Laporan Lengkap Farmakognosi Penetapan Kadar Sari Pelarut Dan Susut Pengeringan Print
Laporan Lengkap Farmakognosi Penetapan Kadar Sari Pelarut Dan Susut Pengeringan Print
Laporan Lengkap Farmakognosi Penetapan Kadar Sari Pelarut Dan Susut Pengeringan Print
FARMAKOGNOSI II
Oleh :
Kelompok IV
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ilmu farmakognosi menguraikan tentang pemeriksaan simplisia nabati dan
identifikasi tumbuhan obat berdasarkan kandungan kimianya, bentuk dan
simplisianya, baik makroskopik maupun mikroskopiknya serta inventarasi
tanaman obat yang kerap kali digunakan masyaratkat dalam mengobati suatu
penyakit.
Standarisasi sederhana senyawa bahan alam adalah dengan pengujian
kadar sari pada ekstrak. Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari larut
dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol.
Nilai kadar sari yang larut dalam air dan etanol menunjukkan kandungan
zat berkhasiat yang terdapat pada ekstrak, semkain tinggi nilainya semakin
tinggi pula zat berkhasiat yang dikandungnya, sehingga semakin bagus mutu
ekstrak tumbuhan tersebut. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut
dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, metanol. Tujuannya
untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan.
Parameter susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat
konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Tujuan dari penentuan nilai
susut pengeringan adalah untuk memberikan batasan maksimal (rentang)
tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
Dalam percobaan ini dilakukan penetapan kadar sari dalam simplisia
seledri (Apium graveolens L) dengan menggunakan metode kuantitatif untuk
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersaring dalam
pelarut tertentu. Penetapan kadar sari dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
kadar sari larut air – kloroform dan kadar sari larut dalam etanol.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan penetapan
kadar sari dalam pelarut dan susut pengeringan dengan menggunakan
ekstrak seledri.
I.2.2 Tujuan Percobaan
a. Menentukan kadar sari ekstrak seledri yang terlarut dalam pelarut
etanol dan air.
b. Membandingkan banyaknya senyawa yang terlarut dalam pelarut
yang berbeda kepolarannya.
c. Menentukan nilai pengeringan ekstrak seledri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan cara
penyarian simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung. (Badan POM ; 2010)
Standarisasi sederhana senyawa bahan alam adalah dengan pengujian
kadar sari pada ekstrak. Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari larut
dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. (Tim Asisten ; 2015)
Untuk simplisia yang tidak mengadung minyak atsiri dan sisa pelarut
organik menguap, susut pengeringan diidentifikasikan dengan kadar air, yaitu
kandungan air karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka
sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan. Penetapan
kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air didalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan
adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan
kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan
bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai
kadar air kurang dai 10 %. (DepKes RI ; 2010)
Simplisia adalah tanaman alamiah yang diperginakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan.
1. Parameter Non Spesifik
a. Susut pengeringan : Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai konstan, yang
dinyatakan lain dalam persen. Dalam hal khusu (ika bahan tidak
mengandung minyak menguap / atsiri dan sisa pelarut organik) identik
dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer /
lingkungan udara terbuka (DepKes RI ; 2010)
b. Bobot Jenis : Merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi
ekstrak uji. Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak
tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut
didalamnya (DepKes RI ; 2010)
c. Kadar Air : Banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air
yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. (DepKes RI ;
2010)
d. Kadar Abu : Merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila
simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik
adalah diperoleh dari sisa pemijaran (DepKes RI ; 2010)
2. Parameter Spesifik
a. Identitas
b. Organoleptik
Parameter organoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk,
