolaan air sub sector ke sector silang. Secara l bih spesifik pengelolaan sumber daya air
terpadu didefinisikan sebagai proses yang mempromosikan koordinai pegembangan dan
pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait dalam ranga tujuan untuk mengoptimalkan
resultan ekonomi dan kesejahteraan social dalam sikap yang cocok/tepat tanpa mengganggi
kestabilan dari ekosistem-ekosistem penting (GWP,2001)
Penataan Ruang
Menurut istilah geografi umum, yang dimaksud ruang afdalah seluruh permukaan bumi yang
merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuh-tumbuhanm hewan dan manusi (Jayadinata,
1992). Sedangkan menurut Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang
menyebutkan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara
termasuk ruang didalam bumi sebagi satu kesatuan wilayah, tenpat manusia dan makhlik lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Wilayah menurut Subroto (2003) adalah suatu tempat keduduk berupa hamparan yang dibatasi
oleh dimensi luas dan isi. Dimensi luas wilayah ditentukan oleh kesamaan komponen sumber
daya alam dan sumber daya buatan yang terdapat secara horizontal di permukaan, sedangkan
dimensi isi ditentukan oleh kesamaan sumber daya alam dan sumber daua buatan baik teknis,
social budaya, ekonomis, politis maupun administrative yang terlingkup pada posisi horizontal
maupun vertical di suatu wilayah tertentu.
Lahan adalah suatu hamparan (areal) tertentu dipermukaan bumi secara vertical mecakup
komonen iklim seperti udara, tanah, air dan batuan yang ada dibawah tanah serta vegetasi dan
akitiftas manusia pada masa lalu atau saat ini yang ada diatas tanah atau permukaan bumi
(Subroto,2003)
Tata guna lahan dan pengembangan dapat dikatan sebagai masalah utama dalam pemenuhan
infrastruktur. Dalam pemenuhan infrastruktur, selain menajemen infrastruktru, manajemen
mengenai tata guna lahan juga harus diperhatikan. Setiap stakeholder harus mengetahui tipikal
perubahan yang terjadi. Dalam aspek lingkungan, lahan bukan saja memberikan wadah fisik
kedudukan sistem produksi, tetapi juga memberi masukan ke, menerima hasil dari, dan
memperbaiki kerusakan sistem produksi. Sehingga setiap jenis penggunaan lahan dapat
mencirikan kualitas penggunaan lahannya, dan ketika laham memberi tanda-tanda kerusakan,
jenis penggunaan lainnya siap menggantikannya. Begitu juda sebaliknya, apabila lahan
memberikan manfaat social, maka sebaiknya penggunaannya tetap dipertahankan (Nugroho &
Dainuri,2004)
Manajemen atau pengelolaan tata guna lahan diperlukan karena dalam merencanakan tata guna
lahan banyak aspek yang terkait. Masing-masing aspek saling bergantung dan saling memberikan
dampak terhadap tata guna lahan.
Rencana Tata Guna Lahan
Lingkungan
Transportasi
Pertanian
Industri
Sumber daya air
Manajemen
Tata Guna
Lahan
Pemukiman
Dampak Tata Guna Lahan
Gambar 3. Rencana Tata Guna Lahan (Syarief & Verhaghe, 1998)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009-2029
Tujuan dari penataan suang di daerah bertujuan untuk mewujudkan tata ruang wilaya yang
efisien, berkelanjutan dan berdaya saing menuju Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia.
