Lap. Perc. 3 (Kadar Sari Larut Air Etanol)
Lap. Perc. 3 (Kadar Sari Larut Air Etanol)
Lap. Perc. 3 (Kadar Sari Larut Air Etanol)
Oleh :
Della Rahayu (191148201077)
Desti Natalia Lantika T (191148201079)
Katharina Kening Weking (191148201080)
Eunike Tasya Febrianti (191148201081)
Febyola Sascia A. K (191148201082)
Fredy Rinaldi (191148201083)
Grestianti Putri Yahuda (191148201084)
Kelompok 3 (A)
Dosen Pembimbing :
apt. Susana Linden, M.Herb., M.Pharm
Judul Laporan : Penetapan Kadar Sari Larut Air Dan Penetapan Kadar
Sari Larut Etanol
Mengetahui :
Dosen Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
TUJUAN.......................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................1
ALAT............................................................................................................................2
BAHAN........................................................................................................................2
PROSEDUR KERJA....................................................................................................2
HASIL PENGAMATAN..............................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
KESIMPULAN.............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................8
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa memahami serangkaian parameter spesifik
pengujian test yang perlu dilakukan terhadap simplisia herbal untuk menjamin
kualitas mutu sediaan farmasi bahan alam.
Praktikan mampu melakukan penetapan kadar sari larut dalam air dan kadar sari larut
dalam etanol .
TINJAUAN PUSTAKA
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk menentukan jumlah
kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu.
Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Kadar sari yang larut dalam air, dan
2. Kadar sari yang larut dalam etanol.
Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia.
Ada beberapa teknik ekstraksi senyawa bahan alam yang umum digunakan
seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada peneltian ini yang
digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan
pelarut, pada umumnya digunakan untuk pelarut organik dengan molekul relatif kecil
dan perlakukan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam
sel tumbuhan.
Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat
dihindari. Suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk
maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang cukup
lama dengan sampel (Djarwis, 2004).
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang
lama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa
yang akan diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak
mudah menguap (Manjang, 2004). Kadar sari larut dan etanol merupakan pengujian
untuk penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari
larut etanol) (Ditjen, 2000).
1
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa
aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari
juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang
cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi didasarkan
pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling campur (Ibrahim, 2009).
ALAT
1. Blender
2. Corong gelas
3. Beaker
4. Labu ukur
5. Cawan penguap
6. Timbangan analitik
7. Pipet ukur 20 ml
BAHAN
1. Aquadest
2. Air - kloroform P
3. Etanol 95%
PROSEDUR KERJA
Penetapan kadar sari larut dalam air
1. Sejumlah 5 gram serbuk simplisia yang telah diayak, ditimbang
seksama,dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air-kloroform P (2,5 mL
kloroform dalam 1000 mL aquadest).
2. Menggunakan erlenmeyer sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan
kemudian dibiarkan selama 18 jam.
3. Kemudian disaring, dipipet sejumlah 5,0 mL filtrat dan diuapkan hingga kering
dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara.
4. Residu dipanaskan di oven pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
2
5. Kadar sari yang larut dalam air dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
1) Sejumlah serbuk simplisia seberat 5 gram ditimbang dengan seksama,
dimaserasi selama 24 jam dengan 100,0 mL etanol 95%, menggunakan
erlenmeyer. Tutup erlenmeyer dengan sumbat dan plastik, sambil berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam.
2) Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol, dipipet sejumlah
20,0 mL filtrat dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata
yang telah ditara.
3) Residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
4) Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara.
HASIL PENGAMATAN
1) Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air
a) Berat simplisia = 5,00 gram
3
e) Berat cawan + filtrat setelah dioven selama 5 menit dengan suhu 105°C
= 41,22 gram
f) Berat cawan + filtrat setelah dioven lagi (pengovenan kedua) selama 5 menit
dengan suhu 105°C = 41,22 gram
4
b) Volume ekstrak dalam pelarut etanol = 20 mL
c) Berat cawan kosong = 46,34 gram
d) Berat cawan + filtrat setelah diuapkan = 46,54 gram
e) Berat cawan + filtrat setelah dioven selama 5 menit dengan suhu 105°C
= 46,51 gram
f) Berat cawan + filtrat setelah dioven lagi (pengovenan kedua) selama 5 menit
dengan suhu 105°C = 46,51 gram
5
g) Kadar sari yang larut dalam etanol
Bobot cawan dengan residu − bobot cawan kosong 100
= × × 100%
bobot simplisia 20
46,51 gram − 46,34 gram 100
= × × 100%
5,00 gram 20
= 0,034 × 5 × 100%
= 17%
PEMBAHASAN
Pada praktikum obat tradisional kali ini, yang menjadi judul praktikum
adalah penetapan kadar sari larut air dan penetapan kadar sari larut etanol. Dalam
praktikum kali ini, kelompok kami kembali menggunakan biji kopi sebagai
simplisianya. Simplisia biji kopi yang kami gunakan pada praktikum kali ini sudah
dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan blender, lalu diayak dengan
menggunakan ayakan nomor 18.
Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa pada penetapan kadar sari larut air dari simplisia kopi, diperoleh
hasil sebesar 20%. Sedangkan pada penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia
kopi, diperoleh hasil sebesar 17%. Kedua hasil ini menunjukkan bahwa dari simplisia
kopi yang digunakan, lebih banyak yang tersari dalam pelarut air, daripada yang
tersari dalam pelarut etanol. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar sari larut air dari
simplisia kopi tersebut lebih besar dari kadar sari larut etanol, sehingga dapat
6
diketahui bahwa lebih banyak senyawa yang bersifat polar pada simplisia kopi
tersebut, daripada senyawa yang bersifat kurang polar.
Pada bagian penguapan dengan menggunakan waterbath, dilakukan
penguapan hingga larutan dalam cawan menjadi kering. Larutan yang kering dalam
cawan porselen ditandai dengan tidak adanya gerakan cairan saat cawan porselen
dimirngkan atau digerakkan. Dan saat cawan porselen tidak menunjukkan adanya
cairan yang bergerak, maka proses penguapan dengan waterbath pun harus
dihentikan. Sehinnga, prosesnya dapat dilanjutkan ke proses pengovenan, untuk
dapat memperoleh kadar sari yang lebih kering lagi.
Proses penetapan kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol, pada bagian
pengovenan, dilakukan pengeringan dalam oven, pada suhu 105°C hingga beratnya
konstan. Dan pada praktikum ini, diperoleh hasil yang konstan pada sampel kadar
sari larut air dan sampel kadar sari larut etanol, yang diperoleh setelah pengeovenan
untuk kedua kalinya. Sehingga beratnya konstan mengikuti berat setelah pengovenan
pertama dengan suhu 105°C. Proses pengovenan ini kemudian dihentikan setelah
diperoleh hasil berat yang konstan untuk kedua sampel tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan serta pembahasan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dari simplisia kopi yang digunakan tersebut,
lebih banyak yang tersari dalam pelarut air daripada yang tersari dalam pelarut
etanol. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kadar sari larut air dari simplisia kopi
tersebut lebih besar dari kadar sari larut etanol, sehingga dapat diketahui bahwa lebih
banyak senyawa yang bersifat polar pada simplisia kopi tersebut, daripada senyawa
yang bersifat kurang polar. Hasil ini ditunjukkan dengan kadar sari larut air sebesar
20%, sedangkan kadar sari larut etanolnya yang lebih kecil yaitu 17%.
7
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.