Academia.eduAcademia.edu

Seminar Lokal dengan Tema "Disability Awareness (Menjadi Sahabat untuk Teman Disabilitas)"

Seminar Lokal dengan Tema “Disability Awareness (Menjadi Sahabat untuk Teman Disabilitas)” Oleh : Risma Salsabila Nafia Pada Jumat (04/10/24) diadakan seminar lokal dengan tema “Disability Awareness (Menjadi Sahabat untuk Teman Disabilitas)”. Bertempat di Aula Mas Mansyur Lt.7 Kampus 1 Umsida, seminar ini diadakan atas kolaborasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dengan SILAM.ID Acara seminar tersebut menghadirkan 2 pembicara hebat dan kompeten, di antaranya pembicara pertama ialah Mira Aulia, S.Sos., M.KP. selaku Pegiat Disabilitas dan Sosiopreneur. Pembicara kedua yakni Ken Larasati, S.Psi selaku Terapis dan Founder Yayasan Sabdo Wahyu Jati. Kedua narasumber memberikan ilmu yang bermanfaat dan kiat-kiat untuk menjadi sahabat bagi teman disabilitas, begitu juga dengan pentingnya kita untuk selalu awareness terhadap penyandang disabilitas. Ibu Mira mengatakan bahwasanya beliau adalah penyandang disabilitas tidak tampak, disebut dengan disabilitas low vision. Beliau juga menyebutkan beberapa kategori atau penyebutan dalam disabilitas, di antaranya yaitu penyandang disabilitas pengelihatan, disabilitas sensorik pendengaran, disabilitas fisik, disabilitas mental, dan disabilitas intelektual. Beliau menyinggung bahwa penyandang disabilitas dikatakan sangat sensitif dan mudah terpengaruh atas pengucapan atau panggilan kita terhadap mereka, seperti pengucapan tuna rungu, tuli, dsb. Maka dari itu, pentingnya pengucapan terhadap penyandang disabilitas haruslah diperhatikan. Para non-disabilitas haruslah paham jika setiap kata atau kalimat itu mengandung sebuah energi, pun energi itu dibedakan menjadi 2 yaitu energi positif dan energi negatif, yang mana jika energi positif akan mengarah ke atas yaitu pada penguatan dan kepercayaan diri, sedangkan energi negatif mengarah ke bawah yaitu sebaliknya mereka akan merasa takut dan tidak percaya diri. Ibu Ken Larasati berkata “Bagaimana perasaanmu, ketika prosesmu tidak di support oleh siapapun?” Jawabannya kecewa, sedih, atau emosi bukan? Yang mana hal tersebut merupakan hal negatif, dan akan berdampak pada penurunan sebuah perasaan. Namun “ketika prosesmu tidak di support oleh siapapun, di situlah kita kuat” Sebuah kalimat dikatakan mengandung energi karena hal tersebut akan berimbas pada sebuah pemikiran dan perasaan, yang mana hal tersebut akan berakhir menjadi emosi. Jadi dapat di garisbawahi jika pada penyandang disabilitas, khususnya anak-anak sangatlah rentan dalam mengontrol perasaan. Dampak mental dan fisik penyandang disabilitas mudah terpengaruh, atau yang biasa kita sebut dengan depresi, dampak mental tersebut dikatakan berbahaya karena berhubungan dengan naik turunnya emosi sehingga mereka penyandang disabilitas tidak mengalami kestabilan emosi. Sedangkan dampak fisik, dikatakan akan berimbas pada gangguan kecemasan, yang berakibat penurunan daya tahan tubuh seperti pusing, mual, dan lemas. Berhubungan dengan hal tersebut, non-disabilitas haruslah berupaya untuk merangkul teman-teman penyandang disabilitas di sekitar kita mulai dari sekarang, kita harus bergerak dan berjuang bersama untuk menghilangkan diskriminasi, karena mereka butuh yang namanya support system.