Pertempuran Buzakhah
Pertempuran Buzakhah berlangsung antara Khalid bin al-Walid dan Tulayha, pada bulan September 632.
Pertempuran Buzakhah | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Riddah dan Pertempuran dari Khalid bin Walid | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kekhalifahan Rasyidin | suku pagan Arab | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Khalid bin Walid Adi bin Hatim | Thulaihah al-Asadi | ||||||
Kekuatan | |||||||
6,000 | 15,000 | ||||||
Korban | |||||||
kecil | besar |
Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Thulaihah adalah seorang kepala suku Arab dari Bani Asad bin Khuzaimah yang kaya raya dan terkenal, namun ia menolak bahkan memerangi Nabi Muhammad ketika menyampaikan da’wahnya. Pada tahun 625, yaitu 2 tahun setelah hijrah, ia dikalahkan dalam Pertempuran Qatan yang merupakan serangan mendadak oleh kaum Muslimin dipimpin Abu Salamah ketika Bani Asad sedang bersiap untuk mengepung kota Madinah.
Kekalahan itu tidak membuatnya jera, bahkan ia turut bergabung dengan Suku Quraisy lainnya bersama Yahudi dalam mengepung kota Madinah dalam Pertempuran Khandaq/al-Ahzab pada tahun 627.
Pada tahun 630, ia masuk Islam langsung dihadapan Muhammad tidak lama setelah Makkah dibebaskan dari kejahiliyahan. Namun, setahun setelah itu ia memberontak dengan mengklaim dirinya juga mendapat wahyu sebagai nabi. Thulaihah menjadi orang ketiga yang mengklaim kenabian diantara bangsa Arab. Pengakuan dari berbagai suku Arab lainnya membuat Thulaihah lupa diri dan ambisius untuk membentuk konfederasi suku Arab melawan kaum Muslimin.
Kekuatan
[sunting | sunting sumber]Pada bulan Juli 632, khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq memobilisir pasukan untuk memerangi suku-suku Arab yang memberontak. Balatentara ini dibagi 3 dengan komandannya masing-masing diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awwam. Balatentara kaum Muslimin ini menyerang konfederasi pimpinan pengaku nabi Thulaihah di Pertempuran Dzu al-Qassa yang juga merupakan serangan dadakan pada pusat penggalangan kekuatan lawannya. Pihak Thulaihah mengalami kekalahan dan memaksa mereka mundur ke ke Dzu al-Hassa.
Abu Bakar akhirnya menugaskan Khalid bin Walid untuk menghancurkan sisa kekuatan Thuliha, kedua kekuatan ini berjumpa di sebuah tempat yg bernama Buzakha. Khalid berkekuatan 6.000 personil sedangkan Thulaihah memiliki 15.000 personil yang loyal kepadanya.
Keterlibatan Umum
[sunting | sunting sumber]Khalid bin Walid menantang duel Thulaihah sebelum pertempuran. Ia menyambut ajakan duel tersebut namun cidera hingga lari berlindung di belakang pasukannya. Pertempuran ini berlangsung sengit, dalam jarak dekat, serta bertubi-tubi dimana kemenangan terlihat akan jatuh kepada pihak yang paling kokoh. Hampir tidak ada manuver-manuver taktis yang menjadi ciri khas Khalid bin Walid yang dikemudian hari terlihat pada pertempuran ini. Keahlian tanding pasukan Muslimin secara individual sangat menonjol pada pertempuran ini. Dengan perbandingan 1:2 pasukan Muslimin yang lebih sedikit berhasil kemudian mendapatkan kemenangan.
Setelah kekalahan telak yang menimpa suku-suku pendukung Thulaihah, banyak yang kemudian sadar dan masuk Islam kembali. Namun Thulaihah berhasil lolos kembali dan bersembunyi di Syam. Setelah Syam pula berhasil ditaklukkan kaum Muslimin barulah Thulaihah menerima Islam secara menyeluruh.
Akibat
[sunting | sunting sumber]Thulaihah meminta ampunan kepada khalifah Abu Bakar dan ia beserta sukunya mendapatkan ampunan tersebut. Namun mereka dilarang Abu Bakar untuk turut serta berperang bersama kaum Muslimin yang tidak pernah murtad maupun memberontak.
Tahun 634, pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab barulah Thulaihah dan sukunya mendapatkan kesempatan untuk turut serta berperang. Mereka dikerahkan oleh ‘Umar untuk berperang di front Irak melawan balatentara Sassania Persia. Pertama kalinya ia berperang pada pihak kaum Muslimin adalah pada Pertempuran Jalula.
Thulaihah menuliskan sejarah gemilang pada Pertempuran Qadisiyyah sebagaimana yang tertulis pada kitab Tarikh ar-Rusul wal-Muluk karya Imam Thabari. Thulaihah dan suku Bani Asad menjadi penentu bertahannya pasukan kaum Muslimin pada hari pertama dalam Pertempuran Qadisiyyah yang dikenal sebagai Yaum-ul-Armats (يوم أرماث) atau hari kekacauan (“The Day of Disorder“). Ia tercatat dalam serbuan seorang diri ke barisan lawan pada malam hari serta berhasil membawa tawanan perang. Ia juga tercatat pernah menerobos hingga ke barisan tenda di lini belakang Sassania serta berhasil merubuhkan tenda-tenda lawan, membunuh 2 pasukan elit Sassania, merampas 2 kuda perang berbaju zirah yang ia bawa kembali ke barisan kaum Muslimin, berikut menyerahkan 1 tawanan kepada panglima Sa’ad ibn Abi Waqqasy.
Thulaihah mendapatkan syahidnya di Pertempuran Nahawand dengan mengorbankan jiwa raganya guna memancing balatentara Sassania Persia ke dalam jebakan kaum Muslimin sehingga membawa pada kemenangan yang menjadi titik nadir dan kekalahan total Kekaisaran Sasaniyah.
Sumber Online
[sunting | sunting sumber]A. I. Akram, Pedang Allah, Khalid bin al-Walid, Hidupnya dan Kampanye Lahore, 1969
Pertempuran Buzakha: Khalid bin Walid vs Thulaihah
Referensi
[sunting | sunting sumber]- A. I. Akram, Pedang Allah, Khalid bin al-Walid, Hidupnya dan Kampanye, Nat. Publishing. Rumah, Rawalpindi (1970) ISBN 0-7101-0104-X.