Evapro TB
Evapro TB
Evapro TB
Target Capaian TB
Wilayah Kerja Puskesmas Tambak 2 Periode 2019
Disusun Oleh :
Sony Andik Pratama
1813020023
1
LEMBAR PENGESAHAN
Target Capaian TB
Wilayah Kerja Puskesmas Tambak 2 Periode 2019
Disusun Oleh :
Sony Andik Pratama
1813020026
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................17
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH.....................17
BAB IV.......................................................................................................................20
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................20
BAB V.........................................................................................................................31
ANALISIS DAN PEMBAHASAN.............................................................................31
BAB VI.......................................................................................................................36
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................37
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan TB memerlukan jangka waktu yang cukup
panjang dan memerlukan kepatuhan. TB dapat menyebabkan komplikasi berbahaya hingga
kematian pada penderita (Kemenkes, 2016).
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2010 Indonesia berada
pada peringkat kelima negara dengan jumlah penderita TB tertinggi di dunia. Estimasi
prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000, dengan kejadian TB berjumlah 430.000
kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB baru diperkirakan 61.000 kematian per
tahunnya (Kemenkes, 2014).
Prevalensi TB per 100.000 penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar
117,36 per 100.000 penduduk, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 yaitu 89,01
per 100.000 penduduk (Dinkes Jateng, 2015). Data di wilayah Kabupaten Banyumas jumlah
populasi kasus TB paru pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.088 penderita TB, kemudian
tahun 2011 sebanyak 1.143 penderita TB, tahun 2013 sebanyak 1.176 penderita TB, tahun
2014 sebanyak 1.168 penderita TB, tahun 2015 sebanyak 1.126 penderita TB, tahun 2016
sebanyak 1.198 penderita TB, dan dari semua data terbanyak hanya 2016 dengan jumlah
kasus TB paru terbanyak (Dinkes Banyumas, 2016).
Tema Hari TBC Sedunia tahun 2018 yaitu “Wanted: Leader for a TB Free World”
yang bertujuan pada pembangunan komitmen dalam mengakhiri TBC, tidak hanya pada
kepala negara dan menteri tetapi juga di semua level baik bupati, gubernur, parlemen,
pemimpin suatu komunitas, jajaran kesehatan, NGO, dan partner lainnya. Setiap orang dapat
menjadi pemimpin dalam upaya mengakhiri TBC baik di tempat kerja maupun di wilayah
tempat tinggal masing-masing.
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan penjaringan kasus TB, menganalisis, dan mencari pemecahan
masalahnya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui permasalahan penjaringan kasus TB.
b. Menganalisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman yang dimiliki Puskesmas
Tambak 2 dalam penjaringan kasus TB.
c. Mencari pemecahan masalah melalui berbagai strategi yang dapat diterapkan di
Puskesmas Tambak 2.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan ilmu pengetahuan dalam deteksi kasus TB.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai salah satu pertimbangan pemecahan masalah dalam kasus penjaringan TB.
b. Manfaat bagi Mahasiswa
Mengetahui permasalahan penjaringan kasus TB khususnya di Puskesmas Tambak 2,
sebagai gambaran secara global permasalahan kasus TB.
5
BAB II
PROFIL PUSKESMAS
A. VISI PUSKESMAS
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 2 Tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Banyumas Tahun 2002-2006,
bahwa pembangunan di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial diarahkan pada masih
rendahnya derajat kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Banyumas.
Visi Kabupaten Banyumas yang tertera dalam Instruksi Bupati Banyumas Nomor
9 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Banyumas yaitu “KABUPATEN BANYUMAS MAMPU
MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEJAHTERA, TERPENUHI PELAYANAN
DASAR SECARA ADIL DAN TRANSPARAN YANG DIDUKUNG DENGAN
PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN APARAT YANG BERSIH DENGAN TETAP
MEMPERTAHANKAN BUDAYA BANYUMAS”. Sedangkan VISI dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas adalah “BANYUMAS SEHAT 2010”.
Visi Puskesmas Tambak II yang ditetapkan sejak tahun 2002 adalah
“PELAYANAN KESEHATAN DASAR PARIPURNA MENUJU MASYARAKAT
SEHAT MANDIRI”.
B. MISI PUSKESMAS
Untuk mewujudkan VISI tersebut, maka ditetapkan MISI yang diharapkan
mampu mempercepat cita-cita tersebut. Adapun MISI yang dimaksud adalah:
1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
4. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
5. Meningkatkan tertib administrasi dan keuangan.
6
C. KEADAAN GEOGRAFI
Puskesmas Tambak II merupakan wilayah timur jauh (tenggara) dari Kabupaten Banyumas,
dengan luas wilayah 14.7 km² atau sekitar 1,1% dari luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas
Tambak II terdiri dari 5 desa yaitu; Pesantren, Karangpucung, Prembun, Purwodadi dan Buniayu.
Desa yang paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 ha, sedangkan desa yang wilayahnya paling sempit
Wilayah Puskesmas Tambak II terletak dipojok Kabupaten Banyumas, dan berbatasan dengan :
Wilayah Puskesmas Tambak II terletak pada ketinggian sekitar 15 mdpl – 35 mdpl. Dengan
suhu udara rata – rata sekitar 27 derajat celcius dengan kelembaban udara sekitar 80 %. Sekitar 50 %
dari luas tanah adalah daerah persawahan, 43 % pekarangan dan tegalan dan 7 % lain-lain.
