2145-Article Text-8815-1-10-20200929
2145-Article Text-8815-1-10-20200929
2145-Article Text-8815-1-10-20200929
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 4 September 2020
Abstrak
Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau catatan dari segala pelayanan yang
diberikan kepada pasien yang disebut rekam medis. Peningkatan efektifitas pencatatan data rekam medis
yang akurat, cepat, dapat memanfaatkan kemajuan teknologi di saat ini melalui penyelenggaraan sistem
Electronic Medical Record (EMR) di rumah sakit. RSUD K.R.M.T Wongsonegoro merupakan salah satu
rumah sakit yang telah menerapkan rekam medis elektronik (RME) khususnya pada unit pendaftaran
pasien rawat inap dan gawat darurat. Penerapan rekam medis elektronik ini masih mempunyai beberapa
kekurangan yang harus dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengimplemetasian rekam
medis elektronik di tempat pendaftaran gawat darurat dan rawat inap RSUD K.R.M.T Wongsonegoro.
Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari observasi dan wawancara. Identifikasi permasalahan
menggunakan metode TAM (Technology Acceptance Model) dengan meninjau dari 3 aspek yaitu aspek
kebermanfaatan (perceived usefulness), aspek kemudahan (perceived ease of use), dan aspek minat
(behavioral intention to use). Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yaitu dengan menarasikan hasil
penelitian beradasarkan data yang didapat. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini berdasarkan aspek
kebermanfaatan (perceived usefulness) yaitu penggunaan rekam medis elektronik di TPPGD dan TPPRI
membuat pekerjaan petugas pendaftaran menjadi lebih cepat dan efektif. Aspek kemudahan (perceived
ease of use) yang didapat dari hasil wawancara yaitu mampu mempermudah dapat mempercepat proses
pendaftaran di TPPGD dan TPPRI. Aspek minat (behavioral intention to use) yang diperoleh yaitu
pengguna sistem ini memang sangat membutuhkan adanya pencatatan rekam medis elektronik ini dan
petugas pendaftaran di TPPGD dan TPPRI berencana menggunakan RME di masa yang akan datang.
Kata Kunci : Evaluasi, Rekam Medis Elektronik, Technology Acceptance Model (TAM)
Abstract
Each hospital is required to hold records or records of all services provided to patients called medical
records. Increasing the effectiveness of recording medical data that is accurate, fast, can take advantage
of current technological advances through the implementation of the Electronic Medical Record (EMR)
system in hospitals. RSUD K.R.M.T Wongsonegoro is one of the hospitals that has implemented an
electronic medical record (EMR) especially in the inpatient and emergency department registration units.
The application of this electronic medical record still has some flaws that must be evaluated. This study
aims to evaluate the implementation of electronic medical records at the emergency and inpatient
registrations of Wongsonegoro Hospital. Data collection in this study consisted of observations and
interviews. Identification of problems using the TAM (Technology Acceptance Model) method by reviewing
from 3 aspects namely perceived usefulness, perceived ease of use, and behavioral intention to use. This
type of research is descriptive qualitative by narrating the results of research based on the data obtained.
The results obtained from this study are based on the aspect of usefulness (perceived usefulness), namely
the use of electronic medical records in TPPGD and TPPRI, making the registration officer work faster and
more effective.The aspect of ease (perceived ease of use) obtained from the interview results is that it is
able to make it easier to accelerate the registration process in the TPPGD and TPPRI. The behavioral
intention to use obtained is that the users of this system really need this electronic medical record and the
registration officer at TPPGD and TPPRI plans to use the EMR in the future.
1. Pendahuluan
Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau catatan dari segala
pelayanan yang diberikan kepada pasien yang disebut rekam medis. Menurut Huffman (1994),
rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana, dan
bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan, yang memuat
pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperoleh serta memuat informasi yang
cukup untuk mengidentifikasi pasien, menegakkan diagnosis dan pengobatan serta merekam
hasilnya. Peningkatan efektifitas pencatatan data rekam medis yang akurat, cepat, dapat
memanfaatkan kemajuan teknologi di saat ini melalui rekam medis elektronik.
Rekam Medis Elektronik adalah setiap catatan, pernyataan, maupun interpretasi yang dibuat
oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam rangka diagnosis dan penanganan pasien yang
dimasukkan dan disimpan dalam bentuk penyimpanan elektronik (digital) melalui sistem
computer (Yusrawati & Wahyuni, 2015).
