Proposal Tesis - Edit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TESIS

DAMPAK IMPLEMENTASI REKAM MEDIS ELEKTRONIK TERHADAP


KUALITAS PELAYANAN MEDIS DALAM MENGATASI KELEMAHAN
REKAM MEDIS KONVENSIONAL DI KLINIK TELKOMEDIKA

Disusun Oleh :

dr. Grace Irin Julianty Samosir

NIM 71220029

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN

KONSENTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA

BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rekam medis merupakan berkas berisi catatan dan dokumen tentang


identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada fasilitas kesehatan yang dilakukan secara manual maupun
elektronik. Pengelolaan rekam medis merupakan salah satu bentuk dari
pelayanan penunjang medis yang meliputi assembling, indexing, koding,
analising dan filing. Manajemen pelayanan rekam medis dan informasi
kesehatan berupa kegiatan menjaga, memelihara dan melayani rekam medis,
menyajikan informasi kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjaga rekaman.
(Permenkes, 2013).
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat dan telah
merambah ke berbagai sektor kehidupan, termasuk di bidang kesehatan
mengakibatkan berkembangnya sistem rekam medis berbasis komputer.
Rekam medis berbasis komputer atau yang lebih dikenal dengan rekam medis
elektronik merupakan salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi
informasi dan komunikasi di berbagai pusat pelayanan kesehatan. Rekam
medis elektronik merupakan penggunaan metode elektronik untuk
pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, serta pengaksesan rekam medis
pasien yang telah tersimpan dalam suatu manajemen basis data multimedia
yang mencatat semua data yang sifatnya sangat pribadi dan mengandung
informasi tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, data medis,
demografis serta setiap pelayanan dalam manajemen pasien di rumah sakit
maupun di klinik. Rekam medis elektronik sudah digunakan di berbagai
rumah sakit/klinik di dunia sebagai pengganti atau pelengkap rekam
kesehatan berbentuk kertas. Rekam medis elektronik menjadi pusat informasi
dalam sistem informasi rumah sakit. Permenkes No. 269 tahun 2008 menjadi
dasar hukum penerapan rekam medis elektronik di Indonesia. Namun
teknologi rekam medis elektronik ini tidak selalu berkembang dengan cepat
di berbagai rumah sakit/klinik/pusat pelayanan kesehatan lainnya.
Menurut Hatta (2011), rekam medis elektronik adalah suatu sistem yang
secara khusus dirancang untuk mempermudah kinerja dari petugas medis,
karena terdapat berbagai macam fitur yang ditawarkan untuk kelengkapan
dan keakuratan data, memberi tanda waspada, peringatan, memiliki sistem
untuk mendukung keputusan klinik dan mampu menghubungkan data dengan
pengetahuan medis serta alat bantu lainnya. Klinik merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik.
Klinik dibagi menjadi dua berdasarkan jenis pelayanan yaitu klinik pratama
dan klinik utama. Klinik wajib melakukan pencatatan terhadap penyakit dan
melaporkan kepada Dinas Kesehatan dalam rangka pelaksanaan program
pemerintah. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan dilakukan dalam rangka meningkatkan efektifitas
pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan di Indonesia (Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana dampak implementasi rekam medis elektronik terhadap


kualitas pelayanan medis dalam mengatasi kelemahan rekam medis yang
konvensional di klinik telkomedika?

1.3 Tujuan
Mengetahui dampak implementasi rekam medis elektronik terhadap
kualitas pelayanan medis dalam mengatasi kelemahan rekam medis yang
konvensional di klinik telkomedika.
1.4 Manfaat
- Bagi Klinik
Sebagai pertimbangan bagi pihak manajemen klinik dalam pengelolaan
rekam medis dan dapat menjadi acuan dalam menentukan kebijakan.
- Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti tentang tata cara penelitian secara deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi kasus di bagian rekam medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Rekam Medis

Rekam medis merupakan berkas/dokumen penting bagi setiap instansi


rumah sakit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(2008:1), rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis dijelaskan bahwa
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan menurut
Huffman dalam Fajri (2008:5) rekam medis adalah fakta yang berkaitan
dengan keadaan pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta
saat ini yang ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan
kepada pasien tersebut.