D. KEADAAN DEMOGRAFI
1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas Tambak II tahun 2019 berdasarkan data yang
dari masing-masing desa adalah 20.228 jiwa. Terdiri dari 10.030 (49,58%) laki-laki dan 10.198
(50,42%) perempuan. Dengan jumlah kepadatan penduduk 1.376 jiwa/km². bila dibandingkan
dengan tahun 2018 jumlah jiwa dalam wilayah Puskesmas Tambak II mengalami penurunan.
2. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2019 yang paling banyak adalah Desa Purwodadi sebesar 6.386
jiwa, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah Desa Pesantren sebesar 2.545 jiwa.
7
Penyebaran penduduknya cukup merata, mulai dari daerah yang dekat jalan raya sampai
pendidikannya masih rendah. Prosentase tertinggi adalah yang tamat SMP/MTs yaitu 5.185
orang (25,63%).
8
GAMBAR 1.
Grafik Penduduk Usia 10 tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan Tahun 2019
6000
5185
5000
4075 4042
4000
3146 3243
3000
2000
1000
327
56 144
10
0
Tidak SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK Diploma II Diploma Uiversitas S2 / S3
Tamat SD III /DIV
F. TENAGA KESEHATAN
bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan dalam wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai
berikut :
1. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah Puskesmas II Tambak ada
2 (dua) orang dokter umum yang bekerja di wilayah Puskesmas II Tambak atau dengan rasio
2. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
3. Dokter Gigi
9
Dokter gigi sebanyak 1 (satu)orang atau rasio terhadap 100.000 penduduk sebesar 4,89 dan
4. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi pada Puskesmas II Tambak sebanyak 1 (satu) orang atau rasio terhadap 100.000
penduduk sebesar 4,89 dan untuk standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
5. Tenaga Bidan
Tenaga Kebidanan jumlahnya 11 orang.Berarti ratio tenaga bidan adalah 53,82/100.000
penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga bidan 100/100.000 atau 16 bidan.
6. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak lulusan SPK ada 4 orang dan D-III
Keperawatan 6 orang, jumlah seluruhnya ada 10 orang perawat (ratio 48,93/100.000 jumlah
penduduk). Standar IIS tahun 2010, adalah 117,5/100.000 penduduk (sekitar 19 perawat).
7. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan D-III Gizi, ratio 4,8202/100.000
8. Tenaga Sanitasi
Tenaga kesehatan masyarakat ada 1 (satu) orang dengan ratio 4,791/100.000 penduduk dan untuk
tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan pendidikan D-III dengan ratio4,89/100.000 penduduk.
10
Jumlah
Ratio per 100.000 Target IIS per
No Jenis Tenaga Tenaga
pddk 100.000 pddk
Kesh
G. SARANA KESEHATAN
1. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Puskesmas II Tambak adalah satu satunya sarana Kesehatan yang mempunyai kemampuan
H. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas terdiri dari operasional umum, BPJS, Jamkesmas,
Jamkesda dan dana BOK. Semua anggaran ini tujuannya adalah agar semua program kesehatan di
puskesmas bisa berjalan sesuai yang diharapkan dan bisa mencapai target target yang telah
ditentukan. Oleh karena itu semua anggaran ini saling melengkapi satu sama lain.
11
Anggaran dana operasional umum di Rencana Kerja Anggaran tahun 2019 berasal dari APBD
KAB/KOTA yaitu belanja langsung (BLUD) sebesar 1.128.568.606 dan dari penambahan
operasional sebesar 252.271.000 dan dari APBN (Dana Alokasi Khusus) sebesar 520.000.000 (lima
12
BAB III
DERAJAT KESEHATAN
Untuk melihat gambaran dari derajat kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas Tambak II,
dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi.
A. MORTALITAS
Angka kematian dapat dipergunakan untuk menilai derajat kesehatan masyarakat di wilayah tertentu
dalam waktu tertentu. Disamping untuk mengetahui derajat kesehatan, juga dapat digunakan sebagai
tolok ukur untuk menilai tingkat keberhasilan dari program pembangunan kesehatan dan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah tertentu. Angka kematian berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai
laki-laki dan 129 perempuan). Sedangkan kasus kematian bayi ada ditemukan 2 balita. Berarti
angka kematian bayi (AKB) di wilayah Puskesmas Tambak II adalah 6,8 per 1.000 kelahiran
hidup.
Jika dibandingkan dengan AKB Puskesmas Tambak II tahun 2018 yaitu 6,8/1.000
kelahiran,pada tahun 2019 tidak mengalami perubahan. Dan jika dibandingkan dengan target
Millenium Development Goals (MDGS) tahun 2016 sebesar 17/1000 kelahiran hidup maka AKB
13
GAMBAR 2
GRAFIK ANGKA KEMATIAN NEONATAL,BAYI DAN BALITA PER 1000 KELAHIRAN
HIDUP DI PUSKESMAS TAMBAK II TAHUN 2016-2019
16
15
14
12
10 9.7
8
6.8 6.8
6 6.1
0
2015 2016 2017 2018 2019
kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Dapat dilihat bahwa angka kematian ibu (AKI) tahun
14
2019 tidak ada kasus, tahun 2018 ada 2 kasus, tahun 2017 tidak ada kasus, sedangkan tahun 2016
kasus sedangkan tahun 2017 ada 5,pada tahun 2016 ada 3, tahun 2014 ada 3.Ini menunjukan
B. MORBIDITAS
1. Malaria
Pada tahun 2019 ditemukan kasus malaria positif maupun malaria klinis sebanyak 0
kasus. Sedangkan pada tahun 2018 ada 1 kasus, pada tahun 2017 ada 1 kasus, tahun 2014 dan
2016 tidak ditemukan kasus malaria. Kasus malaria terakhir pada tahun 2010 ditemukan malaria
klinis sebanyak 32 atau 1,61 per 1000 penduduk. Positif malaria 3 kasus (1,6/1000 pddk) atau 9
Walau angkanya termasuk kecil, dan tidak menunjukan endemis malaria namun demikian
perlu diwaspadai karena semua kasus malaria disini adalah eksodan dari luar jawa.
