Lompat ke isi

Buku Ajaib untuk Inur

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Kata Pengantar

[sunting]

Halo, perkenalkan saya Fajriatun Nur. Saya senang menulis cerita-cerita anak. Beberapa karya saya telah diterbitkan penerbit nasional dan dimuat di media cetak. Saat ini, saya tinggal di Banjarnegara. Sapa saya di IG d_fajria, ya.

Premis

[sunting]

Sahlan ingin berburu kerang bambu atau pahat-pahat yang biasanya muncul di bulan November. Itu pun hanya ada saat air laut surut di siang hari. Namun, rencana Sahlan gagal. Hal ini karena Inur, adiknya, selalu minta dibacakan buku cerita. Berkat adanya perpustakaan desa, Sahlan jadi tahu tentang buku bersuara atau buku audio. Buku ini bisa menggantikan Sahlan bercerita di depan Inur.

Lokasi

[sunting]

Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

Isi Cerita

[sunting]

Buku Ajaib untuk Inur

[sunting]

Oleh : Fajriatun Nur


Hari ini Sahlan berjanji akan mencari kerang bambu bersama Arul. Semua peralatan sudah disiapkan. Satu ember kecil, sebilah tongkat, dan sebotol cairan kapur. Ember kecil untuk tempat kerang. Tongkat untuk menusuk-nusuk pasir. Lalu air kapur untuk memancing kerang bambu keluar. Sahlan tinggal menunggu Arul datang. Kemudian mereka akan pergi ke Pantai Sungai Bakau bersama-sama.

Kerang Bambu atau pahat-pahat

Sekarang sudah musim kerang bambu. Penduduk di sekitar Pantai Sungai Bakau, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, mulai berburu kerang bambu. Kerang bambu berbentuk panjang seperti pipa kecil. Oleh masyarakat lokal, kerang bambu disebut pahat-pahat atau papahat. Biasanya mereka hidup di perairan dangkal dan berlumpur. Kerang ini hanya muncul saat bulan September hingga November. Itu pun hanya berlangsung saat air laut surut di siang hari. Karena itulah, Sahlan sangat menunggu-nunggu waktu ini tiba. Dia mengecek kembali semua peralatannya. Sahlan sudah tidak sabar berburu kerang bambu.

“Kakak, bacakan Inur cerita.” Tiba-tiba Inur, adik Sahlan, mengangsurkan buku bergambar. Anak perempuan berusia empat tahun itu mengedip-ngedipkan mata.

“Nanti saja. Kakak mau cari kerang di pantai,” tolak Sahlan. Namun, Inur langsung cemberut.

Sahlan buru-buru menenangkan Inur. Jangan sampai adiknya merajuk. Abah dan Uma belum pulang berdagang. Bisa-bisa Sahlan kewalahan menghadapi rajukan Inur.

Sejak ada perpustakaan di desa, adiknya itu senang sekali meminjam buku. Apalagi buku cerita bergambar. Inur suka sekali. Padahal Inur belum bisa membaca. Jadilah, Sahlan yang harus membacakan buku yang Inur pinjam. Gara-gara itu pula, Sahlan sering ketinggalan bermain bersama teman-temannya. Namun, kali ini dia tidak boleh gagal berburu kerang bambu.

Akhirnya, Sahlan mengalah. Dia akan membacakan cerita. Sahlan mengambil buku cerita dari tangan Inur. Inur langsung bersorak sampai rambut ikalnya bergoyang.

Satu buku cerita selesai dibaca. Tepat saat itu Arul datang. Sahlan pun bersiap pergi. Namun, Inur kembali merengek. Adiknya itu minta dibacakan buku yang lain. Inur ingin dibacakan cerita sebelum tidur siang.

“Kau duluan saja, Rul. Nanti aku menyusul,” ujar Sahlan. Dia berharap Inur lekas tidur setelah dibacakan satu cerita lagi.

Ternyata, Inur meminjam banyak buku hari itu. Sahlan harus membacakan semua buku itu sampai Inur tidur. Aduh! Bisa-bisa gagal acara berburu kerang bambunya.

Saat azan zuhur berkumandang, Inur baru tertidur. Itu berarti hari sudah siang. Air laut sudah pasang kembali. Kerang bambu hanya bisa ditemukan saat air surut. Air surut di Pantai Sungai Bakau hanya berlangsung beberapa jam saja. Begitu siang, air kembali pasang. Sayang sekali hari ini Sahlan tidak bisa berburu kerang bambu.

***

“Kemarin aku dapat satu ember kerang bambu. Umbuy langsung memasaknya. Sedap!” cerita Arul keesokan harinya.

Arul juga bercerita kalau kemarin banyak yang berburu kerang bambu. Awal musim biasanya orang-orang bersemangat mencari kerang bambu. Apalagi kerang itu bisa dijual di pengepul. Harganya pun lumayan mahal.

“Besok kita ke pantai sama-sama, ya,” kata Sahlan mantap. Dia benar-benar penasaran ingin ikut mencari kerang bambu. Kapan lagi bisa berburu kerang unik ini?

Namun, Sahlan teringat Inur. Adiknya itu meminta dibacakan cerita setiap mau tidur siang. Padahal, Inur selalu tidur menjelang zuhur.

Aha! Sahlan ingat besok Uma libur berdagang. Uma bisa membacakan cerita untuk Inur. Jadi, Sahlan bisa ikut mencari kerang bambu. Kelihatannya rencana ini sempurna.