2.1.2 Kegunaan Rekam Medis

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 749 a tahun 1989


menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 manfaat, yaitu:
1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pesien
2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hokum
3. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan
4. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan
Menurut International Federation Health Organization (1992:2), rekam
medis disimpan dengan tujuan:
1. Fungsi komunikasi
Rekam medis disimpan untuk komonikasi diantara dua orang yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan pasien untuk kebutuhan pasien
saat ini dan yang akan datang.
2. Kesehatan pasien yang berkesinambungan
Rekam medis dihasilkan atau dibuat untuk penyembuhan pasien setiap
waktu dan sesegera mungkin.
3. Evaluasi kesehatan pasien
Rekam medis merupakan salah satu mekanisme yang memungkinkan
evaluasi terhadap standar penyembuhan yang telah diberikan.
4. Rekaman bersejarah
Rekam medis merupakan contoh yang menggambarkan tipe dan
metode pengobatan yang dilakukan pada waktu tertentu.
5. Medikolegal
Rekam medis merupakan bukti dari opini yang yang bersifat prasangka
menegnai kondisi, sejarah dan prognosi pasien.
6. Tujuan statistik
Rekam medis dapat digunakan untuk menghitung jumlah penyakit,
prosedur pembedahan dan insiden yang ditemukan setelah pengobatan
khusus.
7. Tujuan penelitian dan pendidikan
Rekam medis di waktu yang akan datang dapat digunakan dalam
penelitian kesehatan.
Berdasarkan aspek diatas maka rekam medis mempunyai nilai
kegunaan yang sangat luas, yaitu:
1. Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
2. Bahan pembuktian dalam hukum
3. Bahan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan
4. Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan
5. Bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan
6. Fungsi komunikasi
7. Kesehatan pasien yang berkesinambungan
8. Rekaman bersejarah.

2.1.3 Bentuk Pelayanan Rekam Medis


Pelayanan rekam medis memiliki berbagai bentuk. Bentuk pelayanan
rekam medis ini dapat dilihat dari level terendah sampai pada level yang
lebih tinggi dan canggih.
Menurut DEPKES RI (2008:10), bentuk pelayanan rekam medis
meliputi:
1. Pelayanan rekam medis berbasis kertas
Rekam medis manual (paper based documents) adalah rekam medis
yang berisi lembar administrasi dan medis yang diolah ditata/
assembling dan disimpan secara manual.
2. Pelayanan rekam medis manual dan registrasi kompterisasi
Rekam medis berbasis komputerisasi, namun masih terbatas hanya pada
pendaftaran (admission), data pasien masuk (transfer), dan pasien
keluar termasuk meninggal (discharge). Pengolahan masih terbatas
pada system registrasi secara komputerisasi. Sedangkan lembar
administrasi dan medis masih diolah secara manual.
3. Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan terbatas
Pelayanan rekam medis yang diolah menjadi informasi dan
pengelolaannya secara komputerisasi yang berjalan pada satu sistem
secara otomatis di unit kerja manajemen informasi kesehatan.
4. Pelayanan Sistem Informasi Terpadu.
Computerized Patient Record (CPR), yang disusun dengan mengambil
dokumen langsung dari sistem image dan struktur system dokumen
yang telah berubah.
5. Pelayanan Rekam Medik dengan Rekam Kesehatan Elektronik.
System pendokumentasian telah berubah dari Electronic Medical
Record (EMR) menjadi Electronic Patient Record sampai dengan
tingkat yang paling akhir dari pengembangan Health Information
System, yakni Electronic Health Record (EHR) – Rekam Kesehatan
Elektronik.

2.1.4 Sistem Penamaan Rekam Medis


Sistem penamaan rekam medis pada dasarnya adalah untuk
memberikan identitas kepada seorang pasien serta untuk membedakan
antara pasien satu dengan pasien lainnya, sehingga mempermudah dalam
memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat
kerumah sakit. Penulisan nama pasien pada rekam medis menurut Buku
Petunjuk Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit (1991 :11) adalah
sebagai berikut:
1. Nama pasien harus lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata. Dengan
demikian, ada beberapa kemungkinan dala penulisan nama pasien
yaitu:
 Nama pasien sendiri apa bila sudah terdiri dari dua suku kata.
 Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami, bila seorang
perempuan bersuami.
 Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua, biasanya
nama ayah.
 Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga didahulukan
dan kemudian diikuti dengan nama sendiri.
2. Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang
disempurnakan.
3. Bagi pasien perempuan diakhir nama lengkap ditambah Ny. Atau Nn.
sesuai dengan statusnya.
4. Pencantuman titel selalu diletakkan sesudah nama lengkap pasien.
5. Perkataan tuan, saudara, bapak, tidak dicantumkan.