2. TB Paru
Jumlah penemuan TB Paru BTA positif tahun 2019 sebanyak 11 kasus atau CNR
48,93/100.000 penduduk.Kasus TB Paru BTA positif diobati 11, sembuh 4, pengobatan lengkap
4. Dengan angka kesuksesan (seccess rate/sr) 72,7%.Tahun 2018 sebanyak 8 kasus atau CNR
38,56/100.000 penduduk, Tahun 2017 sebanyak 4 kasus atau CDR 38,33/100.000 penduduk,
2016 adalah 6 kasus atau CDR 28/100.000 penduduk, tahun 2015 adalah sebanyak 6 kasus atau
3. HIV/AIDS
Kasus HIV tidak pernah ada yang terdeteksi dalam wilayah kerja atau tidak pernah ada
kasus positif HIV.Hal ini tidak bisa menunjukan secara pasti tidak adanya kasus HIV, sebab bisa
darah.Dan Puskesmas selaku yang mempunyai wilayah belum pernah mendapatkan tembusan
hasil pemeriksaan laborat dari klinik VCT maupun PMI karena laporan langsung ke tingkat
kabupaten.
maupun tahun sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan indikator keberhasilan program, baik
program immunisasi polio maupun program penemuan penderita AFP. Namun demikian kita
2018 ditemukan 3 kasus atau 14,5/100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2017 ditemukan 7
kasus atau 33/100.000 penduduk. Pada tahun 2016ditemukan 3 kasus (14,4/100.000 pddk), pada
tahun 2014 ditemukan4 kasus (21,2/100.000 pddk), Hal ini menunjukan terjadinya penurunan
kasus DBD pada tahun 2019.Ini perlu diwaspadai terutama masalah penularan penyakit DBD ini
terkait erat dengan masalah lingkungan. Program pemberantasan sarang nyamuk tentunya perlu
ditingkatan lagi selain dilakukan fogging apabila terjadi kasus DBD di wilayah tertentu.
C. STATUS GIZI
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi di Posyandu melalui penimbangan rutin tahun
mencapai 78,59%. Ini menunjukan penurunanapabila dibandingkan tahun 2018 yang mencapai
16
78,93%. Angka balita yang naik berat badanya mencapai 76,38%, ini menunjukan terjadi penurunan
apabila dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai 77,94%. Angka BGM mencapai 1,3% dan
baik karena masih jauh dari angka 15% sebagai angka batasan maksimal BGM. Hal ini menunjukan
bahwa program gizi sudah cukup berhasil, namun demikian perlu ditingkatkan kinerja posyandu
terutama untuk mengaktifkan peran serta untuk meningkatkan angka kehadiran balita di masing-
masing posyandu.
BAB IV
UPAYA KESEHATAN
adalah 336 ibu hamil dan yang mendapat pelayanan K-4 sebesar 309 atau 92,0%. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2018 jumlah ibu hamil adalah 362 dan yang mendapat
pelayanan K-4 sebesar 298 atau 82,3%. Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil adalah 349,
yang mendapat pelayanan K-4 adalah sebesar 105,4% ibu hamil sedangkan pada tahun
2016 yang mendapatkan pelayanan K-4 adalah 98,8% maka pada tahun 2019 mengalami
kenaikan dibandingkan tahun lalu. Dari data ini menunjukan bahwa cakupan ibu hamil K-4
tahun 2019 sudah mencapai target SPM. Jumlah ibu hamil diwilayah Puskesmas II Tambak
tahun 2019 adalah 336 dan ibu bersalin ditolong Nakes adalah 336 atau 100%.
17
1.3. Pelayanan Ibu Nifas
Cakupan pelayanan pada ibu nifas pada Puskesmas II Tambak tahun 2019 sebanyak
298 ibu nifas atau 94,9% bila dibandingkan tahun lalu mengalami kenaikan, dan belum
kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Selain itu juga dilakukan dengan
pemberian preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, remaja
putri dan wanita usia subur (WUS). Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe 1 (30
tablet) tahun 2019 sebanyak 99,70%, sedangkan untuk Fe 3 (90 tablet) sebanyak 91,9%.
jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menjadi peserta KB baru dan peserta KB aktif.
