Mustika Ibu
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Mustika Ibu | |
---|---|
Sutradara | Wisjnu Mouradhu |
Produser | Jeffry Sani |
Skenario | Sjufriamin Umar |
Cerita | Sjufriamin Umar |
Pemeran | Deddy Sutomo Aminah Cendrakasih Mansjur Sjah Ade Irawan Wolly Sutinah Debby Cynthia Dewi Bagus Santoso A. Hamid Arief |
Penata musik | Nuskan Syarief |
Distributor | Mega Wijaya Film |
Tanggal rilis |
|
Durasi | 122 menit |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 1977 |
|
Mustika ibu adalah sebuah film yang diproduksi tahun 1976 berdasarkan autobiografi Gono Tirtowidjojo. film ini disutradarai oleh Wisjnu Mouradhy dan diproduseri oleh Jeffry Sani serta diperankan oleh beberapa artis-artis besar seperti Deddy Sutomo; A.Hamid Arief; Aminah Cendrakasih; Mansjur Sjah; Maruli Sitompul; Eva Devi; Debby Cynthia Dewi; Bagus Santoso; Bambang Irawan; Wolly Sutinah; Ade Irawan; Moh Mochtar. film ini juga memenangkan dua piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 1977 untuk penata artistik terbaik dan pemeran anak-anak terbaik serta mendapatkan penghargaan dari PWI Jaya.
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]Film biografi tentang anak pribumi yang bernama Gono Tirtowidjojo, film ini menceritakan kisah perjuangan hidupnya dari seorang budak berlian hingga menjadi seorang pengusaha pelayaran yang sukses pada zamannya. Film ini di mulai sejak Gono kecil sampai dewasa hingga melewati zaman Belanda, zaman Jepang, zaman awal kemerdekaan hingga zaman kemerdekaan. Dikarenakan tekanan ekonomi, Gono sejak lahir di jual ke orang Tiongkok dan hidup dari satu orang tua angkat ke satu ke orang tua angkat lainnya sampai akhirnya Gono bertemu dengan ibu kandungnya di Karawang, Indonesia. Setelah dewasa, Gono berusaha untuk memperbaiki kehidupan ekonominya sampai akhirnya ia berhasil menjadi pengusaha pelayaran yang sukses pada zamannya. Pada masa perjuangan kemerdekaan Ia juga turut berjuang di Divisi Siliwangi dan ia juga aktif membantu perjuangan kemerdekaan dengan menyelundupkan senjata, pada masa perjuangan itulah ia tertangkap belanda dan disiksa minum air sabun hingga akhirnya ia menderita sakit paru-paru. Pada masa perjuangan itu pula Gono menikah dengan Tin, seorang gadis pribumi. Persoalan timbul saat Kwee, gadis Tionghoa yang dijodohkan padanya, datang ke Indonesia. Untung Tin bisa mengerti, dan akhirnya mereka hidup bahagia seatap hingga sampai Kwee meninggal dunia karena sakit.
Pemain
[sunting | sunting sumber]Sejumlah pemain yang terlibat dalam film ini diantaranya Deddy Sutomo, A.Hamid Arief, Aminah Cendrakasih, Ade Irawan, Bagus Santoso, Debby Cynthia Dewi, Wolly Sutinah, Mansjur Sjah, Bambang Irawan, Eva Devi, Maruli Sitompul, dan Moh Mochtar
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Film ini sudah memperoleh beberapa penghargaan, yaitu Piala Citra, FFI 1977,untuk penata artistik terbaik (Suyono), Piala Citra, FFI 1977,untuk aktor anak-anak terbaik (Bagus Santoso), dan Piala PWI Jaya
Catatan
[sunting | sunting sumber]Film ini dicetak juga dalam Bahasa Mandarin (3 copy)