Academia.eduAcademia.edu

SEJARAH SASTRA DAN PERIODESASINYA

SASTRA Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Periodisasi Sastra Menurut H.B. Jassin Pengertian: Periodisasi sastra adalah penggolongan karya sastra berdasarkan pembabakan waktu dari awal kemunculan hingga perkembangannya. Periodisasi ini tidak hanya berdasarkan tahun, tetapi juga ciri-ciri sastra yang dikaitkan dengan situasi sosial, serta pandangan dan pemikiran pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya. Periodisasi Sastra Menurut H.B. Jassin: H.B. Jassin membagi periodisasi sastra Indonesia menjadi dua periode besar, yaitu: A. Sastra Melayu Lama Periode ini terentang dari abad ke-7 hingga awal abad ke-20. Ciri-ciri sastra Melayu Lama antara lain: • Bersifat anonim (tidak diketahui pengarangnya) • Bersifat didaktis (memberi ajaran) • Mengandung nilai-nilai moral dan keagamaan • Bentuknya terikat oleh aturan yang baku, seperti pantun, syair, dan gurindam • Tema yang diangkat umumnya berkisar tentang cinta, kepahlawanan, dan keagamaan B. Sastra Indonesia Modern Periode ini dimulai dari awal abad ke-20 hingga sekarang. Sastra Indonesia Modern dibagi lagi menjadi beberapa angkatan, yaitu: Angkatan Balai Pustaka (1920-1933) Dipelopori oleh Balai Pustaka. Bertujuan untuk mendidik rakyat. Karyanya banyak mengangkat tema kehidupan rakyat kecil. Contoh pengarang: Marah Rusli, Tulis Sutan Sati, Abdul Muis. Angkatan Pujangga Baru (1933-1942) Bersifat individualistis Mengangkat tema cinta, keindahan, dan kebangsaan Bahasa yang digunakan lebih indah dan puitis Dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana. Bertujuan untuk memajukan sastra Indonesia. Karyanya banyak mengangkat tema individualisme dan kebangsaan. Contoh pengarang: Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, Amir Hamzah. Angkatan '45 (1945-1966) Bersifat revolusioner Mengangkat tema perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa Bahasa yang digunakan lebih bebas dan ekspresif Muncul setelah kemerdekaan Indonesia. Bersemangat revolusioner dan nasionalisme. Karyanya banyak mengangkat tema perjuangan kemerdekaan. Contoh pengarang: Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin. Angkatan '66 (1966-sekarang) Bersifat beragam Mengangkat berbagai tema, seperti kritik sosial, humanisme, dan eksistensialisme Bahasa yang digunakan lebih eksperimental Muncul setelah Orde Baru. Beragam aliran dan gaya. Karyanya mengangkat berbagai tema, seperti kritik sosial, humanisme, dan eksistensialisme. Contoh pengarang: W.S. Rendra, Sapardi Djoko Damono, Taufiq Ismai Sastra Melayu Lama Sastra Melayu Lama adalah karya sastra Indonesia yang diciptakan sebelum abad ke-20. Sastra ini berkembang di wilayah Nusantara, khususnya di Semenanjung Malaya dan Sumatera, sebelum pengaruh Barat masuk. Ciri-ciri: ➢ Bahasa: Menggunakan bahasa Melayu klasik yang kaku dan banyak menggunakan kata-kata arkais. ➢ Anonim: Pengarangnya tidak diketahui. ➢ Istana-sentris: Bercerita tentang kehidupan di istana dan kaum bangsawan. ➢ Mistis: Mengandung unsur-unsur mistis seperti dewa-dewi, kejadian alam gaib, dan peri. ➢ Contoh Karya: Dongeng: Cerita rakyat tentang arwah, hantu, keajaiban alam, dan binatang jadi-jadian. ➢ Hikayat: Cerita panjang tentang raja-raja, pahlawan, dan petualangan. Contohnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat Putri Mandi Mayang Mengurai. ➢ Syair: Puisi dengan rima AAAA yang berisi cerita atau nasihat. Contohnya Syair Perahu dan Syair Burung Pingai karya Hamzah Fansuri. ➢ Gurindam: Puisi berisi nasihat dengan bentuk dua baris yang berpasangan. Contohnya Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Informasi Tambahan: Sastra Melayu Lama memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia modern. Banyak karya Sastra Melayu Lama yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Sastra Melayu Lama masih dilestarikan dan dipelajari di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. ➢ Angkatan Balai Pustaka Balai Pustaka merupakan titik tolak kesusastraan Indonesia. Didirikan pada tahun 1908 dengan nama Commissie voor de Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat) oleh pemerintah Hindia Belanda, Balai Pustaka memiliki peran penting dalam perkembangan sastra Indonesia, terutama pada Angkatan Balai Pustaka (1920-an). Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka: • Bahasa: Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh bahasa Melayu. • Tema: Persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa. • Pengaruh: Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah/lokal. • Cerita: Seputar romantisme. Sensor Balai Pustaka: Angkatan Balai Pustaka terkenal dengan sensornya yang ketat. Balai Pustaka berhak mengubah naskah apabila dipandang perlu. Contohnya: Salah Asuhan oleh Abdul Muis: Diubah bagian akhirnya. Belenggu karya Armyn Pane: Ditolak oleh Balai Pustaka karena tidak boleh diubah. Angkatan Balai Pustaka juga disebut Angkatan 20-an. ➢ Beberapa penulis terkenal Angkatan Balai Pustaka: • Nur Sutan Iskandar • Abdul Muis • Marah Rusli • Muhammad Kasim • Merari Siregar Karya Populer Berdasarkan Periode Sastra Angkatan Pustaka dan Angkatan 45 ➢ Angkatan Balai Pustaka (1920-1933) ➢ Ciri-ciri: • Berpusat pada Balai Pustaka (didirikan 1908) • Karya didominasi oleh roman dan cerita rakyat • Tema: edukasi, kritik sosial, adat istiadat • Bahasa: Melayu dengan pengaruh bahasa Belanda • Pengarang: Merari Siregar, Marah Rusli, M. Kasim, Nur St. Iskandar, M. Jassin ➢ Contoh Karya: • Roman: "Azab dan Sengsara" (Merari Siregar), "Sitti Nurbaya" (Marah Rusli), "Muda Teruna" (M. Kasim), "Salah Pilih" (Nur St. Iskandar), "Dua Sejoli" (M. Jassin, dkk.) • Kumpulan Puisi: "Percikan Permenungan" (Rustam Effendi), "Puspa Aneka" (Yogi) ➢ Angkatan 45 (1945-1950) Latar Belakang:Lahir di masa penjajahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia dipengaruhi oleh semangat perjuangan dan kemerdekaan ➢ Ciri-ciri: • Terbuka terhadap pengaruh asing • Lebih realis dan naturalis • Individualisme, dinamis, dan kritis • Ekspresif, sinisme, dan sarkasme • Prosa berkurang, puisi berkembang • Pengarang: Chairil Anwar, Asrul Sani, R.ivai Apin, Usmar Ismail, Idrus, Ida Nasution, Utuy Thtang Sontani, Balfas, J.E. Tutengkeng, Pramoedya Ananta Toer • Contoh Karya: Puisi: "Aku" (Chairil Anwar), "Derai-Derai Cemara" (Chairil Anwar), "Kerawang-Bekasi" (W.S. Rendra), "Biarlah" (Chairil Anwar). Prosa: "Surat dari Praha" (Pramoedya Ananta Toer), "Keluarga Gerilya" (Pramoedya Ananta Toer), "Laskar Pelangi" (Andrea Hirata) Perbedaan Utama: • Balai Pustaka: didominasi roman, edukasi, bahasa Melayu • Angkatan 45: lebih bebas, realis, individualisme, puisi Kesimpulan: Kedua angkatan ini merupakan tonggak penting dalam perkembangan sastra Indonesia. Balai Pustaka menjadi pionir penerbitan karya sastra modern, sedangkan Angkatan 45 melahirkan karya-karya revolusioner yang mencerminkan semangat kemerdekaan. Angkatan '45 dan Angkatan '66 ➢ Angkatan '45 Disebut juga Angkatan Kemerdekaan. Berkembang di sekitar zaman penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan beberapa tahun sesudahnya. Ciri-ciri: • Bentuk bebas, tidak terikat kaidah kebahasaan. • Tema diangkat dari realitas, natural. • Lebih ekspresif. • Menyiratkan perjuangan kemerdekaan. • Mendapat banyak pengaruh dari sastra asing. • Contoh karya: Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin). Deru Campur Debu (Chairil Anwar). Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar). Pembebasan Pertama (Amal Hamzah). Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo). Tandus (S. Rukiah). Puntung Berasap (Usmar Ismail). Suara (Toto Sudarto Bakhtiar). Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang). Dalam Sajak (Sitor Situmorang). Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah) ➢ Angkatan '66 Ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol. Karya sastra beragam dalam aliran, seperti surrealistik, arus kesadaran, absurd, dan lainnya. Ciri-ciri: • Bercorak perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman dan kebatilan. • Bercorak membela keadilan. • Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan. • Berontak. • Pembelaan terhadap Pancasila. • Protes sosial dan politik. • Contoh karya:Putu Wijaya (Pabrik).Telegram.Stasiun Iwan Simatupang Ziarah Kering Merahnya Merah Djamil Suherman Sarip Tambak-Oso Perjalanan ke Akhirat ➢ Angkatan Pujangga Baru (1933 - 1942) Latar Belakang: Muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor Balai Pustaka terhadap karya sastra, terutama yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Dilatarbelakangi Sumpah Pemuda 1928, di mana para pemuda Indonesia berikrar untuk menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk dalam bahasa. Ciri-ciri: • Sastra intelektual: Berfokus pada pemikiran dan ide-ide baru, bukan hanya pada perasaan dan emosi. • Nasionalistik: Mengangkat tema-tema kebangsaan dan semangat kemerdekaan. • Elitis: Karya-karyanya lebih terfokus pada kalangan terpelajar dan terdidik. • Majalah Poedjangga Baroe: • Menjadi wadah publikasi utama bagi para sastrawan Angkatan Pujangga Baru. • Dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane. • Berisi karya-karya sastra yang inovatif dan eksperimental. • Tokoh dan Karya: Sutan Takdir Alisjahbana: "Layar Terkembang", "Belenggu" Armijn Pane: "Puspa Mega", "Belenggu" Amir Hamzah: "Buah Rindu", "Nyanyi Sunyi" Sanusi Pane: "Manusia Baru", "Sandhyakala Ning Majapahit" Rustam Effendi: "Perawan Desa", "Korban" ➢ Pencapaian: ➢ Memodernisasi bahasa Indonesia dengan memasukkan kosakata baru dan gaya bahasa yang lebih kompleks. ➢ Memperkenalkan aliran-aliran sastra baru dari Barat. ➢ Meningkatkan kesadaran nasional dan semangat kemerdekaan. Kesimpulan: Angkatan Pujangga Baru menjadi tonggak penting dalam sejarah sastra Indonesia dengan memperkenalkan gaya dan pemikiran baru. Meskipun tergolong elitis, pengaruhnya masih terasa hingga saat ini dalam perkembangan sastra Indonesia modern. Angkatan Pujangga Baru ➢ Majalah Poedjangga Baroe Pada masa ini, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Majalah ini menjadi wadah bagi para sastrawan Angkatan Pujangga Baru untuk menuangkan karya-karyanya. ➢ Kelompok Sastrawan Pujangga Baru Pada masa Angkatan Pujangga Baru, terdapat dua kelompok sastrawan Pujangga Baru: ➢ Kelompok "Seni untuk Seni" Kelompok ini berpandangan bahwa seni haruslah bebas dari tujuan-tujuan praktis dan hanya mementingkan keindahan semata. Tokoh-tokohnya antara lain: • Sutan Takdir Alisjahbana • Armijn Pane • J.E. Tatengkeng ➢ Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" Kelompok ini berpandangan bahwa seni haruslah memiliki tujuan praktis dan dapat membangun masyarakat. Tokoh-tokohnya antara lain: • Amir Hamzah • Sanusi Pane • Rustam Effendi Materi "Sastrawan dan Hasil Karya" Angkatan Pujangga Baru Sastrawan: • Sultan Takdir Alisjahbana • Contoh karya: Di Kakimu, Bertemu • Sutomo Djauhar Arifin • Contoh karya: Andang Teruna (fragmen) • Rustam Effendi • Contoh karya: Bunda dan Anak, Lagu Waktu Kecil • Asmoro Hadi • Contoh karya: Rindu, Hidup Baru • Hamidah • Contoh karya: Berpisah, Kehilangan Mestika (fragmen) Angkatan Balai Pustaka • Amir Hamzah • Contoh karya: Sunyi, Dalam Matamu • Hasjmy • Contoh karya: Ladang Petani, Sawah • Lalanang • Contoh karya: Bunga Jelita • O.R. Mandank • Contoh karya: Bagaimana Sebab Aku Terdiam • Mozasa • Contoh karya: Amanat, Kupu-kupu