Hal ini dapat dilihat dari tabel 36 yang menggambarkan jumlah PUS yang menjadi
peserta KB baru serta prosentase penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan tabel tersebut
dapat dilihat bahwa jumlah PUS diwilayah Puskesmas II Tambak tahun 2019 sebanyak
3.458. Sedangkan tahun2018 sebanyak 3.613, pada tahun 2017 sebanyak 3.485, dan pada
tahun 2016 sebanyak 3.306 danpeserta KB baru tahun 2019 sebanyak 436 atau 12,6% ,
pada tahun 2018 sebanyak 678 atau 18,8%, sedangkan tahun 2017 sebanyak 442 atau
Sedangkan untuk peserta KB aktif tahun 2019 sebanyak 2.697 atau 78%, pada tahun
2018 sebanyak 2.877 atau 79,6% sedangkan tahun 2017 sebanyak 2.729 atau 78,3%. Dan
tahun 2016 sebanyak 2.516 atau 76,1% maka peserta KB aktif di wilayah Puskesmas II
18
Pelayanan Immuniasi tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari tercapainya UCI
disetiap desa. Untuk wilayah Puskesmas II Tambak dari tahun 2014 sampai tahun 2019
target UCI untuk setiap desa selalu tercapai atau 100% desa telah mencapai target UCI.
tempat pelayanan yang paling bersentuhan langsung dengan masyarakat. Tingkat pemanfaatan
pelayanan kesehatan dapat dilihat dari prosentase kunjungan pasien ke tempat pelayanan kesehatan
Jumlah kunjungan rawat jalan tahun 2019 berdadarkan table 54 adalah sebanyak 31.472 atau
154% dari jumlah penduduk. Untuk kunjungan rawat inap tahun 2019 sebanyak 952 atau 4,7% dari
jumlah penduduk dan pada tahun 2018 sebanyak 933 atau 4,6% dari jumlah penduduk.
pencapaian immunisasi polio wilayah Puskesmas II Tambak sudah cukup baik. Sedangkan
penemuan penderita polio tidak pernah ditemukan diwilayah Puskesmas II Tambak selama 5
tahun terakhir ini atau AFP rate nol. Hal ini juga menunjukan hasil yang baik.
saat ini TB Paru merupakan penyakit yang sudah ada obatnya dan pemerintah telah
tahun 2019 adalah sebanyak 11 kasus atau 48,93/100.000 penduduk, jumlah seluruh kasus TB
Paru adalah 11 kasus, BTA+ diobati sebanyak 11 kasus. Angka kesembuhan adalah 4 atau 50
19
57,1%, pengobatan lengkap 4 kasus atau 36,4% dan angka keberhasilan pengobatan adalah
72,7%.
adalah 202 balita sedangkan jumlah ditemukan dan ditangani sebanyak 31 balita atau 15,34%.
Sedangkan pada tahun 2018 adalah sebanyak 43 balita yaitu 15,24% dari jumlah perkiraan
penderita 282 balita. Sedangkan tahun 2017 adalah 130balita atau 7,3% dari jumlah balita yang
ada yaitu sebanyak 1.300 balita.Sedangkan angka penemuan pnemonia untuk balita th 2017
adalah 96 kasus atau 28,35% dari angka perkiraan 130 balita. Semua balita pnemonia yang
benar melalui penyuluhan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit HIV-
AIDS. Hal ini terutama ditujukan pada generasi muda terutama disekolah-sekolah dengan cara
penyuluhan. Penyuluhan ini dilakukan dengan kegiatan UKS lainnya misalnya pemeriksaan
kesehatan anak sekolah. Sedangkan untuk pemberantasan penyakit HIV-AIDS upaya yang
dilakukan adalah dengan merujuk ke klinik VCT yang ada di RSUD Banyumas maupun RS.
Selama ini belum pernah ada kasus HIV-AIDS yang ditemukan di wilayah Puskesmas II
Tambak. Hal ini bukan berarti tidak pernah ada kasus, tetapi mungkin juga ada kasus tetapi
langsung ditangani oleh rumah sakit, sehingga Puskesmas tidak mempunyai data tentang pasien
HIV-AIDS yang ditemukan di Klinik VCT rumah sakit. Hal ini dilakukan biasanya mengingat
etika untuk menjaga kerahasiaan pasien untuk privasi dan menjaga keresahan masyarakat dalam
20
Penyakit Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue
yang penyebarannya melalui vektor nyamuk aedes aygypti. Penyakit ini mempunyai ciri khas
tersendiri dan spesifik bila dibanding dengan nyamuk yang lain. Diantara ciri yang menonjol
adalah nyamuk ini menggigit pada siang hari, dan suka hidup dan bertelur pada air yang jernih
yang tidak berhubungan langsung dengan tanah. Upaya pemberantasan penyakit demam
kapan saat munculnya penyakit DBD yang perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti. Diagnosis
dini, selanjutnya pengobatan dini juga sangat menentukan dalam menekan angka kesakitan dan
angka kematian yang disebabkan oleh penyakit DBD. Tidak kalah pentingnya adalah upaya
cara dan bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri, diantaranya adalah dengan PSN, 3M,
ataupun dengan membunuh nyamuk dewasa yaitu dengan fogging atau pengasapan bila terjadi
kasus DBD di daerah tertentu. Fogging ini juga bisa dilakukan dengan biaya swadaya dari
masyarakat.