Penerapan RME di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro dimulai pada tahun 2018 di unit
pendaftaran gawat darurat. Rekam medis elektronik di tempat pendaftaran pasien gawat
darurat dan rawat inap memiliki beberapa kendala atau masalah yang nantinya akan
berdampak pada penerimaan user atau petugas dalam menggunakan rekam medis elektronik.
Menurut Bronnert et al., (2012) di Journal of AHIMA 83 No. 7, menjelaskan checklist to assess
data quality management efforts (ceklis untuk menilai upaya data manajemen mutu), salah
satunya adalah : “...quality (i.e., accuracy) is routinely monitored and meaningful use is
achieved via the evaluation of EMR data.” Hal tersebut berarti kualitas (yaitu, akurasi) secara
rutin perlu dipantau dan penggunaan bermakna dicapai melalui evaluasi data RME. Oleh
karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi implementasi rekam medis
elektronik di unit pendaftaran pasien rawat inap dan gawat darurat RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Kota Semarang.
2. Metode Penelitian
2.1 Jenis/desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif yaitu dengan menarasikan
hasil penelitian berdasarkan data data yang didapatkan.
2.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian berupa petugas pendaftaran gawat darurat dan rawat inap di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang, sehingga didapatkan data primer yang diperoleh
dengan cara observasi dan wawancara. Subjek lain berupa data informasi dari rumah sakit,
dimana data tersebut telah diolah oleh pihak tertentu, seperti alur pendaftaran gawat darurat
dan rawat inap, serta studi yang diperoleh dari jurnal, buku, skripsi penelitian yang dapat
menjadi referensi dari penelitian ini untuk mendukung keperluan dari penelitian ini.
2.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari observasi dan wawancara.
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mencatat hal-hal, perilaku,
pertumbuhan dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku atau sewaktu kejadian
tersebut terjadi serta dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi
secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal (Nazir, 2003). Observasi ini
dilaksanakan dengan pengamatan langsung pada pelaksanaan rekam medi elektronik di unit
pendaftaran gawat darurat dan rawat inap dengan kondisi permasalahan yang ada di
dalamnya.
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara
(Nazir, 2003). Wawancara yang digunakan yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terstruktur ke narasumber mengenai segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait kondisi serta permasalahan yang
dialami terkait pelaksanaan rekam medis elektronik unit pendaftaran gawat darurat dan rawat
inap.
2.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Technology
Acceptance Model (TAM). TAM diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1986 yang
merupakan adopsi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dibuat khusus untuk pemodelan
penerimaan pengguna terhadap sistem informasi. Menurut Davis (1989), tujuan utama TAM
adalah untuk memberikan dasar untuk penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap
kepercayaan, sikap, dan tujuan pengguna.
Model TAM dikembangkan dari teori psikologis yang menjelaskan perilaku pengguna
teknologi, yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), intensitas (intention),
dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk
menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna TI terhadap penerimaan penggunaan
TI itu sendiri. Model TAM menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan
dua variable yaitu kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use)
(Igbaria, 1994).
TAM adalah teori mengenai sistem informasi yang membuat model tentang bagaimana
pengguna mau menerima dan menggunakan teknologi. Menurut Morris dan Dillon (1997), TAM
adalah sebuah model untuk memprediksikan bukan mendeskripsikan, yang digunakan untuk
memprediksikan penerimaan dari sistem oleh user. Penelitian ini menggunakan metode TAM
(Technology Acceptance Model) untuk evaluasi RME karena metode ini meninjau dari 3 aspek
yaitu aspek kebermanfaatan (perceived usefulness), aspek kemudahan (perceived ease of
use), dan aspek minat (behavioral intention to use), sehingga akan didapatkan hasil yang
obyektif.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil
3.1.1 Evaluasi RME Berdasarkan Aspek Kebermanfaatan di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro
Persepsi kebermanfaatan dalam penelitian ini adalah tingkatan dimana seorang petugas
percaya bahwa penggunaan suatu sistem dapat meningkatkan prestasi kerja petugas tersebut.
Aspek kebermanfaatan terdapat beberapa indikator yang dijadikan pedoman wawancara saat
melakukan sesi wawancara dengan 3 (tiga) responden yang terdiri dari 2 (dua) petugas
pendaftaran gawat darurat dan 1 (satu) petugas pendaftaran rawat inap.
