Lompat ke isi

Agama di Vietnam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Agama di Vietnam (2019)[1]

  Tak beragama (86.32%)
  Katolik (6.10%)
  Buddhisme (4.79%)
  Hoahaoisme (1.02%)
  Protestantisme (1.00%)
  Caodaisme (0.58%)
  Lain-lain (0.18%)

Agama di Vietnam telah ada sejak lama yang meliputi kepercayaan asli Vietnam, yang dalam sejarah dibentuk dari doktrin-doktrin Konghucu dan Taoisme dari China, serta tradisi yang kuat dari Buddhisme (yang disebut tiga pengajaran atau tam giáo). Vietnam adalah salah satu negara beragama di dunia. Menurut statistik resmi dari pemerintah, pada 2019 terdapat 13.162.879 orang yang teridentifikasi dengan salah satu agama yang disahkan dari jumlah penduduk berjumlah 96.208.984 jiwa. Sebanyak 5.86 juta adalah penganut Katolik (6,10%), 4.6 juta orang diantaranya adalah penganut Buddha (4,79%), 983 ribu adalah penganut Hoahao (1.02%), 960 ribu adalah penganut Protestan (1.0%), 556 ribu adalah penganut Caodai (0,58%), dan terdapat 70 ribu Muslim, 64 ribu Hindu, 7,000 Bahai, dan kelompok kecil lainnya (<1%).[1]

Kepercayaan asli (pemujaan kepada dewa, dewi dan leluhur) telah lahir kembali sejak 1980an.[2][3]

Menurut perkiraan Pew Research Center, pada 2010 kebanyakan orang Vietnam mempraktikan kepercayaan asli (45.3%), penganut Buddha meliputi 16.4% dari jumlah penduduknya, sekitar 8.2% dari masyarakat Vietnam adalah penganut Kristen (kebanyakan Katolik), dan sekitar 30% tak berafiliasi ke agama manapun.[4][5] Secara resmi, Republik Sosialis Vietnam adalah sebuah negara ateis seperti yang dideklarasikan oleh pemerintah komunis-nya.[6]

Meskipun menurut sensus 1999, kebanyakan orang Vietnam menyatakan diri mereka sendiri sebagai orang yang tak berafiliasi dalam agama,[7] agama, yang didefinisikan menurut kepercayaan dan praktik yang diberikan, masih menjadi bagian mendalam dari kehidupan Vietnam,[8] menuntun perilaku sosial dan praktik-praktik spiritual dari orang-orang Vietnam baik di Vietnam dan di luar negeri. Agama tripel (bahasa Vietnam: tam giáo), merujuk kepada percampuran sinkretis dari Buddha Mahayana, Konghucu, dan Taoisme, dan kepercayaan asli Vietnam (juga sering dicampur dengan mereka), masih memiliki pengaruh yang kuat pada kepercayaan dan praktik Vietnam. Salah satu praktik spiritual umum dan paling terkenal adalah penghormatan leluhur, sebuah praktik yang berkembang pada budaya Tionghoa dan kebanyakan budaya Asia lainnya.

Sebuah laporan Pew Research Center 2002 mengklaim bahwa 24% dari penduduk Vietnam memandang agama "sangat berpengaruh".[9]

Pagoda Satu Pilar di Hà Nội, sebuah kuil Buddha bersejarah.
Buddha Amitabha, figur utama Buddha Tanah Murni, sedang memberkati seorang perempuan saleh dalam sebuah relief di Pagoda Quan Am, Cholon.

Buddhisme datang ke Vietnam pada awal abad kedua Masehi di bagian Utara dari China dan melalui rute Selatan dari India.[10] Buddha Mahayana pertama kali menyebar dari China ke wilayah Delta Sungai Merah di Vietnam pada sekitar tahun 300 Masehi.

Buddha Theravada datang dari India di selatan wilayah Delta Mekong beberapa tahun kemudian, antara 300-600 Masehi. Buddhisme yang dipraktikan oleh orang Vietnam biasanya adalah aliran Mahayana, meskipun beberapa etnis minoritas (seperti Khmer Krom di wilayah Delta selatan Vietnam) masuk aliran Theravada.[11]

Praktik Buddha di Vietnam berbeda dari negara Asia lainnya, dan tidak berisi struktur, hierarki, atau sangha institusional yang sama dengan tradisi Buddha lainnya. Agama tersebut berkembang dari hubungan simbiosis dengan Taoisme, spiritualitas Tionghoa, dan agama asli Vietnam, dengan kebanyakan praktisioner Buddha berfokus pada ritual devosional ketimbang meditasi.[12]

Kekristenan

[sunting | sunting sumber]
Katedral Notre Dame di Ho Chi Minh City, Vietnam.