Penemuan kasus DBD diwilayah Puskesmas II Tambak tahun 2019 tidak ada kasus DBD,
sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 3 kasus atau ICR 14,5/100.000 penduduk. Sedangkan
tahun 2017 sebanyak 7 kasus sedangkan pada tahun 2016 ditemukan 3 kasus DBD atau
gigitan nyamuk anopheles yang telah terinfeksi. Dalam tubuh manusia parasit berkembangbiak
21
dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah.Intervensi kunci dalam mengendalikan
malaria adalah :
1 kasus, sedangkan 2018 angka kesakitan malaria positif di wilayah Puskesmas II Tambak
adalah 1 kasus. Pada tahun 2017angka kesakitan malaria positif di wilayah Puskesmas II
Tambak adalah 1 kasus, sedangkan pada tahun 2016 angka kesakitan malaria positif di wilayah
Puskesmas II Tambak adalah nihil, malaria klinis juga nihil. Pada Tahun 2012 dan 2013 juga
sedangkan pada tahun 2018ditemukan kasus DBD di Desa Karangpucung 2 kasus dan dapat
ditangani dalam waktu kurag dari 24 jam dan tidak mengakibatkan kematian. Tahun 2017
ditemukan 1 kasus DBD yaitu di Desa Buniayu dan dapat ditangani kurang dari 24 jam dan
tidak menimbulkan kematian. Sedangkan untuk tahun 2014 dan 2016 tidak ditemukan
kasusDBD di wilayah Puskesmas II Tambak. Tahun 2013 ditemukan 2 kasus DBD yaitudi Desa
Purwodadi 1 kasus dan Desa Karangpucung 1 kasus. Keduanya dapat ditangani kurang dari 24
yang dibina ada 24 atau 104,3% dari semua institusi yang ada yaitu 23. Institusi tersebut meliputi
22
Pada tahun 2019 Tempat Umum di wilayah Puskesmas II Tambak terdapat 12 dan
Pengolahan Makanan (TPM) yang ada di wilayah Puskesmas II Tambak sejumlah 182, dibina
sejumlah 42 dan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi sejumlah 8 atau 4,40% dari jumlah yang
diperiksa.
3. Rumah Sehat
Hasil pencapaian pemeriksaan rumah sehat di wilayah Puskesmas II Tambak pada tahun
2019sudah cukup baik, karena prosentase rumah sehatdi wilayah Puskesmas II Tambak sudah
mencapai 79,88% (425 rumah) dari seluruh rumah yang diperiksadan dibina(518 rumah).
berikut :
0,34%. Sedangkan untuk jumlah BGM tahun2019 ditemukan 11 anak atau 1,3% dan pada tahun
2018 ditemukan 7 anak balita atau 0,7% dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
tahun 2017 sebanyak 20 anak atau 1,8%. Sedangkan balita gizi buruk ditemukan 1 balita selama
tahun 2017 atau 0,07% dan pada tahun 2016 juga ditemukan 1 balita gizi buruk.
2. Pelayanan Gizi
2.1. Pemberian Kapsul Vitamin A
23
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang
berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam
hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu,
vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Sumber makanan yang banyak mengandung
vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan
kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning,
seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya).
Namun demikian konsumsi vitamin A yang alami kadang masih kurang dan
untuk mengatasi kekurangan vitamin A pada balita maka diberikan kapsul vitamin
A dosis tinggi pada Balita yang diberikan setahun 2 kali yaitu pada bulan Februari
dan Agustus.
Data profil tahun 2019 angka pencapaian pemberian Vitamin A pada bayi
dan balita dapat dilihat pada table 44. Bayi 6-11 bulan sejumlah 111 (100%) bayi
mendapat kapsul Vit A 1 kali dan balita 12-59 bulan sejumlah 989 (100%) balita
mendapat Vit A 2 kali. Sedangkan balita 6-59 bulan sejumah 1.100 dan angka
pencapaiannya juga 100%.
24
Berdasarkan tabel 32, jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas II Tambak
tahun 2019 sebanyak 336 ibu hamil dan yang mendapatkan tablet Fe 1 (30 tablet)
sebanyak 335 atau 99,70% sedangkan yang mendapat tablet Fe 3 (90 tablet)
sebanyak 309 atau 91,96%. Bila dibandingkan dengan tahun 2018 angka ini
menunjukan kenaikan karena pada tahun 2018 dari jumlah ibu hamil 355 dan yang
mendapatkan tablet Fe 90 tablet adalah sebanyak 298 atau 83,94%.
BAB v
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH
Jumlah penduduk Target semua kasus Target semua kasus TB yang dites
TB (100%) TB (70%) HIV(100%)
20517 57 40 40
Jumlah penduduk Target semua kasus Target semua kasus TB yang dites
TB (100%) TB (70%) HIV(100%)
20517 22 15 40
20517 40 6 15
Data di atas dibuat bedasarkan temuan kasus TB BTA positif yang diperiksa di
Puskesmas tambak II pada Tahun 2019. Kasus capaian penemuan pasien TB pada tahun
2019 yaitu baru 6 kasus dengan presentasi 15 % dari standar minimal capaian penemuan
pasien TB 70%. Hal ini terjadi karena Puskesmas Tambak II belum menerapkan dengan
baik yaitu penemuan kasus TB secara aktif dengan melakukan investigasi dan
pemeriksaan kasus kontak, skrining secara massal pada kelompok rentan dan beresiko,
dan skrining pada kondisi situasi khusus. Pada penemuan kasus TB secara pasif juga
diagnostic ada yang rusak seperti mikroskop serta kurangnya pelatihan tentang TB pada
Capaian SPM kasus TB tahun 2019 yaitu 40% dari standar pelayanan. Usaha
yang selama ini dilakukan masih bersifat luas untuk masyarakat seperti gerakan hidup
bersih dan sehat belum spesifik ke penanganan TB. hal ini dikarenakan puskesmas
Tambak II belum memperdayakan masyarakat dengan maksimal, kurangnya sosialisasi
tentang TB sehingga kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB. Puskesmas
Tambak II juga belum menerapkan Gerakan masyarakat TOSS (temukan obati sampai
sembuh) TB. Kurangnya SDM juga menjadi kendala belum maksimalnya pelayanan yang
diberikan, masih terdapat beberapa tenaga Kesehatan yang merangkap jabatan pada
puskesmas tambak II, dan juga belum dilaksanakannya Kerjasama lintas program dan
sector.
