Lompat ke isi

In the Name of Love

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 8 Januari 2024 05.52 oleh Raksasabonga (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
In the Name of Love
SutradaraRudi Soedjarwo
ProduserTutie Kirana
Ditulis olehFahmi Rizal
Rudy Soedjarwo
PemeranVino Bastian
Acha Septriasa
Christine Hakim
Tutie Kirana
Roy Marten
Cok Simbara
Lukman Sardi
Luna Maya
Tengku Firmansyah
Nino Fernandez
Yama Carlos
Dicky Wahyudi
Penata musikAddie MS
Getah
DistributorValiant Circle Productions
Tanggal rilis
11 April 2008
Durasi105 menit
NegaraIndonesia
OST In the Name of Love
karya Getah
Dirilis2004
GenreRock
LabelAquarius Musikindo
Kronologi Getah
OST Gerbang 13String Module Error: Match not foundString Module Error: Match not found In the Name of Love (film) Release is PeaceString Module Error: Match not foundString Module Error: Match not found

In the Name of Love adalah sebuah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2008. Film yang disutradarai oleh Rudi Soedjarwo ini dibintangi oleh Vino Bastian dan Acha Septriasa sebagai pemeran utama. Film ini dirilis pada tanggal 11 April 2008.

Satrio Hidayat (Cok Simbara) sangat mencintai Citra (Christine Hakim), tetapi dengan alasan belum mencapai kemapanan, Citra pun menikah dengan Triawan Negara (Roy Marten). Baik Satrio maupun Triawan sukses di bidangnya masing-masing, kebencian di antara mereka pun terbawa. Hingga di satu titik mereka menunjukkan permusuhan dengan saling menjatuhkan di depan publik. Sejak itulah kebencian menjadi abadi dan diturunkan ke anak-anak mereka.

Satrio yang kemudian menikah dengan Kartika (Tutie Kirana) dikaruniai tiga anak lelaki, yaitu Aryan (Lukman Sardi), Aditya (Tengku Firmansyah), dan Abimanyu (Vino G Bastian). Sementara Triawan dan Citra memiliki lima anak, yaitu Rianti (Luna Maya), Panji (Yama Carlos), Banyu (Nino Fernandez), Saskia (Acha Septriasa) dan Dirga (Panji Rahadi).

Hingga kemudian, Saskia dan Abimanyu saling jatuh cinta. Mengatasnamakan cinta, mereka berjuang di tengah permusuhan dan carut marut keluarga mereka. Mereka pun bertahan dengan keyakinan bahwa cinta harus diperjuangkan, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh orang tua mereka.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]