Sejauh perkembangan gereja Kristen terbesar di Vietnam tersebut, Katolik Roma pertama kali masuk negara tersebut melalui para misionaris Katolik Portugis pada abad ke-16 dan pengaruhnya menguat pada masa pemerintahan kolonial Prancis. Meskipun misi-misi terawal hanya berhasil melakukan perpindahan agama, misi-misi selanjutnya yang dilakukan oleh para misonaris Yesuit kemudian mendirikan pusat-pusat Kristen terhadap para penduduk lokal.

Misionaris Yesuit Alexandre de Rhodes, yang berkarya di Vietnam antara 1624 dan 1644, menjadi misionaris terkenal pada masa tersebut.[13] Selain itu, ia membuat jasa-jasa signifikan terhadap budaya Vietnam dengan mengembangkan abjad pada bahasa Vietnam bersama dengan para sarjana Vietnam dan berdasarkan pada karya para misionaris Portugis awal. Penggunaan abjad tersebut, yang berdasarkan pada aksara Latin dengan penambahan tanda-tanda diakritik, aslinya digunakan untuk membantu pengajaran dan upaya-upaya penginjilan. Abjad tersebut masih digunakan, dan sekarang disebut sebagai Quốc Ngữ (bahasa nasional).

Pastor misionaris Prancis Pigneau de Behaine memainkan peran penting dalam sejarah Vietnam pada akhir abad ke-18 dengan berteman dengan Nguyễn Ánh, anggota paling senior dari kepala-kepala pemerintahan Nguyễn untuk kabur dari pemberontakan Tây Sơn bersaudara pada 1777.[14][15][16][17][18][19] Menjadi orang kepercayaan dan penasihat militer Nguyễn Ánh pada saat dibutuhkan,[20][21][22][23] ia meraih kesepakatan besar bagi Gereja. Pada saat Nguyễn Ánh menjadi Kaisar Gia Long, aktivitas misionaris Katolik diberi izin tanpa halangan sebagai tanda balas budi.[24] pada waktu kenaikan tahta Kaisar tersebut pada 1802, Vietnam memiliki 3 keuskupan Katolik dengan 320,000 anggota dan lebih dari 120 imam/pastor Vietnam.[25]

Menurut Katalog Hierarki Katolik, saat ini terdapat 5,658,000 penganut Katolik di Vietnam, mewakili 6.87% dari seluruh penduduknya.[26] Terdapat 26 keuskupan (termasuk tiga keuskupan agung) dengan 2228 paroki dan 2668 imam/pastor.[26]

Protestan

[sunting | sunting sumber]
Gereja Injili di Hoa An, provinsi Quang Nam

Protestan diperkenalkan di Da Nang pada 1911 oleh seorang misionaris Kanada yang bernama Robert A. Jaffray; selama bertahun-tahun, ia disusul oleh lebih dari 100 misionaris, para anggota dari Aliansi Kristen dan Misionaris, sebuah denominasi Protestan Evangelikal. Dua organisasi Protestan yang secara resmi disahkan oleh pemerintah adalah Gereja Evangelikal Selatan Vietnam (GESV), yang disahkan pada 2001, dan Gereja Evangelikal Utara Vietnam (GEUV) yang lebih kecil, yang disahkan sejak 1963.[27]

Patung Yesus di tepi pantai Vung Tau, Vietnam

Saat ini, diperkirakan jumlah penganut Protestan menurut sumber pemerintahan adalah 500,000 orang sementara menurut sumber gereja adalah 1 juta orang. Perkembangan terbanyak terjadi pada suku-suku minoritas (Montagnard) seperti Mnong, Ede, Jarai, dan Bahnar, dengan perkiraan yang mengklaim bahwa dua dari tiga penganut Protestan di Vietnam adalah anggota dari etnis minoritas.[28] Menurut beberapa perkiraan, pertumbuhan penganut Protestan di Vietnam bertumbuh pesat dari sepuluh tahun sebelumnya. Beberapa orang yang baru berpindah agama masuk dalam gereja-gereja rumah Injili yang tak terdaftar, yang jumlah pengikutnya dikatakan secara keseluruhan berjumlah sekitar 200,000 orang.[28] Data sensus 2009 dan 2019 menunjukkan ada pertumbuhan jumlah bagi kalangan Protestan. Pada sensus 2009, jumlah Protestan sebanyak 734.168 jiwa (0,86%), dan sensus 2019 sebanyak 976.558 jiwa (1,02%) termasuk gereja Advent, dan Mormon sekitar 0,02%.[29][1]