Keterangan :
I : Importancy(pentingnya masalah)
P : Prevalance(besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB :Social Benefit (keuntungan social karena selesainya masalah)
T :Technology (teknologi yang tersedia)
R :Resource(sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (Sarana yang tersedia)
Ma : Material (Ketersediaan sarana)
Kriteria penilaian :
27
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
Data di atas dibuat bedasarkan temuan kasus TB BTA positif yang diperiksa di
Puskesmas tambak II pada Tahun 2019. Kasus capaian penemuan pasien TB pada tahun
2019 yaitu baru 6 kasus dengan presentasi 15 % dari standar minimal capaian penemuan
pasien TB 70%. Hal ini terjadi karena Puskesmas Tambak II belum menerapkan dengan baik
yaitu penemuan kasus TB secara aktif dengan melakukan investigasi dan pemeriksaan kasus
kontak, skrining secara massal pada kelompok rentan dan beresiko, dan skrining pada
kondisi situasi khusus. Pada penemuan kasus TB secara pasif juga puskesmas Tambak II
kesulitan mendiagnosis pasien dikarenakan peralatan penunjang diagnostic ada yang rusak
seperti mikroskop serta kurangnya pelatihan tentang TB pada tenaga medis yang berkerja di
Capaian SPM kasus TB tahun 2019 yaitu 40% dari standar pelayanan. Usaha yang
selama ini dilakukan masih bersifat luas untuk masyarakat seperti gerakan hidup bersih dan
sehat belum spesifik ke penanganan TB. hal ini dikarenakan puskesmas Tambak II belum
memperdayakan masyarakat dengan maksimal, kurangnya sosialisasi tentang TB sehingga
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB. Puskesmas Tambak II juga belum
menerapkan Gerakan masyarakat TOSS (temukan obati sampai sembuh) TB. Kurangnya
SDM juga menjadi kendala belum maksimalnya pelayanan yang diberikan, masih terdapat
beberapa tenaga Kesehatan yang merangkap jabatan pada puskesmas tambak II, dan juga
belum dilaksanakannya Kerjasama lintas program dan sector.
28
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular, banyak yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bila tidak diobati
atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga
kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum Masehi,
namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam
dua abad terakhir (Kemenkes, 2016). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2011).
B. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko untuk menderita TB menurut Manalu (2010) adalah:
1. Faktor sosioekonomi
Penyakit TB Paru lebih banyak menyerang masyarakat yang berasal dari
kalangan sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan permukiman yang
terlampau padat sangat potensial dalam penyebaran penyakit TB. Kemiskinan
pada berbagai kelompok masyarakat, seperti negara yang sedang berkembang.
2. Status gizi
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, akan
memengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit
termasuk TB. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara
miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
3. Umur
29
Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif 15-50 tahun. Dengan terjadinya transisi demografi saat ini menyebabkan
usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun
sistem imun seseorang menurun, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit,
termasuk penyakit TB.
4. Faktor demografik
Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan struktur umur kependudukan dan dampak dari pandemik HIV.
C. Patogenesis
Penularan TB Paru terjadi karena kuman yang terdapat pada penderita keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel ini dapat bertahan diudara
selama 1-2 jam, dan tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi udara
yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab kuman TB Paru ini dapat
bertahan lama, sampai berbulan-bulan. Partikel kuman yang bertahan lama di udara
bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran
napas atau jaringan paru. Adanya kuman yang menetap dijaringan paru akan
membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer. Sarang
primer ini bisa terjadi di setiap jaringan paru, apabila menjalar ke pleura maka
menyebabkan efusi pleura (Aru, 2014).
D. Gambaran Klinis
Gejala klinis pasien TB paru menurut Depkes (2011), adalah:
1) Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
2) Dahak bercampur darah.
3) Batuk berdarah.
4) Sesak napas.
5) Badan lemas.
6) Nafsu makan menurun.
7) Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.
8) Demam lebih dari satu bulan.