2.1.5 Sistem Penomoran Rekam Medis


Rekam medis pada hampir semua lembaga pelayanan kesehata
disimpan menurut nomor, yaitu berdasarkan nomor pasien masuk
(admission number). Menurut Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Rekam Medis Rumah Sakit, (1991 : 13) ada 3 (tiga) macam sistem
pemberian nomor pasien masuk (admission numbering system) yang umum
dipakai yaitu :
1. Pemberian nomor cara seri (serial numbering system)
Dengan sistem ini setiap pasien mendapat nomor baru setiap
kujungan ke rumah sakit. Jika pasien berkunjung lima kali, mendapat
lima nomor yang berbeda. Semua nomor yang diberikan kepada pasien
tersebut harus di catat pada Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP) pasien
yang bersangkutan. Rekam medisnya disimpan diberbagai tempat
sesuai nomor yang telah diperoleh.
2. Pemberian nomor cara unit ( unit numbering system)
Sistem ini memberikan hanya satu unit rekam medis kepada
pasien baik pasien tersebut berobat jalan maupun rawat inap. Pada saat
seorang pasien berkunjung pertama kali ke rumah sakit apakah sebagai
pasien berobat jalan ataupun untuk dirawat, kepadanya diberikan satu
nomor (admitting number) yang akan dipakai selamanya setiap
kunjungan berikutnya, sehingga pasien tersebut hanya mempunyai satu
rekam medis yang tersimpan dibawah satu nomor.
3. Pemberian nomor cara seri unit (serial unit numbering system)
Sistem ini merupakan gabungan antara sistem seri dan sistem
unit. Setiap pasien yang berkunjung ke rumah sakit diberikan satu
nomor baru tetapi rekam medisnya yang terahuludigabungkan dan
disimpan di bawah nomor yang paling baru sehingga terciptalah satu
unit rekam medis. Apabila satu rekam medis lama diambil dan
dipindahkan tempatnya ke nomor yang baru, di tempat yang lama diberi
tanda petunjuk yang menunjukkan kemana rekam medis tersebut
dipindahkan.

Dari ketiga macam sistem penomoran berdasarkan nomor pasien masuk


tersebut, pemberian nomor cara unit lah yang lebih baik digunakan, karena
dengan cara ini seorang pasien hanya memiliki satu nomor setiap kunjungan
ke rumah sakit, dan rekam medisnya baik rawat jalan maupun rawat inap
terkumpul dalam satu map (folder) sehingga dengan cepat memberikan
gambaran yang lengkap mengenai riwayat penyakit dan pengobatan seorang
pasien kepada rumah sakit maupun staf medis lainnya. Selain itu juga
menghilangkan kerepotan mencari/mengumpulkan rekam medis pasien
yang terpisah-pisah seperti pada sistem seri, menghilangkan kerepotan
mengambil rekam medis lama untuk disimpan ke nomor baru seperti dalam
sistem seri unit.

2.1.6 Sistem Penyimpanan Rekam Medis


Kegiatan menyimpan rekam medis merupakan usaha melindungi rekam
medis dari kerusakan fisik dan isi dari rekam medis itu sendiri. Rekam
medis harus disimpan dan dirawat dengan baik karena rekam medis
merupakan harta benda rumah sakit yang sangat berharga. Ada 2 (dua) cara
pengurusan penyimpanan dalam pengelolaan rekam medis yaitu:
1. Sentralisasi
Sentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pasien dalam satu
kesatuan baik catatan kunjungan poliklinik maupun catatan selama
seorang pasien dirawat, disimpan pada satu tempat yaitu bagian rekam
medis. Kebaikan sistem sentralisasi adalah :
 Dapat mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan
penyimpanan rekam medis.
 Mudah menyeragamkan tata kerja, peraturan dan alat yang
digunakan.
 Efisiensi kerja petugas.
 Permintaan akan rekam medis mudah dilayani setiap saat.
Kelemahannya adalah :
 Perlu waktu dalam pelayanan rekam medis.
 Perlu ruangan yang luas, alat-alat dan tenaga yang banyak terlebih
bila tempat penyimpanan jauh terpisah dengan lokasi penggunaan
rekam medis, misalnya dengan poliklinik.
2. Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pada masing-masing
unit pelayanan. Terjadi pemisahan antara rekam medis pasien poliklinik
dengan rekam medis pasien dirawat. Rekam medis poliklinik disimpan
pada poliklinik yang besangkutan, sedangkan rekam medis pasien
dirawat disimpan dibagian rekam medis. Kebaikan sistem desentralisasi
adalah :
 Efisiensi waktu, dimana pasien mendapat pelayanan lebih cepat.
 Beban kerja yang dilaksanakan petugas rekam medis lebih ringan.
 Pengawasan terhadap rekam medis lebih mudah karena lingkungan
lebih sempit.
Kelemahannya adalah :
 Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis sehingga
informasi tentang riwayat penyakit pasien terpisah.
 Biaya yang diperlukan untuk pengadaan rekam medis, peralatan
dan ruangan lebih banyak.
 Bentuk/isi rekam medis berbeda.
 Menghambat pelayan bila rekam medis dibutuhkan oleh unit lain.