Gerakan Baptis dan Mennonite secara resmi diakui oleh Hanoi pada Oktober 2007, yang dipandang sebagai pengaruh terbesar dalam tingkat kebebasan beragama yang dinikmati oleh penganut Protestan di Vietnam.[30] Hal yang serupa juga terjadi pada Oktober 2009, gerakan Majelis Allah secara resmi mendapatkan izin dari pemerintah untuk beroperasi, yang merupakan langkah awal untuk menjadi sebuah organisasi yang disahkan.[31]

Majelis-Majelis Allah dikatakan terdiri dari sekitar 40,000 pengikut pada 2009,[31] Gereja Baptis sekitar 18,400 pengikut dengan 500 tempat pelayanan pada 2007,[30] dan Gereja Mennonite sekitar 10,000 pengikut.

Ortodoks Timur

[sunting | sunting sumber]

Untuk Kristen Ortodoks, Gereja Ortodoks Rusia diwakili di Vũng Tàu, Vietnam, yang utamanya berasal dari para karyawan pemakai bahasa Rusia dari perusahaan hasil kerjasama Rusia-Vietnam "Vietsovpetro". Paroki yang mengambil nama dari ikon Bunda dari Kazan dibuka pada 2002 dengan pemberkatan dari Sinode Kudus Gereja Ortodoks Rusia, yang diberikan di Troitse-Sergiyeva Lavra. Para perwakilan dari departemen hubungan luar negeri Gereja Ortodoks Rusia datang ke Vũng Tàu dari waktu ke waktu untuk memberikan pelayanan ilahi Ortodoks.[32]

Vietnam juga disebut sebagai wilayah dibawah yuridiksi Metropolitan Hong Kong & Asia Tenggara Nikitas (Kepatriarkan Ekumenikal Konstantinopel), meskipun disana tidak ada kabar tentang aktivitas terorganisirnya disana.

Masjid di Đa Phước, An Phú, An Giang

Pengaruh Islam mulai muncul karena beberapa pelabuhan penting kerajaan Champa sejak lama merupakan tempat persinggahan pedagang Muslim dari Melayu, India, Timur Tengah sebelum melanjutkan dagang ke Tiongkok.

Champa menjadi Kerajaan Islam di Vietnam sejak di bawah pemerintahan Che Bo Nga pada 1360--1390. Namun jatuhnya Kerajaan Champa ke tangan Dinasti Nguyen pada 1832 mendorong terjadinya eksodus pertama Muslim Champa ke selatan, terutama ke Kamboja, Kelantan, dan Terengganu.

Sunan Ampel sendiri diyakini dilahirkan di Champa sekitar tahun 1401 dan ikut berperan dalam mengembangkan Islam di Vietnam sebelum kemudian hijrah ke pulau Jawa. Dari sinilah Islam di Vietnam berasal.[33]

Menurut sensus dari Pew Research Center pada tahun 2010, terdapat 160.000 Muslim di negara itu, membentuk 0.2% dari total penduduk[34] Sementara pada hasil sensus 2019, penduduk Vietnam yang menganut agama Islam sebanyak 70.934 jiwa (0,07%).[1]

Kuil Hindu Ponagar di Nha Trang, Vietnam.

Hindu di Vietnam dikaitkan dengan etnis minoritas Cham; agama pertama dari kerajaan Champa merupakan sebuah bentuk dari Hindu Saiwis, yang dibawa melalui laut dari India. Suku Cham mendirikan kuil-kuil Hindu (Bimong) di wilayah Tengah Vietnam, beberapa diantaranya masih digunakan saat ini; Mỹ Sơn yang sekarang sudah tidak digunakan, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, adalah kompleks candi Cham paling terkenal.