30
Strategi yang baru yaitu Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
penemuan dan penyembuhan pasien, terutama TB tipe menular. Strategi ini
memutuskan rantai penularan TB dan menurunkan insidens TB di masyarakat. Gejala
utama pasien TB paru adalah batuk berdahak ≥ 2-3 minggu. Batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas (gejala
respiratorik), badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan
(gejala sistemik) (POLRI, 2015)
31
Gambar 2.1 Alur diagnosis dan tindak lanjut TB Paru pada pasien dewasa (tanpa kecurigaan/bukti: hasil tes
HIV (+) atau terduga TB Resisten Obat) (Kemenkes, 2014. Dimodifikasi dari : Treatment of Tuberculosis,
Guidelines for National Programe, WHO, 2003)
32
Keterangan :
1) Pemeriksaan klinis secara cermat dan hasilnya dicatat sebagai data dasar
kondisi pasien dalam rekam medis. Fasilitas kesehatan (Faskes) yang memiliki
2) Hasil pemeriksaan BTA negatif pada semua contoh uji dahak (SPS) tidak
dilakukan pemeriksaan tes cepat dan biakan. Untuk pemeriksaan tes cepat
6) Dilakukan pemeriksaan klinis ulang dan uji pemeriksaan dahak SPS (Sewaktu
Pagi Sewaktu). Apabila minimal satu dari pemeriksaan contoh uji dahak SPS
7) Bila hasil pemeriksaan ulang tetap BTA negatif, lakukan observasi dan
Paru.
8) Dilakukan TIPK (Test HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan
33
E. Klasifikasi
Klasifikasi TB menurut Kemenkes (2014):
a. Tuberculosis paru:
Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.
Limfadenitis TB di rongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura
paru.
Tuberculosis ekstra paru adalah TB yang terjadi pada organ selain paru,
selaput otak dan tulang. Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan
a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan
TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (<
dari 28 dosis).
34
b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (2 dari 28 dosis). Pasien ini
2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah
putus berobat.
a. Mono resisten (TB MR) : resisten terhadap salah satu jenis Obat Anti
Tuberculosis (OAT).
b. Poli resisten (TB PR) : resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama,
c. Multi drug resisten (TB MDR) : resisten terhadap Isoniazid dan Rifampisin
secara bersamaan.
35
d. Extensive drug resisten (TB XDR) : TB MDR yang sekaligus juga resisten
terhadap salah satu OAT golongan Fluorokuinolon dan minimal salah satu dari
e. Resisten Rifampisin (TB RR) : resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat)
F. Terapi
Untuk pengobatannya menurut Kemenkes (2015), obat tuberculosis dibagi
1. Tahap awal
Obat diberikan setiap hari, hal ini bertujuan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir
Pengobatan awal ini pada semua pasien baru harus diberikan selama 2 bulan, pada
2. Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan adalah tahap yang penting untuk membunuh sisa-
sisa kuman sehingga pasien dapat sembuh dan tidak terjadi kekambuhan.
36
Sementara itu ada beberapa kategori untuk paduan obat tuberculosis, yaitu sebagai
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kasus baru dengan BTA positif, kasus baru dengan BTA negatif/rongent
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
e. Obat untuk pasien TB resistan: OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin,
f. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT-KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan
berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
(sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak
37
tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya positif, hasil
“Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh (TOSS) memiliki peran yang penting.
Program TOSS merupakan gerakan aktif dan masif yang dimulai dari diri sendiri,
kepentingan untuk segera menemukan orang terduga TB sedini mungkin dan segera
dihentikan. Peran keluarga pada gerakan ini sangat penting, karena semangat dan
kepatuhan pasien untuk minum dan menelan obat ditentukan oleh dukungan keluarga
(Kemenkes, 2017).
G. Komplikasi
TB paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus dan pancet’s
arthropathy.
38
2. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada
Tuberculosis).
39
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
40
h. TB 08. Laporan Triwulan Hasil Pengobatan Penderita TB Paru yang terdaftar 12 – 15
bulan lalu
i. TB 09. Formulir rujukan/pindah penderita
j. TB 10. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan
k. TB 11. Laporan Triwulan Hasil Pemeriksaan Dahak Akhir Tahap Intensif untuk
penderita terdaftar 3 - 6 bulan lalu
l. TB 12. Formulir Pengiriman Sediaan Untuk Cross Check
m. TB 13. Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di kabupaten
Pada Puskesmas Tambak 2 presentasi kasus baru TB paru (BTA positif) yang
dicapai pada tahun 2019 adalah sebanyak 15 %. Di bawah ini analisis Strength,
Weakness, Opportunity, Threat (SWOT) yang dimiliki Puskesmas Puskesmas
Tambak 2
A. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
(input-process-output), kemudian dilihat apakah output mencapai target indikator
atau tidak. Apabila program kegiatan tidak mencapai target indikator, penyebab
masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan.
1. Strength
a. Jenis tenaga kesehatan
Tersedianya tenaga kesehatan dan koordinator program untuk
mendeteksi dan menangani penderita TB di puskesmas.
b. Letak Strategis
Puskesmas Tambak 2 memiliki letak strategis, yaitu berada di
pusat kecamatan tambak sehingga akses layanan mudah.
c. Proses rujukan untuk diagnostik TB cepat
Salah satu tugas PKM guna menunnjang program pengendalian TB
adalah dengan terlaksananya proses rujukan secara baik sehingga proses
diagnosis dan pengobatan TB dapat terlaksana dengan tepat waktu. Pada
Puskesmas Tambak 2 rujukan untuk diagnosis TB dengan TCM cepat
sehingga penegakan diagnostik dan pengobatan dapat terlaksana dengan
baik.