Esoknya, Sahlan mengecek air kapur dan tongkat. Semuanya sudah siap digunakan. Kali ini tidak boleh gagal lagi. Musim kerang bambu hanya setahun sekali. Dia tidak mau ketinggalan ikut berburu kerang bambu.

“Jaga Inur di rumah, ya. Uma mau menemani Abah mengantar pesanan ikan asin.” Tiba-tiba Uma menghampiri Sahlan.

“Mendadak sekali, Uma?” Sahlan terkejut. Dia khawatir rencananya akan tertunda lagi.

Uma tersenyum. “Maaf, ya, Uma lupa memberitahumu. Hari ini libur berdagang karena mau antar pesanan ke kota.”

Abah dan Uma memiliki usaha rumahan pembuatan ikan asin. Meski usaha kecil, beberapa kali mereka mendapat pesanan dari daerah lain. Selain itu, mereka juga berdagang di pasar.

Sahlan terpaksa menjaga Inur di rumah. Dia berharap Inur bisa tidur siang lebih cepat kali ini. Sehingga dia bisa pergi mencari kerang bersama Arul. Nanti Sahlan akan meminta Nini menjaga Inur sebentar.

Tiba-tiba, Inur merengek-rengek minta dibacakan cerita. Sahlan berusaha menolaknya. Dia sudah hapal tabiat Inur. Adiknya tidak akan berhenti kalau sudah keasyikan dibacakan cerita. Tangis Inur langsung pecah. Sahlan jadi tidak tega melihatnya. Dia berusaha menenangkan Inur. Namun, adiknya itu mau berhenti menangis asal dibacakan cerita.

Dengan lesu, Sahlan pergi ke perpustakaan desa. Dia akan meminjam buku sesuai permintaan Inur. Sahlan benar-benar kesal dengan adiknya. Sepertinya hari ini pun dia akan gagal berburu kerang bambu.

Sahlan sampai di perpustakaan desa. Dilihatnya beberapa anak sedang mengerubuti penjaga perpustakaan. Bahkan Arul pun ada di sana. Eh, sedang apa mereka?

“Ssst… sini, Lan. Dengarkan buku bersuara,” bisik Arul sambil menarik tangan Sahlan agar mendekat.

“Apa itu buku bersuara?” Sahlan bingung sendiri. Dia belum pernah melihatnya. Sahlan ikut bergabung dengan kerumuman anak-anak itu.

Kata petugas perpustakaan, buku audio atau buku suara merupakan rekaman teks cerita yang dibacakan seorang penyuara. Ada suara tambahan juga yang mengiringi cerita. Misalnya gemericik air saat bercerita tentang sungai. Ada juga kicau burung ketika cerita suasana hutan. Buku audio bisa membantu penyandang tunanetra, tunaaksara atau anak-anak yang belum bisa membaca. Dengan adanya buku ini mereka mendapatkan bacaan yang menarik. Bahkan buku ini bisa juga digunakan orang-orang normal pada umumnya.

Wah, seru sekali. Sahlan jadi lupa dengan kekesalannya tadi. Dia sibuk menyimak penjelasan petugas perpustakaan.

Sahlan dan Inur mendengarkan buku audio atau buku bersuara.

Sahlan jadi tahu bagaimana menggunakan buku bersuara itu. Semua gawai bisa digunakan untuk mendengarkannya. Petugas itu juga menjelaskan cara mendapat buku bersuara secara gratis. Ada banyak situs web yang menyediakannya. Baik dari pemerintah atau yayasan pegiat literasi.

“Nanti aku pinjam ponsel Abah. Lebih seru mendengarkan buku bersuara. Kita tidak capai membaca,” ujar Arul sambil terkekeh.

“Iya seperti buku ajaib, ya. Ternyata buku ada banyak macamnya. Tidak cuma buku cetak, ada juga yang bersuara,” timpal Sahlan. Keduanya dalam perjalanan pulang dari perpustakaan. Hari ini mereka memutuskan tidak mencari kerang bambu.

Tiba-tiba, Sahlan teringat Inur. Dia ingin mengenalkan buku bersuara pada adiknya. Inur pasti suka mendengarnya. Apalagi ada musik dan suara pendukung. Wah, Sahlan tidak sabar memberitahu Inur.

 ***    

Hari ini, Sahlan sengaja meminjam ponsel Uma. Tadi, dia meminta Uma meninggalkan ponselnya sebelum pergi berdagang. Sahlan akan menunjukkan buku bersuara pada Inur. Dia sudah mengunduh beberapa buku bersuara. Dipilihnya cerita yang cocok untuk Inur.

“Inur, Kakak punya buku cerita. Ayo, dengarkan sama-sama,” ajak Sahlan.

“Buku apa, Kak?” Inur langsung bersemangat.

Sahlan mengajak Inur  duduk di depan rumah. Dia memutarkan salah satu buku bersuara. Inur langsung berbinar-binar. Sepertinya Inur menyukai buku bersuara itu. Katanya, buku itu seperti Kak Sahlan yang membacakan cerita. Inur bisa tidur sambil mendengarkan buku ajaib itu. Tidak lama, Inur sudah asyik mendengarkan buku bersuara.

Yes! Sahlan bersorak dalam hati. Buku bersuara bisa menggantikan tugasnya sebentar. Inur bisa tetap mendengar cerita. Sementara dia dan Arul berburu kerang bambu.[]          

Glosarium

[sunting]

Abah                           :   Ayah

Nini                             :   Nenek

Situs web                    : halaman informasi yang disediakan melalui internet dan bisa dikunjungi saat terhubung dengan internet.

Uma atau Umbuy        :   Ibu