Kepler-186f
Penemuan | |
---|---|
Tanggal penemuan | 2014 |
transit | |
Kepler-186f adalah eksoplanet yang mengorbit bintang katai merah Kepler-186, yang berjarak sekitar 582 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus. Kepler-186f ditemukan oleh teleskop luar angkasa Kepler milik NASA pada tahun 2014 dan menjadi salah satu eksoplanet yang paling menonjol karena berada dalam zona layak huni, yang berarti jaraknya dari bintang induknya cukup untuk memungkinkan adanya air dalam bentuk cair di permukaannya. Planet ini dianggap sebagai kandidat yang mungkin mendukung kehidupan.
Penemuan
[sunting | sunting sumber]Kepler-186f ditemukan oleh misi Kepler, yang diluncurkan oleh NASA pada 2009 untuk mencari eksoplanet di berbagai sistem bintang. Misi ini memanfaatkan metode transit, yakni mendeteksi penurunan kecerahan bintang saat sebuah planet melewatinya. Tim yang dipimpin oleh Elisa Quintana dari NASA Ames Research Center pertama kali mengumumkan keberadaan Kepler-186f pada 17 April 2014.
Sistem Kepler-186
[sunting | sunting sumber]Kepler-186 adalah bintang tipe M yang memiliki massa sekitar 0,48 kali massa Matahari dan radius sekitar 0,47 kali radius Matahari. Bintang ini lebih kecil dan lebih dingin daripada Matahari, yang membuat zona layak huni pada sistem ini lebih dekat dibandingkan dengan sistem Tata Surya kita. Dalam sistem ini terdapat lima planet yang dikenal, yaitu Kepler-186b, Kepler-186c, Kepler-186d, Kepler-186e, dan Kepler-186f. Dari lima planet ini, hanya Kepler-186f yang berada di zona layak huni.
Karakteristik Kepler-186f
[sunting | sunting sumber]Radius dan Massa
[sunting | sunting sumber]Kepler-186f memiliki radius sekitar 1,11 kali radius Bumi, yang mengindikasikan bahwa planet ini mungkin berbatu, seperti Bumi. Namun, massa pastinya belum diketahui secara langsung, tetapi diperkirakan sekitar 1,4 kali massa Bumi berdasarkan model planet berbatu.
Suhu dan Atmosfer
[sunting | sunting sumber]Karena Kepler-186f mengorbit sebuah bintang katai merah yang lebih dingin daripada Matahari, estimasi suhu di permukaannya bergantung pada keberadaan atmosfer. Jika planet ini memiliki atmosfer yang cukup tebal dengan kandungan gas rumah kaca yang mirip dengan Bumi, suhu permukaan mungkin memungkinkan keberadaan air cair. Namun, keberadaan atmosfer tersebut belum dapat dikonfirmasi hingga kini, karena teknologi yang ada belum memungkinkan pengamatan langsung atmosfer pada planet sejauh itu.
Orbit
[sunting | sunting sumber]Kepler-186f mengorbit bintang induknya dalam waktu 130 hari dan berada pada jarak sekitar 0,36 AU (sekitar 54 juta km) dari Kepler-186. Karena orbitnya lebih dekat ke bintang induknya dibandingkan dengan orbit Bumi di sekitar Matahari, Kepler-186f menerima tingkat radiasi yang setara dengan 32% dari yang diterima Bumi dari Matahari.
Zona Layak Huni
[sunting | sunting sumber]Kepler-186f adalah planet pertama yang ditemukan di zona layak huni sebuah bintang yang ukurannya mendekati Bumi, dan ini menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan adanya kehidupan di sana. Meskipun planet ini berada di zona layak huni, faktor-faktor seperti radiasi bintang katai merah dan kemungkinan atmosfer yang tidak sesuai menjadi tantangan utama bagi kehidupan, terutama kehidupan kompleks seperti yang ada di Bumi. Radiasi dari bintang katai merah cenderung lebih kuat dalam rentang sinar ultraviolet dan dapat merusak atmosfer planet seiring waktu.
Implikasi bagi Eksoplanetasi dan Kehidupan
[sunting | sunting sumber]Penemuan Kepler-186f meningkatkan optimisme di antara para astronom untuk menemukan planet berbatu lain yang mungkin layak huni. Kepler-186f adalah bukti pertama dari keberadaan planet yang berukuran mirip Bumi di zona layak huni. Ini membuka kemungkinan bahwa galaksi kita dapat memiliki planet berbatu lain yang juga memiliki kondisi yang memungkinkan adanya kehidupan.
Observasi Selanjutnya dan Tantangan
[sunting | sunting sumber]Sejak penemuan Kepler-186f, teleskop seperti James Webb Space Telescope (JWST) telah dirancang untuk dapat mengamati atmosfer eksoplanet lebih rinci. Namun, Kepler-186f berada sangat jauh dari Bumi, sehingga membutuhkan teleskop yang lebih kuat di masa depan untuk mempelajari atmosfer dan komposisi kimianya secara langsung.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- "NASA Exoplanet Archive". Diakses tanggal 13 Juni 2021.
- Quintana, E. V., Barclay, T., Raymond, S. N., Rowe, J. F., Bolmont, E., & Caldwell, D. A., et al. (2014). "An Earth-Sized Planet in the Habitable Zone of a Cool Star". Science, 344(6181), 277–280.