Sekitar 50,000 etnis Cham di wilayah pesisir selatan-tengah mempraktikan bentuk devosional dari Hindu. Kebanyakan Hindu Cham masuk dalam kasta Nagavamshi Kshatriya,[35] namun sebagian kecil merupakan Brahmin.[36] 4,000 penganut Hindu lainnya (kebanyakan Tamil, dan yang lainnya berasal dari keturunan Cham atau campuran India-Vietnam) yang tinggal di Ho Chi Minh City, di mana Kuil Mariamman dijadikan sebagai titik penting pada komunitasnya. Di Provinsi Ninh Thuận, di mana kebanyakan Cham di Vietnam bermukim, Cham Balamon (Hindu Cham) berjumlah 32,000 orang; di antara 22 desa di Ninh Thuận, 15 desa diantaranya adalah desa Hindu.[37]

Hasil Sensus

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan hasil sensus Vietnam, tahun 2009 dan 2019, penduduk yang tidak menganut agama mengalami kenaikan. Sementara penganut agama Buddha, Cao Dai, Hòa Hảo, Islam mengalami penuruan, baik jumlah maupun persentasi. Penganut agama Kekristenan mengalami kenaikan jumlah, namun mengalami penurunan secara persentasi untuk Katolik, namun Protestan mengalami kenaikan persentasi.[29][1]

No Agama Sensus 2009 Sensus 2019
Jumlah % Jumlah %
1 Tanpa agama 70.195.530 81,77% 83.046.105 86,32%
2 Kekristenan 6.411.254 7,47% 6.842.838 7,11%
3 Buddha 6.802.318 7,92% 4.606.543 4,79%
4 Hòa Hảo 1.433.252 1,67% 983 079 1,02%
5 Cao Dai 807.915 0,94% 556.234 0,58%
6 Islam 75.268 0,09% 70.934 0,07%
7 Hindu 56.427 0,06% 64.547 0,07%
8 Lainnya 65.033 0,08% 38.704 0,04%
Total 85.846.997 100% 96.208.984 100%

