Pelajar internasional
Pelajar internasional adalah pelajar, biasanya pada masa muda, yang belajar di sekolah luar negeri. Meskipun banyak universitas memiliki program pertukaran resmi, beberapa SMU juga memilikinya. Tujuan dari pelajar ini adalah meningkatkan penguasaan bahasa asing mereka atau memperdalam ilmu yang ditekuni. Dan juga di banyak negara di dunia, sebuah ijazah asing, terutama bila didapatkan dari negara tertentu, lebih dihargai dari lulusan lokal.
Umumnya pelajar internasional telah memiliki kemampuan bahasa negara yang dituju dengan baik, tetapi ada beberapa yang tidak begitu menguasai bahasa tersebut, dan menghadapi kesulitan untuk mengungkapkan dirinya dalam pembicaraan yang cepat. Dan bahkan kesulitan dalam menerima pelajaran yang diajarkan. Karena keterbatasan berbahasa ini kadang kala mereka diejek dan bahkan dihina.
Banyak negara menetapkan peraturan bagi pelajar internasional untuk membayar lebih tinggi dari warga negara tersebut. Diskriminasi ini biasanya didukung dengan alasan bahwa orang tua murid tidak membayar pajak negara asing tersebut. Namun begitu banyak pelajar internasional yang setelah lulus memutuskan untuk tinggal di negara tersebut dan menjadi warga negara yang produktif, sering kali tidak dianggap.
Pencapaian
[sunting | sunting sumber]Banyak kaum elit dari negara berkembang adalah didikan dari universitas barat. Ini termasuk individu seperti Ho Chi Minh dan Abdullah II Jordan. Ada daftar pelajar internasional terkenal di http://www.usastudyguide.com/famousstudents.htm.
Pelajar internasional dari Tiongkok
[sunting | sunting sumber]Banyak pelajar internasional dari Tiongkok dikirim ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan ke-20 oleh pemerintah untuk mencoba mengerti budaya dan teknologi Barat agar bisa diterapkan di budaya Tiongkok. Beberapa pelajar internasional yang menjadi ilmuwan terkenal, seperti Chen Ning Yang, Tsung-Dao Lee, dan Chien-Shiung Wu.
Tujuan pelajar internasional Tiongkok bervariasi pada masa lampau. Sebelum Perang Dunia II, Jepang dan Prancis adalah tujuan yang disukai. Dan pada 1950-an tujuan populernya adalah Uni Soviet. Pada 1960-an universitas terganggu oleh Revolusi Budaya, dan dimulai pada 1977, murid-murid Tiongkok lebih cenderung pergi ke Amerika Serikat.
Sebagian dari pelajar internasional ini menjadi warga negara di negara tempat mereka menetap. (Lihat Tionghoa perantauan, contohnya) Selain itu, jika melihat nilai prestis yang ditawarkan oleh gelar universitas asing, banyak pelajar internasional yang akhirnya menjadi pegawai negeri. Contohnya Lee Tenghui, James Soong, Deng Xiaoping dan Jiang Zemin.
Universitas-universitas yang memiliki banyak mahasiswa asing sering kali mempunyai kelompok-kelompok sendiri untuk menaungi para pelajar asing tersebut. Kelompok-kelompok ini sering kali menjadi bagian vital dalam komunitas di universitas. Mereka juga sering kali menyediakan teman-teman bagi para pelajar yang tidak memiliki teman maupun sanak keluaga di negara tersebut, dan memiliki kesulitan berhubungan dengan sebayanya yang memiliki bahasa ibu yang berbeda.
Potensi bahaya
[sunting | sunting sumber]Pelajar internasional biasanya tidak memiliki hubungan yang dekat dengan masyarakat lokal, sering kali mengakibatkan mereka menjadi kebingungan pada saat dihadapkan dengan permasalahan pelik maupun ancaman di dalam kehidupan mereka. Potensi bahaya dapat timbul baik dari masyarakat lokal maupun dari kelompok etnis pelajar tersebut sendiri.
Topik berhubungan
[sunting | sunting sumber]- F-visa (Amerika Serikat)
- kartu ISIC
- Program Erasmus
- Program Leonardo
- Program Socrates
- Fulbright Fellowship
- Sasakawa Foundation
- Rotary Youth Exchange
- Friends World Program
- Pertukaran pelajar
Pelajar internasional