Petugas pendaftaran TPPGD dan TPPRI RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang
merasakan dengan adanya aplikasi ini dapat membuat pekerjaan menjadi lebih cepat serta
membuat pekerjaan menjadi lebih mudah. Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan wawancara
dari ketiga responden sebagai berikut:
1. Responden 1 “Pekerjaan disini bisa terhambat karena masalah listrik mati atau jaringannya
gangguan, jadi saat pendaftaran pasien otomatis kita tidak bisa cek pasien tersebut sudah
pernah kesini apa belum kan? Terus kita yang biasanya minta identitas pasien itu pakai KTP
asli, saat jaringan gangguan kita juga takut mau menahan sementara KTP itu sampai
jaringannya normal kembali, takut hilang juga KTP nya. Kita juga tidak bisa cetak stiker
sama gelang pasien. Kalo misal ada pasien mau rawat inap, kita tidak bisa cek kamar, tidak
bisa nelfon pakai telepon yang ada di rs”.
2. Responden 2 “Kalau ditanya mempercepat pekerjaan ya pasti dik, apalagi kita disini
bertugas buat mendaftarkan pasien yang gawat darurat kan. Dan pastinya harus kerja cepat
baik itu dari petugas sama sistemnya ini sendiri. Sistemnya ini membantu, tapi kalau sudah
jaringan internet gangguan itu yang bikin menghambat dik. Terus kalau mempermudah
pekerjaan, ya kan setiap hari selalu banyak pasien dan banyak juga yang harus dikerjakan,
tapi kalau pakai sistem ini aku merasa dipermudah karena penggunaannya yang simple, jadi
pada saat mendaftarkan pasien itu jadi lebih cepet”.
3. Responden 3 “Menurutku ya efektif dik, soalnya informasi yang dimuat mulai dari identitas
pasien, identitas keluarga pasien sangat membantu pengguna kemudian aplikasi ini juga
lebih cepat dan efektif dibandingkan sistem manual begitu dik. Kalo dibilang bermanfaat, ya
pasti sangat bermanfaat dik bukan cuma dari saya dari petugas yang lain pasti juga merasa
bermanfaat. Soalnya, semakin mudah menemukan informasi melalui sistem ini. Terlebih lagi
dengan adanya sistem rekam medis elektronik juga menekan penggunaan kertas
(paperless). ”
Peningkatan kinerja dan produktivitas juga dirasakan oleh petugas pendaftaran, seperti yang
diakatakan oleh salah satu responden di bawah ini.
1. Responden 2 “Kalau meningkatkan kinerja pasti dik, soalnya kan disini banyak pasien yang
daftar dan apalagi waktu yang dibutuhkan waktu pendaftaran itu juga cepat. Jadi menjadikan
banyak pasien itu jadi lebih semangat. Terus kalau produktivitas, kalau kinerjaku naik ya aku
merasa produktivitas yang aku capai juga ikut naik”
3.2 Pembahasan
3.2.1 Evaluasi RME Berdasarkan Aspek Kebermanfaatan di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro
Persepsi kebermanfaatan (perceived usefulness) dapat diartikan sebagai suatu
tingkatan dimana seseorang percaya bahwa suatu sistem tertentu akan dapat meningkatkan
kinerja pengguna sistem tersebut (Davis, 1989 dalam Setyowati dan Respati, 2017). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa persepsi kebermanfaatan merupakan konstruk yang paling
signifikan dan penting dalam menggunakan sistem informasi dibandingkan dengan konstruk
yang lain (Davis, 1989 dalam Santoso, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penggunaan rekam medis elektronik di TPPGD
dan TPPRI sangat bermanfaat bagi petugas pendaftaran serta membuat pekerjaan petugas
pendaftaran menjadi lebih cepat, efektif, dan mempermudah pekerjaan.
Rekam medis elektronik yang ada di tempat pendaftaran pasien gawat darurat dan
rawat inap membuat pekerjaan petugas menjadi lebih cepat dalam melayani pasien di tempat
pendaftaran gawat darurat, serta waktu saat pendaftaran pasien gawat darurat rata-rata
menghabiskan waktu sekitar 3 menit sedangkan untuk pendaftaran pasien rawat inap
membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama kurang lebih sekitar 10 menit dikarenakan pasien
perlu menunggu informasi kamar yang masih belum terisi dan sesuai kelas. Rekam medis
elektronik di TPPGD dan TPPRI tidak seluruhnya menggunakan sistem yang terkomputerisasi,
contohnya surat kronologi bagi pasien yang mengalami kecelakaan, formulir general consent,
dan formulir lain yang membutuhkan tanda tangan. Pembuatan surat kronologi memang
dibuatkan dari sistem tersebut, namun surat tersebut masih harus dicetak karena surat tersebut
membutuhkan beberapa tanda tangan seperti dokter dan wali pasien, begitu juga dengan
general consent saat pasien akan dirawat inap. Hasil wawancara yang didapat bahwa pihak
rumah sakit masih belum bisa menerapkan tanda tangan digital dikarenakan masih belum ada
peraturan perundangan yang secara khusus mengatur penggunaannya. Berdasarkan Undang
Undang Republik Indonesia no. 19 tahun 2016, tanda tangan elektronik sudah diatur dalam
peraturan tersebut namun tanda tangan bagi rekam medis elektronik masih belum ada. Untuk
itu diperlukan regulasi dan legalitas yang jelas, namun sayangnya pembuatan regulasi itu
sendiri tidak dapat menandingi kecepatan kemajuan teknologi informasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pendaftaran, terdapat masalah saat
penggunaan sistem ini yaitu disaat jaringan internet mengalami gangguan, karena semua
pekerjaan yang ada di tempat pendaftaran gawat darurat dan rawat inap menjadi terhambat.