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e General Statistics Office of Vietnam (2019). "Completed Results of the 2019 Viet Nam Population and Housing Census" (PDF). Statistical Publishing House (Vietnam). ISBN 978-604-75-1532-5. Diakses tanggal 9 November 2023. 
  2. ^ Philip Taylor. Goddess on the Rise: Pilgrimage and Popular Religion in Vietnam.
  3. ^ Home Office: Country Information and Guidance — Vietnam: Religious minority groups. December 2014. Quoting United Nations' "Press Statement on the visit to the Socialist Republic of Viet Nam by the Special Rapporteur on freedom of religion or belief". Hanoi, Viet Nam 31 July 2014. Vietnamese. Quote, p. 8: "[...] According to the official statistics presented by the Government, the overall number of followers of recognized religions is about 24 million out of a population of almost 90 million. Formally recognized religious communities include 11 million Buddhists, 6.2 million Catholics, 1.4 million Protestants, 4.4 million Cao Dai followers, 1.3 million Hoa Hao Buddhists as well as 75,000 Muslims, 7000 Baha’ís, 1500 Hindus and others. The official number of places of worship comprises 26,387 pagodas, temples, churches and other religious facilities. [...] While the majority of Vietnamese do not belong to one of the officially recognized religious communities, they may nonetheless – occasionally or regularly – practise certain traditional rituals, usually referred to in Viet Nam under the term "belief". Many of those traditional rituals express veneration of ancestors. [...]"
  4. ^ The Global Religious Landscape 2010. The Pew Forum.
  5. ^ "Global Religious Landscape". The Pew Forum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-01. Diakses tanggal 4 Mei 2014. 
  6. ^ Jan Dodd, Mark Lewis, Ron Emmons. The Rough Guide to Vietnam, Vol. 4, 2003. p. 509: "After 1975, the Marxist-Leninist government of reunified Vietnam declared the state atheist while theoretically allowing people the right to practice their religion under the constitution."
  7. ^ "Vietnam". World Factbook. Central Intelligence Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-17. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 
  8. ^ "Beliefs and religions". Embassy of Vietnam (USA). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-10. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 
  9. ^ "Among Wealthy Nations, U.S. Stands Alone In Its Embrace of Religion". Pew Global Attitudes Project. Pew Research Center. 2002-12-19. Diakses tanggal 2010-06-22. 
  10. ^ Cuong Tu Nguyen. Zen in Medieval Vietnam: A Study of the Thiền Uyển Tập Anh. Honolulu: University of Hawaii Press, 1997, pg 9.
  11. ^ Cuong Tu Nguyen & A.W. Barber. "Vietnamese Buddhism in North America: Tradition and Acculturation". in Charles S. Prebish and Kenneth K. Tanaka (eds). The Faces of Buddhism in America. Berkeley: University of California Press, 1998, pg 130.
  12. ^ Cuong Tu Nguyen & A.W. Barber 1998, pg 132.
  13. ^  Herbermann, Charles, ed. (1913). "Indo-China". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  14. ^ Hall, D. G. E. (1981). A History of South-east Asia. Macmillan. ISBN 0-333-24163-0. , p. 423.
  15. ^ Cady, John F. (1964). "Southeast Asia: Its Historical Development". McGraw Hill. , p. 282.
  16. ^ Buttinger, p. 266.
  17. ^ Mantienne, p. 520.
  18. ^ McLeod, Mark W. (1991). The Vietnamese response to French intervention, 1862–1874. Praeger. ISBN 0-275-93562-0. , p. 7.
  19. ^ Karnow, Stanley (1997). Vietnam: A history. New York: Penguin Books. ISBN 0-670-84218-4. , p. 75.
  20. ^ Buttinger, p. 234.
  21. ^ McLeod, Mark W. (1991). The Vietnamese response to French intervention, 1862–1874. Praeger. ISBN 0-275-93562-0. , p. 9.
  22. ^ Cady, John F. (1964). "Southeast Asia: Its Historical Development". McGraw Hill. , p. 284.
  23. ^ Hall, D. G. E. (1981). A History of South-east Asia. Macmillan. ISBN 0-333-24163-0. , p. 431.
  24. ^ Buttinger, pp. 241, 311.
  25. ^ "Catholic Church in Vietnam with 470 years of Evangelization". Rev. John Trần Công Nghị, Religious Education Congress in Anaheim. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-14. Diakses tanggal 2007-05-17. 
  26. ^ a b (Inggris) "Statistics by Country". Catholic-Hierarchy.org. David M. Cheney. Diakses tanggal 21 January 2015. 
  27. ^ "Vietnam". International Religious Freedom Report 2005. Departemen Negara AS: Biro Demokrasi, Hak Asasi manusia, dan Buruh. 2005-06-30. Diakses tanggal 2010-05-19. 
  28. ^ a b Compass Direct (2002-09-20). "Vietnam Protestants Call Conference 'Miraculous'". Christianity Today. Diakses tanggal 2006-07-21. 
  29. ^ a b THE 2009 VIETNAM POPULATION AND HOUSING CENSUS Tổng cục Thống kê Việt Nam, www.gso.gov.vn, Diakses tanggal 8 November 2023
  30. ^ a b "Hanoi officially recognises Baptists and Mennonites". Asianews.it. 2007-10-03. Diakses tanggal 2010-05-19. 
  31. ^ a b Vietnam News (2009-10-20). "Assemblies of God receive permit covering 40 provinces". Vietnam News. Diakses tanggal 2012-07-28. 
  32. ^ "Holy Week and Easter celebrated in Vietnam" (dalam bahasa Russian). Educational Orthodox Society "Russia in colors" in Jerusalem. Diakses tanggal 2010-05-19. 
  33. ^ https://m.liputan6.com/lifestyle/read/4253259/sejarah-islam-di-vietnam-pengaruh-pedagang-muslim-dan-sunan-ampel
  34. ^ NW, 1615 L. St; Washington, Suite 800; Inquiries, DC 20036 USA202-419-4300 | Main202-419-4349 | Fax202-419-4372 | Media (2011-01-27). "Table: Muslim Population by Country". Pew Research Center's Religion & Public Life Project (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-08-11. 
  35. ^ India's interaction with Southeast Asia, Volume 1, Part 3 By Govind Chandra Pande, Project of History of Indian Science, Philosophy, and Culture, Centre for Studies in Civilizations (Delhi, India) p.231,252
  36. ^ "Vietnam". International Religious Freedom Report 2004. Departemen Negara AS: Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Buruh. 2002-10-22. Diakses tanggal 2010-05-19. 
  37. ^ Champa and the archaeology of Mỹ Sơn (Vietnam) by Andrew Hardy, Mauro Cucarzi, Patrizia Zolese p.105

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]