Lompat ke isi

Masyaallah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Masyaallah (bahasa Arab: مَا شَاءَ ٱللَّٰهُ) adalah frasa yang diungkapkan seorang muslim atau arab untuk menunjukkan kekaguman terhadap seseorang, sesuatu atau kejadian.[1] Dalam hal ini, digunakan sebagai ekspresi penghargaan, sementara dalam waktu yang sama juga sebagai pengingat bahwa semua pencapaian bisa terjadi karena kehendak-Nya. Terjemahannya kurang lebih adalah "Allah telah berkehendak akan hal itu", dengan kata telah yang menekankan bahwa semuanya sudah ditata Allah dengan sangat seimbang, sehingga ketika kita menjalankan sunatullah (proses) yang semestinya, kita akan mendapatkan hasil. Digunakan sebagai ungkapan kegembiraan disertai doa bahwa kita telah melalui proses atau sunatullah yang benar sesuai yang sudah ditata oleh Allah. Lafal masyaalah bisa menghafal al-Quran

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab Tafsir Al Quranul Karim Surat Al Kahfi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin mengatakan bahwa kalimat “masyaallah” bisa diartikan dengan dua arti. Hal tersebut dikarenakan kalimat “maa syaa Allah” bisa dijabarkan (i'rab) dalam struktur kalimat di dalam bahasa Arab dengan dua cara, yaitu:

  • Penjabaran yang pertama kata “masyaallah” (مَا شَاءَ ٱللَّٰهُ) adalah dengan menjadikan kata “maa” (مَا) sebagai kata sambung dan kata tersebut berstatus sebagai predikat. Subjek (mubtada’) dari kalimat tersebut adalah subjek yang disembunyikan, yaitu “hadzaa” (هَٰذَا). Dengan demikian, bentuk seutuhnya dari kalimat “maa syaa Allah” adalah: هَٰذَا مَا شَاءَ ٱللَّٰهُ hadzaa maa syaa Allah. Jika demikian, maka artinya dalam bahasa Indonesia adalah: “inilah yang dikehendaki oleh Allah”.
  • Penjabaran yang kedua, kata “maa” (مَا) pada “maa syaa Allah” merupakan kata benda yang mengindikasikan sebab dan frasa “syaa Allah” (شَاءَ ٱللَّٰهُ) berstatus sebagai fi’il syarath (kata kerja yang mengindikasikan sebab). Sedangkan jawab syarath (kata benda yang mengindikasikan akibat dari sebab) dari kalimat tersebut tersembunyi, yaitu “kaana” (كَانَ) .

Dengan demikian, bentuk seutuhnya dari kalimat “maa syaa Allah” adalah: maa syaa Allahu kaana (مَا شَاءَ ٱللَّٰهُ كَانَ). Jika demikian maka artinya dalam bahasa Indonesia adalah: “apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi”. Ringkasnya, “maa syaa Allah” bisa diterjemahkan dengan dua terjemahan, “inilah yang diinginkan oleh Allah” atau “apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi”. Maka ketika melihat hal yang menakjubkan, lalu kita ucapkan “masyaallah” (مَا شَاءَ ٱللَّٰهُ), artinya kita menyadari dan menetapkan bahwa hal yang menakjubkan tersebut semata-mata terjadi karena kuasa Allah.

  1. ^ Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan, “disyariatkan bagi orang mukmin ketika melihat sesuatu yang membuatnya takjub hendaknya ia mengucapkan ‘Masya Allah‘ atau ‘Baarakallahu Fiik‘ atau juga ‘Allahumma Baarik Fiihi‘ sebagaimana firman Allah Ta’ala: وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ ٱللَّٰهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّٰهِ ‘...dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu “MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH”‘ (Al Kahfi 18:39)” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, no.39905).