Kebijakan pengembangan wilayah pada Provinis Jawa Barat diwujudkan melalui pembagian 6
(enam) Wilayah Pengembangan (WP) dan dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas
pengelolaan pembangunan. Pembagian WP terdiri dari :
1. WP Bodebekpunjur
2. WP Purwasuka
3. WP Ciayumajakuning
4. WP Priangan TImur –Pangandaran
5. WP Sukabumi
6. WP KK Cekungan Bandung
Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di daerah meliputi :
a. Pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan
b. Pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi berbasi DAS
c. Pengembangan infrastruktur energy dan kelistrikan
d. Pengembangan infrastruktur telekomunikasi
e. Pengembangan infrastruktur permukiman
Sektor unggulan yang dapat dikembangan di WP Ciayumajakuning meliputi agribisnis,
agroindustry, perikanan, pertambangan dan pariwisatas. Fokus pengembangan WP
Ciayumajakuning meliputi :
a. Kota Cirebon, diarahkan sebagai kota inti dari PKN dengan sarana dan prasaran yang
terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya (hinterland), serta menjadi simpul utama
pelayanan jasa dan perdaganan, dan industry di Daerah bagian timur, serta untuk
kegiatan wisata budaya dan religi;
b. Kabupaten Cirebom, diarahkan sebagai bagain dari PKN dengan sarana dan prasarana
yang terintegrasi, dan mengarahkan kegiatan utama pada sector industri, bisni keautan
dan pertanian, dan kegiatan pertambangan mineral;
c. Kabupaten Indramayu, diarahkan menjadi PKW dengan sarana dan prasrana yang
terintegrasi, serta diarahkan untuk kegiatan utama pertanian lahan basah berkelanjutan,
bisnis perikanan dan kelautan, industry pertambangan terutama minyak, gas, agribisnis
dan agroindustri
d. Kabupaten Majalengka, diarahkan menjadi lokasi bandara Internasional Jawa Baran dan
Aerocity di Kertajati, daerah konservasi utama Taman Nasional Gunung Ciremai, serta
untuk kegiatan agrobisnis dan industry bahan bangunan dan pertambangan mineral serta
pengembangan sarana prasarana yang terintegrasi di PKW Kadipaten
e. Kabupaten Kuningan, diarahkan sebagai PKL dengan sarana dan prasaranan pendukung,
serta diarakan untuk menampung kegiatan sector pertanian, wisata alam, agroindustry,
dan daerah konservasi utama Taman Nasional Gunung Ciremai, termasuk perlindungan
sumber air
f. Kabupaten Sumedang, diarahkan sebagai PKL, dengan sarana dan prasarana, untuk
kegiatan utama agribisnis dan indutri, serta kegiatan pertambangan mineral
BAB III. PEMBAHASAN
Potensi Demografi
Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung adalah Wilayah Sungai lintas provinsi yang
berada di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Provinsi Jawa Barat meliputi
Kabupaten-Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka, Sumedang dan Garut
sedang
di
Provinsi
Jawa
Tengah
meliputi
Kabupaten
Brebes.
Penduduk Provinsi Jawa Barat saat ini berjumlah 46.029.668 jiwa (BPS: Jawa Barat
dalam Angka, 2015). Jumlah penduduk Kabupaten/Kota yang terkait dengan WS
Cimanuk Cisanggarung adalah 8.511.568 jiwa, sedang jumlah penduduk yang masuk
dalam WS Cimanuk Cisanggarung 7.827.346 jiwa. Luas seluruh Kabupaten/Kota yang
terkait dengan WS Cimanuk Cisanggarung 11.638,58 km2 sedang yang masuk dalam
WS
No
Cimanuk
Dari
Cisanggarung
data
tersebut
seluas
maka
6.888,35
terlihat
km2
bahwa
jumlah penduduk yang masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung adalah 19,59% dari
seluruh penduduk Provinsi Jawa Barat. Sedang penduduk di Kabupaten Brebes yang
masuk dalam WS Cimanuk Cisanggarung adalah 520.184 jiwa atau sekitar 30,11% dari
seluruh penduduk Kabupaten Brebes
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kab/Kota Yang termasuk WS Cimanuk Cisangarung
No
Luas Area
(km2)
Kabupaten/Kota
Penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km2)
Provinsi Jawa Barat
1
2
3
4
5
1
Cirebon
Indramayu
Kuningan
Majalengka
Garut
Provinsi Jawa Tengah
Brebes
Total
37.36
2,040.11
1,110.56
1,204.24
3,074.07
304,584
1,682,022
1,049,084
1,176,313
2,526,186
8,153
824
945
977
822
1,657.73
1,773,379
8,511,568
1,070
Sumber : BPS, 2015
Tata Ruang Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung
Salah satu sasaran rencana pengembangan sistem kota-kota di Provinsi Jawa Barat
adalah berkembangnya Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Cirebon. PKN
Metropolitan Cirebon ini merupakan salah satu upaya menumbuhkan pusat-pusat
pertumbuhan baru. Pusat pertumbuhan dengan menjadikan Cirebon sebagai PKN,
diharapkan
mampu
mengembangkan
wilayah
timur
dari
Provinsi
Jawa
Barat.
Letak PKN Metropolitan Cirebon cukup strategis terhadap fungsi pelayanan. Saat ini PKN
Metropolitan Cirebon berfungsi sebagai outlet Jawa Barat dengan adanya pelabuhan
Cirebon yang diharapkan mampu menjadi pusat koleksi dan distribusi bagi wilayah PKN
Metropolitan Cirebon dan juga PKW yang berfungsi sebagai pendukung PKN tersebut.
