Lompat ke isi

Tanda dan gejala

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 3 Juli 2024 12.26 oleh Bennylin (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Tanda dan gejala (bahasa Inggris: signs and symptoms) dalam ranah kesehatan adalah keberadaan sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan.

Dalam ranah lain, yaitu politik, 'gejala' atau 'simtom' juga dipakai yang artinya dianggap sebagai akar dari suatu permasalahan.[1]

Tanda merupakan data yang ditemukan oleh pemeriksa (tenaga kesehatan). Tanda-tanda pada pasien dapat diamati, dirasa, diukur, bahkan dihitung. Beberapa gejala bisa sekaligus merupakan tanda. Seperti misalnya pasien dengan sesak napas dapat mendengar suara mengi. Hal yang didengar pasien ini merupakan gejala (walaupun dapat didengar oleh pasien, tetapi belum dikonfirmasi kedengarannya oleh pemeriksa [dokter]). Ketika dokter mengauskultasi (mendengarkan dengan stetoskop) dan mendengar adanya suara mengi pada jalur napasnya, suara mengi itu baru juga dikakan sebagai sebuah tanda.[2]

Tanda-Tanda Vital (TTV)

[sunting | sunting sumber]

Tanda-tanda vital merupakan pengukuran objektif fungsi-fungsi faal/fisiologis dasar sebuah organisme, termasuk manusia.[3] Tanda-tanda vital terdiri atas tekanan darah, denyut nadi, laju napas, suhu tubuh, dan saturasi oksigen.

Gejala merupakan keluhan yang diutarakan pasien yang bersifat subjektif. Contohnya seperti dada terasa sesak, perut mulas, nyeri dada, mual, mencret, pandangan kabur. Sifat dari gejala-gejala ini tidak pasti sebab deskripsinya dipengaruhi oleh budaya setempat, tingkat pendidikan, dan latar belakang sosioekonomi.[2]

Gejala yang dirasakan pasien dapat tidak sesuai dengan tanda-tanda yang ditemukan. Sebagai contoh, pasien merasakan demam, padahal suhu tubuhnya sekitar 36,3°C (dikatakan demam jika suhu tubuh >37,5°C)[4] atau ketika pasien merasakan dadanya terasa sesak, tetapi ternyatadari pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan seperti bunyi napas tambahan dan/atau saturasi oksigen dalam batas normal. Maka dari itu, pemeriksaan fisik (dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan) sangat penting dilakukan seorang dokter untuk mengonfirmasi gejala yang dirasakan pasien.

Gejala Konstitusi/Gejala Umum

[sunting | sunting sumber]

Gejala konstitusi (bahasa Inggris: constitutional/general symptoms) merupakan gejala yang dapat menyertai penyakit pada sistem organ apa pun dan dirasa di seluruh tubuh (i.e. bersifat generalisata).[5] Gejala konstitusi sangat tidak spesifik pada satu penyakit pada organ tertentu sehingga perlu wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik, bahkan pemeriksaan penunjang dengan teliti dan menyeluruh. Contoh dari gejala konstitusi adalah tidak enak badan (malaise), demam, menggigil, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, keringat berlebih, lemas, dll.

Gejala Penyerta

[sunting | sunting sumber]

Gejala penyerta (bahasa Inggris: concomitant symptoms) merupakan gejala takspesifik yang dapat menyertai gejala/keluhan utama pasien.[5] Berbeda dengan gejala konstitusi, gejala penyerta dapat bersifat terlokalisasi pada lokasi tertentu di tubuh. Contohnya, seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan utama demam dapat disertai gejala penyerta linu-linu pada sendi tangan dan kaki.

Gejala Patognomonik

[sunting | sunting sumber]

Gejala patognomonik (bahasa Inggris: pathognomonic symptoms) adalah gejala yang bersifat patognomonik, yakni spesifik terhadap satu jenis penyakit yang kemungkinan besar mengarahkan diagnosis kepada penyakit tersebut.[2]

Gejala Positif dan Gejala Negatif

[sunting | sunting sumber]

Istilah gejala positif dan gejala negatif acapkali digunakan dalam ranah psikiatri, tepatnya penyakit skizofrenia.

Gejala negatif menunjukkan hilangnya fungsi-fungsi normal keseharian dan perasaan, seperti afek tumpul/mendatar (pembatasan rentang dan intensitas ekspresi dan perasaan), anhedonia (penurunan kemampuan merasakan rasa senang), alogia (penurunan kemampuan berkomunikasi sehingga kefasihan berbicara menjadi berkurang dan keproduktifan isi pikiran berkurang), dan lain-lain.[6]

Gejala positif merupakan gejala-gejala yang muncul tidak pada orang normal pada umumnya, tetapi pada orang dengan skizofrenia pada saat episode psikosis. Gejala ini mencerminkan "berlebih"nya fungsi keseharian normal. Sebagai contoh, halusinasi dan waham (delusi) merupakan "berlebih"nya fungsi indra (halusinasi) dan fungsi kognitif (waham). Contoh lain adalah bicara takberaturan yang merupakan "berlebih"nya fungsi komunikasi pasien. Gaduh gelisah (bahasa Inggris: agitation) juga mencerminkan "berlebih"nya fungsi motorik dan tingkah laku pasien. Gejala positif skizofrenia seringkali bersifat menonjol dan tidak jarang menyebabkan pasien berurusan dengan pihak kepolisian dan menjadi target utama terapi antipsikotik.[6]