Petugas tidak bisa mendaftarkan pasien gawat darurat, mencari kamar untuk pasien yang akan
rawat inap, tidak bisa mencetak stiker serta gelang. Salah satu solusi yaitu dengan
mendaftarkan pasien secara manual terlebih dahulu agar pelayanan tetap berjalan, jadi pasien
diberikan KIB sementara waktu agar pasien bisa cepat ditangani. Hasil wawancara juga didapat
bahwa dengan adanya sistem ini membuat kinerja pekerjaan di pendaftaran meningkat yang
diikuti juga oleh produktivitas yang dicapai, penerapan sistem informasi dikatakan berhasil jika
dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas penggunanya.
belum bisa dijalankan yaitu untuk mencetak KIB dikarenakan alatnya yang rusak dan belum
diperbaiki. Jadi unit pendaftaran gawat darurat masih menggunakan KIB manual yang masih
ditulis tangan oleh petugas.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan juga diketahui bahwa performance
dari sistem ini sendiri juga cukup cepat saat digunakan kecuali disaat servernya mengalami
gangguan atau sistem mengalami error, Untuk tingkat kesalahan sistem cukup tinggi misalnya
saat terjadi error aplikasi yang dibuka harus di tutup kemudian login kembali jika dengan cara
itu sistem masih error maka petugas pendaftaran akan memanggil staf IT untuk memperbaiki
sistem. Susunan menu dan fitur yang ada sudah lengkap dan juga mudah dipahami. Setiap
user yang menggunakan sistem tersebut memiliki otoritasnya masing-masing dengan memiliki
hak akses yang telah dibuatkan oleh administrator TI RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, hal ini
sangat penting bagi kerahasiaan file atau dokumen yang ada pada sistem tersebut, jadi tidak
sembarang orang bisa mengakses rekam medis elektronik tersebut. Hal ini sesuai dengan teori
Institute of Medicine dalam Hatta (2003) bahwa kemudahan akses dalam sistem informasi
kesehatan artinya perolehan data tersedia setiap waktu selama 24 jam dan hanya dapat dibuka
oleh pihak yang berwenang.
Petugas sudah paham dan merasakan adanya kemudahan dalam menggunakan
aplikasi rekam medis elektronik RME dan mampu mempermudah pekerjaan dari penggunanya,
dan RME memberikan informasi data pasien yang cepat tanpa harus mencari dan melihat di
berkas rekam medis dengan proses yang lama. Berdasarkan hasil obervasi yang telah
dilakukan, peneliti sendiri menemukan nomor rekam medis yang berbeda dengan nama pasien
dan juga alamat yang sama, jadi satu pasien memiliki lebih dari satu nomor rekam medis.
Penelitian yang dilakukan oleh Syahrullah et al., (2016) sistem informasi rekam medis
menghasilkan informasi yang akurat tetapi menurut salah satu narasumber lainnya informasi itu
tidak akurat 100% karena proses input yang kadang tidak benar misalnya penginputan alamat
pasien yang tidak lengkap atau bahkan salah jadi informasi yang ada di sistem tidak akurat
100%. hal ini didukung oleh teori Hatta bahwa unsur informasi kesehatan haruslah berkualitas,
yang mana ciri data yang berkualitas salah satunya akurat artinya data menggunakan nilai yang
benar dan valid. Dalam penerapan rekam medis elektornik sudah berjalan secara maksimal
hanya saja diperlukannya monitoring dalam penggunaan rekam medis elektronik, sehingga
dalam implementasi rekam medis elektronik berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan
dan dapat mengurangi tingkat kesalahan sehingga data yang dihasilkan akurat.