PKN Metropolitan Cirebon terutama Kota Cirebon merupakan salah satu wilayah yang
maju di wilayah timur Provinsi Jawa Barat. Hal ini dilihat dari tingkat urbanisasi di kota
tersebut yang mencapai 100%. Pengembangan PKN Metropolitan Cirebon ini diharapkan
mampu menjadi pemicu bagi perkembangan di wilayah sekitarnya dengan potensi
pengembangan wilayah di daerah sekitarnya yang relative akomodatif terhadap alih
fungsi lahan menjadi perkotaan. Kondisi ini terlihat dari tingkat urbanisasi di Kabupaten
Cirebon yang masih sekitar 37,53% dan Kabupaten Kuningan 28,24%
Jika dilihat dari kinerja ekonominya, PKN Metropolitan Cirebon memiliki kinerja yang
cukup baik. Kabupaten Cirebon memiliki kinerja pertumbuhan PDRB sebesar 4,83%. PKN
Metropolitan Cirebon sebagai pusat jasa berupa koleksi dan distribusi barang juga
didukung oleh kinerja perekonomian di Kota Cirebon yang memiliki sektor andalan berupa
jasa, industri dan pariwisata.
Jika dilihat dari aksesibilitas dari dan ke PKN Metropolitan Cirebon, jalan-jalan yang
menghubungkan PKN tersebut dengan PKW lainnya memiliki potensi yang tinggi. Jalan
dari arah barat adalah berupa jalan pantura dan jalan dari dan menuju arah selatan
adalah jalan yang menghubungkan antara Kota Cirebon dengan Kota Kuningan. Ke arah
utara utara PKN Metropolitan Cirebon memiliki potensi yang tinggi dengan adanya
pelabuhan. Kinerjanyapun telah menujukkan keterkaitan beberapa wilayah terhadap
fungsi pelabuhan pada saat ini, seperti Kabupaten Cirebon dan beberapa wilayah di
ProvinsiJawaTengah.
Selain melihat kinerja pada saat ini, penetapan Cirebon sebagai PKN telah didukung pula
oleh adanya rencana pengembangan jalan tol dari arah barat yaitu jalan tol Sadang –
Palimanan dan jalan tol dari Cileunyi - Palimanan, serta jalur ganda kereta api dari arah
Jakarta. Berdasarkan daya dukung lingkungannya, penetapan PKN Metropolitan Cirebon
didukung oleh kondisi lahan yang masih relatif aman terhadap perubahan lahan. Alih
fungsi lahan menjadi kawasan lindung di 5 (lima) daerah aliran sungai yang merupakan
wilayah PKN berada pada level rendah. Selain itu kelima DAS tersebut juga tidak memiliki
kerawanan terhadap bahaya erosi. Dengan demikian, pengembangan PKN Metropolitan
Cirebon berdasarkan kondisi daya dukung lingkungannya tidak akan menyebabkan
kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mengembangkan daerah lain sebagai
PKN di Provinsi Jawa Barat.
Rencana
pengembangan
kawasan
andalan
Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan
(Ciayumajakuning) dsk diarahkan untuk mengembangkan kawasan menjadi kawasan
agribisnis yang didukung sektor industri, perdagangan dan jasa, perikanan laut dan darat,
pertanian
tanaman
pangan,
kehutanan,
perkebunan
dan
peternakan
dengan
meningkatkan fungsi pelabuhan.
Tujuan
dari
pengembangan
kawasan
andalan
Ciayumajakuning
adalah
untuk
meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan kemitraan industri kecil, menengah dan
besar dan meningkatkan fungsi Pelabuhan Cirebon.
Sasaran dari pengembangan kawasan andalan Ciayumajakuning adalah untuk :
Meningkatnya pola dan tata tanam dengan melakukan penyuluhan, pelatihan,
teknologi tepat guna dan perbaikan sarana irigasi
Meningkatnya akses pasar dengan membentuk sentra dan terminal produksi serta
memeperluas jaringan informasi pasar.
Berkembangnya sarana dan prasarana industri dengan mengembangkan zona dan
kawasan industri yang sesuai, penyederhanaan prosedur perijinan dan peningkatan
kemitraan dengan swasta.
Meningkatnya kemampuan manajerial dan kualitas produk pengusaha kecil dengan
melakukan penyuluhan dan pameran produk pengusaha kecil dan menengah
Terciptanya sarana dan prasarana Pelabuhan Cirebon dengan melakukan
pengerukan pelabuhan dan perluasan dermaga serta pengembangan kerjasama
investasi dengan pihak ke tiga.