41
2. Weakness
a. Kurangnya Sumber Daya Manusia
Dalam pelaksanaan program TB 01 hingga TB 13 diperlukan
pelatihan lebih lanjut dari pemerintah. Puskesmas Tambak 2 sudah
memiliki tenaga kesehatan yang telah terlatih dalam melaksanakan
program TB 01 hingga 13 namun hanya hanya sedikit . Kurangnya tenaga
kesehatan dan belum terdapatnya tenaga kesehatan yang mengikuti
pelatihan sehingga program TB 01 hingga TB 13 harus dilakukan
pengkaderan yang lebih luas dan pelatihan.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai TB
Sosialisasi mengenati TB kemasyarakat masih kurang terutama
mengenai pengobatan TB. Pengetahuan TB yang rendah ini dapat
mempersulit penjaringan penderita TB, karena pengetahuan yang kurang
mengenai TB akan membuat masyarakat untuk enggan berobat ke PKM
karena mengganggap ringan keluhan yang dideritanya.
c. Terbatasnya alat diagnostik di Puskesmas
Ketebatasan alat diagnostik seperti mikroskop yang rusak
menyebabkan pasien penderita TB harus segera dirujuk untuk memperoleh
fasilitas yang dibutuhkan. Seringkali hal ini menghambat tindak lanjut
(follow up) pasien.
d. Kurangnya pelacakan dan penemuan kasus TB
Dalam penjaringan penderita TB selain home visit dan edukasi
mengenai penyakit dan lingkungan yang sehat, keluarga yang tinggal
serumah dengan pasien TB, dan lingkungan sekitarnya seharusnya
dilakukan pemeriksaan sputum. Namun pada kenyataanya karena kuranya
SDM, sehingga hal tersebut tidak dilakukan.
3. Opportunity
a. Sebagian besar penduduk mempunyai BPJS
Penduduk di wilayah kerja Tambak 2 sebagian besar sudah mempunyai
jaminan kesehatan seperti BPJS. Hal tersebut memudahkan pasien dalam
program pengobatan TB. Suspek TB juga tidak dipungut biaya dalam
42
pemeriksaan TCM. Selain itu, pasien yang sudah ditetapkan menderita TB
mendapat obat TB secara gratis sehingga masyarakat banyak dimudahkan
dengan adanya hal tersebut.
4. Threat
a. Banyaknya kasus TB yang tidak terdeteksi
Banyaknya kasus TB yang tidak terdeteksi berpotensi menularkan
penyakit TB pada orang lain karena kurangnya proses screening,
diagnosis, hingga penatalaksanaan yang cepat dan tepat.
b. Tingkat ekonomi rendah
Rendahnya tingkat ekonomi memungkinkan tidak memadainya
lingkungan rumah yang sehat. Hal ini dapat meningkatkan potensi
penularan TB.
c. Kurangnya motivasi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas P2M TB
d. Risiko penularan TB yang tinggi
Menyebabkan sulitya mencari kader di tiap desa untuk membantu dalam
sosialiasi tentang TB
43
Plan of Action
a. Peningkatan pengetahuan SDM
1) Mengikuti pelatihan secara lengkap TB 01- TB13.
2) Memperluas penyuluhan dan pelatihan kader TB di desa-desa yang
belum terdapat kader TB.
3) Pemasangan poster, spanduk mengenai TB di desa-desa.
b. Peningkatan penyuluhan tentang Pemeriksaan TCM pada suspek TB
Saat ini, pasien suspek TB diharuskan melakukan pemeriksaan
TCM. Akan tetapi masih ada pasien yang tidak mengindahkan perintah
petugas untuk melakukan pemeriksaan dahak. Hal tersebut dikarenakan
pasien masih menganggap remeh, dan menganggap jika batuknya sudah
sembuh tidak perlu melakukan pemeriksaan TCM. Berdasarkan fakta
tersebut, puskesmas perlu melakukan pengawasan terhadap pemeriksaan
TCM dengan lebih ketat misalnya dengan mencatat setiap pasien yang
diharuskan melakukan TCM tetapi belum datang ke puskesmas untuk
memberi sampel. Puskesmas juga bisa mempertimbangkan pembangunan
ruangan pengambilan sampel supaya teknik pengambilan sampelnya
benar.
c. Realisasi bantuan pemerintah
Realisasi bantuan pemerintah untuk pembangunan rumah yang memadai,
seperti bangunan yang permanen, cukup jendela dan ventilasi, mendapat
sinar matahari yang cukup, serta tersedianya jamban atau toilet di rumah
sangat membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
d. Pemantauan berkala
Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus untuk dapat
segera medeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah
direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera.
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
45
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I. edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
Departemen Kesehatan, RI. (2011). Pedoman nasional pengendalian tuberculosis. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Dinas Kesehatan Banyumas. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2016.
Banyumas. http://dinkes.banyumaskab.go.id/download [Diakses pada tanggal
20 Februari 2020].
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2015.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI. Website: http://www.depkes.go.id/. [Diakses 01 Maret 2020].
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Strategi Nasional Pengendalian TB di
Indonesia. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Tuberculosis Temukan Obati Sampai
Sembuh. Info datin. Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Panduan Peringatan TB Sedunia
Tahun 2017. Gerakan Masyarakat Menuju Indonesia Bebas Tuberculosis.
Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan RI.
Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2015). Panduan Pengendalian Tuberkulosis (TB)
dengan strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) di fasilitas
Kesehatan Polri. Jakarta.
Manalu, Helper S.P. (2010). Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kejadian TB Paru Dan
Upaya Penanggulangannya. http://ejournal.litbang.Depkes.go.id. Jurnal
Ekologi Kesehatan Vol. 9 No. 4 : 1340 -1346. [diakses tanggal 10 Maret
2020].
46