Berdasarkan dari hasil wawancara juga diperoleh hasilnya yaitu petugas pendaftaran di
TPPGD dan TPPRI berkeinginan menggunakan RME selama itu membantu pekerjaan mereka,
petugas pendaftaran di TPPGD dan TPPRI berencana menggunakan RME di masa datang dan
berharap dapat terus menggunakan RME di masa datang. Hal ini menggambarkan minat dari
pengguna dalam menggunakan RME cukup baik. Namun minat mereka baik bila RME tersebut
membantu mereka dalam pekerjaannya, seperti mempercepat dan mempermudah pekerjaan.
Menurut mereka bila penggunaan RME sudah maksimal dan masalah-masalah yang sering
terjadi dapat diatasi maka RME ini akan membantu mereka dalam menyelesaikan pekerjaan.
Hal ini menunjukkan harapan kedepan untuk bisa memakai RME adalah cukup baik. Selain itu
sistem RME juga diharapkan dapat berjalan lancar dengan kendala yang minimal.
4.2 Saran
Beberapa saran atau masukan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pengembangan rekam medis elektronik di TPPGD dan TPPRI yaitu perlu adanya penambahan
fitur mengenai panduan pengoperasian RME bagi pengguna awal. Adanya staf khusus yang
dapat dipanggil saat terdapat masalah yang tidak dapat diatasi oleh pengguna. Perlu dilakukan
evaluasi dengan menggunakan atau membandingkan dengan model lain dan atau
penggabungan beberapa model sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat dan valid. Serta
dapat menjadi pedoman untuk peneliti berikutnya sehingga dapat lebih dikembangkan dalam
penelitian selanjutnya.
4. Seluruh staf dan semua pihak Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T Wongsonegoro Kota
Semarang yang telah membantu dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
dalam Praktek Kerja Lapang (PKL).
5. Rekan-rekanku selama PKL yang telah ikut membantu dalam penyusunan laporan PKL ini.
Daftar Pustaka
Bronnert, J., Clark, J. S., Cassidy, B. S., Fenton, S., Hyde, L., Kallem, C., & Watzlaf, V. (2012).
Data quality management model (updated). Journal of AHIMA / American Health
Information Management Association, 83(7), 62–71.
Davis, F. D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of
Information Technology. MIS Quarterly.
Hatta, G. (2003). Pendidikan Rekam Medis, makalah pada Seminar Nasional Kongres dan
Rakernas I-III PORMIKI. Jakarta: Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan Indonesia.
Huffman, E. K. (1994). Health Information Management. Physicion Record Company.
Igbaria, M. S. P. and M. K. B. (1994). Work Experiences, Job Involvement, and Quality of Work
Life Among Information Systems Personnel. MIS Quarterly, 18(2), 175–201.
https://misq.org/work-experiences-job-involvement-and-quality-of-work-life-among-
information-systems-personnel.html
Jogiyanto, H. (2007). Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta : Andi
Publisher.
Morris, Michael G.; Andrew, Dillon. (1997). How User Perceptions Influence Software Use. IEEE
Transactions on Software Engineering, 58–65.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Ndubisi, N. O. (2006). Factors of Online Learning Adoption: A Comparative Juxtaposition of the
Theory of Planned Behaviour and the Technology Acceptance Model. International
Journal on E-Learning, 571–591.
Rahayu, S. K., Widilestariningtyas, O., & Rachmanto, A. (2010). PERSEPSI KEGUNAAN (
PERCEIVED USEFULNESS ) DAN PERSEPSI KEMUDAHAN ( PERCEIVED EASE OF
USE ) ( Survey pada Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah ).
Majalah Ilmiah UNIKOM, 13(1), 3–12.
Santoso, B. (2010). Pengaruh Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, dan Perceived
Enjoyment Terhadap Penerimaan Teknologi Informasi. Jurnal Studi Akuntansi Indonesia,
1998, 1–15.
Setyowati, Elisabeth O.T. dan Respati, A. (2017). Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi
Manfaat, Computer Self Efficacy, Dan Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Akuntansi.
Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 13(1), Hal. 63-75.
Syahrullah, Ngemba, H. R., & Hendra, S. (2016). Evaluasi EMR Menggunakan Model EUCS.
Semnasteknomedia Online, Vol 4, No, 6–7.
Tananjaya, V. A. (2012). Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Informasi, dan Perceived
Usefulness terhadap Keberhasilan Implementasi Software Akuntansi. Berkala Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi Widya Mandala, 1(3), 65–69.
Yusrawati, & Wahyuni, S. (2015). Sistem Informasi Rekam Medik Elektronik di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Fihris, X(2), 73–90.