Terciptanya sarana aksesibilitas dan utilitas yang mendukung fungsi pelabuhan
dengan meningkatkan jalur kereta ap
Sumber : Pola PSDA WS CImanuk Cisanggarung
Gambar 4. Skema Kedudukan Ws Cimanuk-Cisanggarung Dalam KonstelasiRuang
Nasional
Gambar 5. Keterkaitan WS Cimanuk Cisanggarung dengan Kawasan Andalan Bregas
(Brebes, Tegal, Slawi) dan Kawasan Kerjasama Cibening (Cirebon, Brebes,
KuninganNasional
Pembangungan Bendungan Jatigede
Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung terdiri dari beberapa daerah aliran sungai (DAS), antara
lain DAS Cimanuk (3584 km), DAS Cisanggarung (1325 km), DAS Cipanas-Pangkalan (982 km),
serta DAS sungai-sungai kecil yang mengalir ke laut Jawa sepanjang Pantura Ciayu (1820 km).
DAS Cimanuk dengan luas 3584 km mempunyai curah hujan tahunan rata-rata 2800 mm dan
potensi air permukaan rata-rata sebesar 7.43 milyar m3/tahun. Untuk mengembangkan potensi
sumber daya air WS Cimanuk Cisanggarung telah disusun Master Plan yang mengidentifikasi 13
waduk di DAS Cimanuk, antaranya 3 waduk serbaguna (multipurpose Dam) yang diusulkan
mendapatkan prioritas utama yaitu : Waduk Jatigede, Waduk Cipasang dan Waduk Kadumalik
(Cilutung).
Gagasan pembangunan waduk Jatigede diajukan pertama kali pada tahun 1963, dengan
dilanjutkan dengan detail desain pada tahun 1986 oleh konsultan SMEC, Australia. Dan direvuew
kembali pada tahun 2004 oleh konsultan PT. Indra Karya-JO-Wiratman dan telah mendapatkan
sertifikat Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 23 Februari 2006.
Fluktuasi debit air di sungai CImanuk yang tercata di Bendung Rentang sangat besar, Qmax =1004
m3/det, Qmin = 4 m3.dt, ratio = 251. Lahan kritis DAS Cimanuk di Rentang pada saat ini telah
mencapai kurang lebih 110.000 Ha atau sekitar 31% dari luas DAS Cimanuk.
Potensi air sungai Cimanuk di Rentang rata-rata sebesar 4.3 milyar m3/tahun dan hanya dapat
dimanfaakan 28% saja, sisanya terbuang ke laut karena belum tertahan oleh keberadaan waduk
Sistem irigasi Rentang seluas 90.000 Ha sepenuhnya mengandalkan pasokan air dari sungai
Cimanuk (river run off), sehingga pada musim kemarau selalu mengalami difisit air irigasi yang
mengakibatkan kekeringan. DIsamping itu di bagian hili sungai Cmanuk (Pantura Ciayu) pada
musim kemarau terjadi pula krisis ketersediaan air baku untuk keperluan domestic, perkotaan
dan industri.
Pembangungan waduk jatigede ini diharapkan mampu menyimpan potensi air permukaan di
sungai cimanuk, sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti irigasi, air bersih
dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Gambar. 6 Lokasi Waduk Jatigede
Data Teknis Bendungan
HIDROLOGI
Luas DAS
Volume aliran air tahunan
WADUK
Muka Air (MA) banjir max
MA Operasi max (FSL)
MA Operasi min (MOL)
Luas permukaan waduk (El. 262)
Volume total (gross) (El. +260)
Volume efektif
BENDUNGAN
Tipe : Urugan batu, inti tegak
Elevasi mercu bendungan
Panjang bendungan
Lebar mercu bendungan
Tinggi bendungan max
Volume timbunan
: 1.462 km2
: 2,5 x 109 m3
: El. +262
: El. +260
: El. +230
: 41,22 km2
: 980 x 106 m3
: 877 x 106 m3
: El. +265
: 1.715 m
: 12 m
: 110 m
: 6,7 x 106 m3
BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)
Lokasi
: di tubuh bendungan
Tipe
: Tipe chute dengan 4 pintu Radial
Lebar Puncak Weir
: 52 m (4 x 13.0 m), El.+247
Dimensi radial gates
: 4 bh (W=13,0 m ; H=14,5 m)
Q PMF
: 11.000 m3/dt
INTAKE IRIGASI (Irrigation Outlet)
Lokasi
: Di dalam tubuh spillway
Elevasi lantai depan
: El. +221
Tipe bangunan
: Conduit beton bertulang dg Steel Liner