2.1.7 Tata Cara Pengambilan Rekam Medis


Pengambilan rekam medis juga memiliki tata cara tertentu. Adapun tata
cara pengambilan rekam medis pasien yang dibutuhkan dari ruang
penyimpanan rekam medis adalah sebagai berikut:
a. Pengeluaran rekam medis
b. Ketentuan pokok yang harus ditaati di tempat penyimpanan adalah:
 Rekam medis tidak boleh keluar dari ruangan rekam medis, tanpa
tanda keluar/kartu permintaan.
 Apabila rekam medis dipinjam, wajib dikembalikan dalam keadaan
baik dan tepat waktunya. Seharusnya setiap rekam medis kembali
lagi keraknya pada setiap akhir kerja pada hari yang bersamaan.
 Rekam medis tidak boleh diambil dari rumah sakit kecuali perintah
pengadilan.
 Permintaan rutin terhadap rekam medis yang datang dari poliklinik,
dari dokter yang melakukan riset, harus diajukan kebagian rekam
medis setiap hari pada jam yang telah ditentukan. Petugas harus
menulis dengan benar dan jelas nama pasien dan nomor rekam
medisnya.
c. Petunjuk Keluar (Outguide)
Petunjuk keluar adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi
penggunaan rekam medis. Petunjuk keluar ini digunakan sebagai
pengganti pada tempat rekam medis yang diambil dari rak
penyimpanan dan tetap berada di rak tersebut sampai rekam medis yang
diambil kembali.

2.1.8 Perencanaan terhadap Rekam Medis yang Tidak Aktif


Sebagian besar rekam medis selalu menghadapi masalah kurangnya
ruang penyimpanan. Satu rencana yang pasti tentang pengelolaan rekam
medis yang tidak aktif (in active records) harus ditetapkan sehingga selalu
tersedia tempat penyipanan untuk rekam medis yang baru. Patokan utama
untuk menentukan rekam medis aktif atau tidak aktif adalah besarnya
ruangan yang tersedia untuk menyimpan rekam medis yang baru. Suatu
rumah sakit menentukan 5 tahun adalah batas umur untuk rekam medis
aktif, sedangkan di rumah sakit lain rekam medis yang berumur 2 tahun
sudah dinyatakan tidak aktif, karena sangat terbatasnya ruang penyimpanan.
Pada umumnya rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 5
tahun terakhir rekam medis tersebuit tidak digunakan lagi. Apabila tidak
tersedia tempat penyimpanan rekam medsi aktif, harus dilaksanakan
kegiatan menyisihkan rekam medis yang aktif seirama dengan pertambahan
jumlah rekam medis baru dan pada saat diambilnya rekam medis tidak aktif,
di tempat semula harus diletakkan tanda keluar, untuk, mencegah pencarian
yang berlarut-larut pada saat diperlukan. Rekam medis yang tidak aktif
dapat disimpan di ruangan lain yang terpisah dari bagian rekam medis atau
dibuat microfilm. Jika digunakan microfilm, rekam medis aktif dan tidak
aktif dapat disimpan bersamaan, karena penyimpanan microfilm tidak
banyak memakan tempat. (Dep.Kes, 1991 :30).
Retensi atau lamanya penyimpanan rekam medis diatur berdasarkan
Surat Keputusan Nomor : YM.00.03.3.3683 tanggal 16 Agustus 1991
tentang jadwal retensi/lama penyimpanan rekam medis. Pemusnahan rekam
medis mengacu kepada Surat Edaran Dirjen Yan.Med Nomor
HK.00.05.001.60 tahun 1995 tentang petunjuk teknis pengadaan formulir
rekam medis dan pemusnahan berkas rekam medis di rumah sakit.