Sindrom merupakan sekumpulan tanda dan gejala yang menandai sebuah kondisi spesifik yang penyebab aslinya belum dapat ditemukan. Jika suatu sindrom sudah ditemukan penyebab-akar pastinya, barulah ia dikatakan sebagai penyakit (bahasa Inggris: disease)[7]

Tanda dan/atau Gejala Kardinal

[sunting | sunting sumber]

Merupakan sekumpulan tanda dan gejala yang spesifik terhadap suatu penyakit, bahkan dapat bersifat patognomonik. Biasanya suatu penyakit dapat secara khas dikenali dari suatu tanda atau gejala kardinal saja. Keberadaan tanda dan/atau gejala kardinal ini dapat mengarahkan dokter dalam mendiagnosis penyakit tertentu secara spesifik. Contoh dari tanda dan/atau gejala kardinal pada beberapa penyakit:

Penyakit Tanda dan/atau gejala kardinal
Skabies

Kudis

Memenuhi salah tiga dari tanda dan/atau gejala kardinal berikut:
  1. Rasa gatal-gatal pada tubuh yang memberat di malam hari (terutama pada daerah Circle of Hebra)
  2. Terjadi pada orang-orang di sekeliling pasien yang tinggal dekat/kontak erat dengan pasien
  3. Ditemukannya kanalikuli (lesi seperti terowong) pada kulit
  4. Ditemukannya telur, dan nimfa Sarcoptes scabiei pada pemeriksaan apusan kerokan kulit mikroskopis
Kusta

Lepra Morbus Hansen

Memenuhi salah satu dari tanda dan/atau gejala kardinal berikut:
  1. Terdapat lesi hiperpigmentasi/hipopigmentasi disertai rasa baal
  2. Penebalan (dilihat sebagai pembesaran) saraf tepi disertai gangguan fungsi
  3. Ditemukannya BTA (bakteri tahan asam) pada pemeriksaan apusan sayat kulit mikroskopis
Tamponade jantung Memenuhi trias Beck berikut:
  1. Hipotensi
  2. Peningkatan tekanan vena jugularis
  3. Suara jantung terendam
Campak

Rubeola

Terdiri atas trias 3C berikut:
  1. Cough (batuk)
  2. Coryza (hidung meler)
  3. Conjunctivitis (radang selaput mata/konjungtivitis ditandai utamanya dengan mata merah)
Peradangan (inflamasi)
  1. Kalor (rasa panas)
  2. Dolor (rasa nyeri)
  3. Rubor (terlihat merah)
  4. Tumor (adanya pembengkakan)
  5. Functio laesa (hilang fungsi).

Lesi (kelainan kulit) hiperpigmentasi/hipopigmentasi disertai rasa baal merupakan tanda kardinal yang sekaligus merupakan tanda patognomonik karena tanda tersebut sangat spesifik terhadap penyakit kusta.

Tanda-Tanda pada Pemeriksaan Penunjang

[sunting | sunting sumber]

Tanda-tanda penyakit tidak hanya dapat didapatkan pada pemeriksaan fisik, tetapi juga pada pemeriksaan penunjang seperti foto toraks (pemeriksaan rontgen/sinar-X paru), pemindaian CT, ataupun pemeriksaan rekam jantung/EKG. Misal, pada orang dengan penurunan kesadaran ternyata ditemukan lesi hipodens pada pemindaian CT kepala yang mengarah pada strok iskemik (strok akibat penyumbatan pembuluh darah). Contoh lain adalah adanya perselubungan opak homogen pada lapang hemitoraks paru disertai meniscus sign positif yang merupakan tanda patognomonik efusi pleura.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Simtom Politik 1965: PKI Dalam Perspektif Pembalasan dan Pengampunan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-20. Diakses tanggal 2008-08-05. 
  2. ^ a b c Swartz, Mark H. (2014). Textbook of Physical Diagnosis, History and Examination 7th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. ISBN 978-0-323-22148-1. 
  3. ^ Sapra A, Malik A, Bhandari P. Vital Sign Assessment. [Updated 2023 May 1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553213/
  4. ^ Bene, Victor E. Del (1990). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK331/. Boston: Butterworths. ISBN 0-409-90077-X.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  5. ^ a b Dorland's Illustrated Medical Dictionary. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2012. hlm. 1816, 1817. ISBN 978-1-4160-6257-8. 
  6. ^ a b Stahl, Stephen M. (2013). Stahl's Essential Psychopharmacology, Neuroscientific Basis and Practical Applications 4th ed. New York: Cambridge University Press. hlm. 81, 82. ISBN 978-1-107-68646-5. 
  7. ^ Calvo, Franz; Bryant T., Karras; Phillips, Richard; Kimball, Ann Marie; Wolf, Fred (2003). "Diagnoses, Syndromes, and Diseases: A Knowledge Representation Problem". AMIA Annual Symposium Proceedings Archive. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Joseph A. Regezi, M.S.,, James J. Sciubba, Ph.D., Richard C. K. Jordan