Dimensi conduit
: b = 3,9 m;h = 4.1 m,L = 166 m
TEROWONGAN PENGELAK (Diversion Tunnel)
Lokasi
: Di bawah bangunan pelimpah
Elevasi Inlet
: El. +164
Tipe
: Circular, beton bertulang
Debit rencana (Q100)
: 3.200 m3/dt
Dimensi terowongan
: D = 10 m ; L = 546 m
POWER WATERWAY
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
Lokasi
: Sebelah kanan Bendungan Utama
Lantai Inlet
Terowong penyalur air
Tinggi terjun
Tipe turbin
Kapasitas terpasang
Produksi rata-rata
: El. +221
: D = 4,5 m ; L = 3.095 m
: 170 m
: Francis
: 2 x 55 MW = 110 MW
: 690 GWH/tahun
Gambar. 7 Layout Bendungan Jatigede
Bendungan Jatigede dan Pengembangan Wilayah
Pada tahun 2007 saat pembangunan waduk jatigede masih berjalan WS Cimanuk Cisanggarung
mengalami deficit supply air untuk irigasi dan RKI, untuk memenugi air irigasi sebesar 118.41
m3/dt atau setara dengan 36.46 % dari seluruh kebutuhan air, sedangkan untuk kebutuhan RKO
hanya 4.44 m3.dt atau 1.37% dari total kebutuhan. Untuk tambak sebesar 13283 m3/dt (4.09$)
dan air untuk pemeliharaan sungai sebesar 21.815 m3/dt sisanya 166.854 ,3/dt atau 51.73%
masih mengalir kelaut.
Dengan dibangunnya waduk jatigede diharapkan pada tahun 2027 defisit yang terjadi dapat
berkurang, dan areal irigasi yang mengalami deficit tinggal yang berada di DAS Cisanggarung.
Sedangkan untuk kebutuhan RKI dan tambak dapat dipenuhi.
Dengan adanya jaminan ketersediaan air pada waduk jatigede dan pengembangannya
diharapkan akan ikut menjada ketahanan pangan dari IP pertanian sebesar 179 % menjadi 276%
dab tentunya hal ini juga akan menunjang perekononiam dari daerah-daerah di sekitar WS
Cimanuk Cisanggarung dalam hal ini kawasan andalan ciayumajakuning dengan Kota Cirebon
sebagai PKN.
Peningkatan produksi pertanian akan membuat laju pertumbuhan arus distrribusi barang
meningkat, sehingga akan diikuti pertumbuhan jaringan jalan dan transportasi. Selain itu dari
waduk jatigede aka nada tambahan sebesar 118 MW pasokan listrik untuk pulau Jawa, dan
tentunya kawasan yang mendapat keuntungan paling awal adalah kawasan ciayumajakuning
terlebih dahulu, salah satunya yang diuntungkan dengan penambahan kapasitas daya ini adalah
Pelabuhan di Cirebon dan berkembangnya daerah industry di wilayah sekitar WS Cimanuk
Cisanggarung.
BAB IV. KESIMPULAN
Pengembangan wilayah sungai cimanuk cisanggarung salah satunya melalui pembangunan
waduk Jatigede telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat yang
ditetapkan dengan Perda Provinsi Jawa Barat No 22 Tahun 2010. Selain itu pengembangan
wilayah sungai cimanuk cisanggarung didasari Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Cimanuk
Cisanggarung yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No
26i/PRT/M/2010.
Dari peraturan maka dapat disimpulkan bahwa arah pengembangan wilayah sungai cimanuk
cisanggaraung telah terintegrasi antara kepentingan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
yang secara langsung berdampak pada kabupaten/Kota di aliran sungai cimanuk cisanggarung.
Pembangunan waduk jatigede mendukung program ketahanan pangan, dan energi. Selain itu
juga menyebabkan pengembangan wilayah pengembangan Ciayumajakuning dengan Kota
Cirebon sebagai PKN nya.
DAFTAR PUSTAKA
Robert.J.Kodoati dan Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Penertit CV .Andi
Nadjadji Anwar.2012. Rekayasa Sumber Daya Air. ITS Press
Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2010 tentang RTRWP Jawa Barat
Keputusan Menteri PU No. 267/KPTS/M/2010 Tentang Pola Pengelolaan Wilayah Sungai
Cimanuk Cisanggarung