2.1.9 Ruangan Pengelolaan Rekam Medis


Lokasi ruangan rekam medis harus dapat memberi pelayanan yang
cepat kepada seluruh pasien, mudah dicapai dari segala penjuru dan mudah
menunjang pelayanan administrasi. Alat penyimpanan yang baik,
penerangan yang baik, pengaturan suhu ruangan, pemeliharaan ruangan,
perhatian terhadap faktor keselamatan petugas, bagi suatu ruangan
penyimpanan rekam medis sangat membatu memelihara dan mendorong
kegairahan kerja dan produktivitas pegawai. Penerangan atau lampu yang
baik, menghindari kelelahan penglihatan petugas. Perlu diperhatikan
pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu dan pencegahan
bahaya kebakaran. Ruangan penyimpanan arsip harus memperhatikan hal-
hal berikut :
 Ruangan penyimpanan arsip jangan terlalu lembab, harus dijaga supaya
tetap kering. Supaya ruangan tidak terlalu lembab perlu diatur berkisar
0 0
65 F sampai 75 F dan kelembaban udara sekitar 50% sampai 65%.
Untuk dihidupkan selama 24 jam terus menerus. Perhatikan AC juga
bisa mengurangi banyaknya debu.
 Ruangan harus terang, dan sebaiknya menggunakan penerangan alam,
yaitu sinar matahari. Sinar matahari, selain memberikan penerangan
ruangan, juga dapat membantu membasmi musuh kertas arsip.
 Ruangan hendaknya terhindar dari serangan hama, perusak atau
pemakan kertas arsip, antara lain jamur, rayap, ngengat. Untuk
menghindarinya dapat digunakan sodium arsenite, dengan
meletakkannya di celah-celah lantai. Setiap enam bulan sekali ruangan
disemprot dengan racun serangga seperti : DDT, Dieldrin, Prythrum,
Gaama Benzene Hexacloride, dengan cara menyemprotkan racun pada
dinding, lantai dan alat-alat yang dibuat dari kayu.
 Ruangan penyimpanan arsip sebaiknya terpisah dari ruangan kantor
lain untuk menjaga keamanan arsip-arsip tersebut mengingat bahwa
arsip tersebut sifatnya rahasia, mengurangi lalu lintas pegawai lainnya,
dan menghindari pegawai lain memasuki ruangan sehingga pencurian
arsip dapat dihindari. (Wursanto, 1991 : 221).
 Alat penyimpanan rekam medis yang umum dipakai adalah rak terbuka
(open self file unit), lemari lima laci (five-drawer file cabinet), dan roll
o’pack. Alat ini hanya dimiliki oleh rumah sakit tertentu karena
harganya sangat mahal. Rak terbuka dianjurkan karena harganya lebih
murah, petugas dapat mengambil dan menyimpan rekam medis lebih
cepat, dan menghemat ruangan dengan menampung lebih banyak
rekam medis dan tidak terlalu makan tempat. Harus tersedia rak-rak
penyimpanan yang dapat diangkat dengan mudah atau rak-rak beroda.
 Jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang, dianjurkan selebar 90 cm.
Jika menggunakan lemari lima laci dijejer satu baris, ruangan lowong
didepannya harus 90 cm, jika diletakkan saling berhadapan harus
disediakan ruang lowong paling tidak 150 cm, untuk memungkinkan
membuka laci-laci tersebut. Lemari lima laci memang tampak lebih
rapi dan rekam medis terlindung dari debu dan kotoran dari luar.
Faktor-faktor keselamatan harus diutamakan pada bagian penyimpanan
rekam medis. (Dep.Kes, 1991 : 24).
2.2 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah
 Tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara rekam medis elektronik
dengan rekam medis yang konvensional diantaranya dalam pencatatn
medis, hasil laboratorium dan peresepan obat.
 Rekam medis yang konvensional memiliki keuntungan lebih besar
dibandingkan rekam medis elektronik dalam hal penyimpanan dan
pelaporan.
 Dalam implementasi rekam medis, dokter dan staff kesehatan lebih puas
menggunakan rekam medis yang konvensional dibandingkan rekam
medis yang berbasis elektronik.
BAB III
Metodologi Penelitian

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian


 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang
bermaksud untuk mengetahui dampak implementasi rekam medis
elektronik terhadap kualitas pelayanan medis dalam mengatasi kelemahan
rekam medis konvensional di klinik telkomedika secara mendalam.
 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Klinik Telkomedika.

Anda mungkin juga menyukai