warna, bau, rasa, mengunakan panca indra dengan tujuan pengenalan
awal yang sederhana dan subjektif. (DepKes RI ; 2010)
c. Kadar Sari
Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan
senyawa kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan
sebagai parameter uji bahan baku obat tradisional karena jumlah
kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat
dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia
tersebut. (DepKes RI ; 1995)
Seledri (Apium graveolens L) dapat tumbuh baik di dataran rendah
maupun tinggi. Tumbuhan seledri dikategorikan sebagai sayuran, perkebunan
seledri di Indonesia terdapat di Brastagi, Sumatera Utara dan di Jawa Barat
tersebar di Pacet Pangalengan dan Cipanas yang berhawa sejuk.tumbuhan
berbonggol dan memiliki batang batang bersusun ini, pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis dan diantaranya seledri yang umbinya
dapat dimakan. Di Indonesia daun seledri dimanfaatkan untuk pelengkap
sayuran (misal untuk sup). (Agoes Azwar ; 2010)
Secara tradisional tanaman seledri digunakan sebagai pemacu enzim
pencernaan atau sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni, dan
penurun tekanan darah. Di samping itu digunakan pula untuk memperlancar
keluarnya air seni, mengurangi rasa sakit pada rematik dan pirai, juga
digunakan sebagai antikejang. Selebihnya daun dan batang seledri digunakan
sebagai sayur dan lalap untuk penyedap masakan. Di beberapa suku
digunakan sebagai obat diet untuk melangsingkan badan karena serat yang
berkalori rendah. (Haryanto Sugeng ; 2009)
II.2 Uraian Bahan
a. Aquadest (Dirjen POM ; 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, aquadest
BM / RM : 18,02 / H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Pelarut
32,72 32,99 1 73 %
IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Kadar Sari Larut Air
(W2−W0)
= x 100 %
W1
35,32 g−31,99 g
= x 100 %
1g
3,24 g
= x 100 %
1g
= 324 %
IV.2.2 Kadar Sari Larut Etanol
W2−W0
= x 100 %
W1
32,12 g−31,99 g
= x 100 %
1g
0,13 g
= x 100 %
1g
= 13 %
= 73 %
BAB V
PEMBAHASAN
Standarisasi sederhana senyawa bahan alam adalah dengan pengujian
kadar sari pada ekstrak. Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari larut
dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol.
Susut pengeringan adalah pengurangan berat bahan setelah dikeringkan
dengan cara yang telah ditetapkan. Kecuali dinyatakan lain dalam masing –
masing monografi, simplisia harus dalam bentuk serbuk dengan derajat halus
nomor 8, suhu pengeringan 105°C.
Dalam percobaan ini dilakukan penetapan kadar sari dalam simplisia
seledri (Apium graveolens L) dengan menggunakan metode kuantitatif untuk
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersaring dalam pelarut
tertentu. Penetapan kadar sari dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari
larut air – kloroform dan kadar sari larut dalam etanol.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar sari larut air menggunakan
ekstrak seledri yang ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan didalam air
– kloroform menggunakan erlenmeyer bertutup sambil dikocok selama 6 jam lalu
di diamkan selama 18 jan dan disaring. Hasil dari saringan atau residu kemudian
di panaskan pada suhu 105°C selama 30 menit hingga mencapai bobot konstan
dan didapatkan hasil yaitu 324 %. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana
kadar airnya tidak lebih dari 10 %. (DepKes RI 2010)
Pada percobaan penetapan kadar sari larut etanol menggunakan ekstrak
seledri. Ditimbang seledri sebanyak 1 gram, dilarutkan dengan etanol 20 mL
kemudian dikocok selama 6 jam dan didiamkan selama 18 jam. Lalu disaring,
hasil residu kemudian diuapkan di oven selama 30 menit dengan suhu 105°C
sampai bobot konstan dan didapatkan hasil 13 %.
Pada percobaan penentuan susut pengeringan menggunakan ekstrak
seledri yang dimasukkan dalam krus porselin bertutup yang telah dipanaskan pada
suhu 105°C selama 30 menit. Kemudian krus porselin yang berisi ekstrak seledri
dimasukkan kedalam oven, lalu buka tutup krus porselin, keringkan pada suhu
105°C. Penimbangan setiap ± 1 jam hingga didapatkan bobot tetap. Hasil kadar
yang didapatkan pada susut pengeringan ekstrak seledri yaitu 73 %.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes. Azwar ; 2010 ; Tanaman Obat Indonesia ; Salemba Medika ; Jakarta
Badan POM RI ; 2010 ; Acuan Sediaan Herbal Edisi 1 ; Badan Pengawasan Obat
dan Makanan RI ; Jakarta