Kabupaten Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat | |
---|---|
Julukan: The Paradise of Papua | |
Motto: Mbilin Kayam | |
Koordinat: 0°30′S 130°00′E / 0.5°S 130°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Papua Barat Daya |
Tanggal berdiri | 12 April 2003 |
Dasar hukum | UU Nomor 26 Tahun 2002/LN Nomor 129 Tahun 2002 |
Ibu kota | Kota Waisai |
Jumlah satuan pemerintahan | |
Pemerintahan | |
• Bupati | H. Abdul Faris Umlati, S.E.[3] |
• Wakil Bupati | Orideko Iriano Burdam, M.Ec.Dev. |
Luas | |
• Total | 7.559,60 km2 (2,918,78 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 65.403 |
• Kepadatan | 08,65/km2 (22,4/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Kristen 68,10% - Protestan 67,34% - Katolik 0,76% Islam 31,83% Hindu 0,06% Buddha 0,01%[4] |
• Bahasa | Indonesia, Melayu Papua |
• IPM | 63,89 (2020) Sedang[5] |
Zona waktu | UTC+09:00 (WIT) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0923 |
Pelat kendaraan | PB xxxx R* |
Kode Kemendagri | 92.05 |
DAU | Rp 722.606.815.000.- |
Flora resmi | Anggrek Dendrobium Azureum |
Fauna resmi | Maleo Waigeo |
Situs web | www |
Kabupaten Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat Daya, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Waisai. Kabupaten ini memiliki 610 pulau, termasuk kepulauan Raja Ampat. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama. Kabupaten ini memiliki total luas 67.379,60 km² dengan rincian luas daratan 7.559,60 km² dan luas lautan 59.820,00 km².[1]
Sejarah
Konon, suatu hari seorang wanita menemukan tujuh telur, empat diantaranya berubah menjadi pangeran dan tiga sisanya menjadi seorang wanita, hantu dan sebuah batu. Ke empat pangeran tadi berpisah lalu masing-masing berkuasa di Waigeo (Wawiyai), Salawati (Samate), Misool Barat (Waigama) dan Misool Timur (Lilinta). Sedangkan kerajaan di Salawati Selatan di Sailolof didirikan oleh fun Mo seorang suku Moi yang juga berasal dari telur burung baikole, menikah dengan putri raja Waigeo, Pinfun Libit.[6]
Di lihat dari sisi sejarah, Kepulauan Raja Ampat di abad ke-15 merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berpusat di Kepulauan Maluku setelah sebelumnya wilayah ini berhubungan dengan Kesultanan Bacan. Setelah ekspansi melalui hubungannya dengan Gurabesi, Sultan Tidore menjalankan pemerintahan dan memungut upeti dari wilayah ini melalui raja-raja lokal yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool, dan Waigama. Sedangkan Sailolof yang pendirinya tidak memiliki hubungan darah dengan kerajaan lain juga memiliki hubungan yang sama dengan Tidore.
Istilah 4 orang Raja (Waigama jika menurut sudut pandang Tidore atau Sailolof jika menurut sudut pandang lokal) dalam yang memerintah di gugusan kepulauan itulah yang menjadi awal dari nama Raja Ampat.
Geografi
Kabupaten Raja Ampat adalah kabupaten yang wilayahnya sebagian besar terdiri dari gugusan pulau yang terletak pada posisi 2°25' lintang utara – 4°25' lintang selatan dan 130° – 132° 55’ bujur timur. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ±6.084,5 km². Kabupaten ini terdiri dari kurang lebih 600 buah pulau besar dan kecil, yang termasuk ke dalam pulau besar diantaranya adalah Pulau Salawati; Pulau Butanta; Pulau Misool dan Pulau Waigeo yang merupakan pulau non vulkanik, berbukit-bukit yang sebagian besar ditutupi oleh hutan hujan tropis yang lebat. Sedangkan pulau-pulau kecil yang tersebar di antara pulau besar tersebut ada yang merupakan pulau karang dan pulau non vulkanik yang banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa dan semak belukar.[7]
Batas wilayah
Berikut adalah batas wilayah Kabupaten Raja ampat:
Utara | Samudera Pasifik |
Timur | Kota Sorong & Kabupaten Sorong |
Selatan | Laut Seram |
Barat | Laut Seram & Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara |
Topografi
Kabupaten Raja Ampat sebagai wilayah kepulauan, maka memiliki wilayah daratan yang relatif tidak besar dan pada umumnya topografi daerahnya didominasi oleh wilayah perbukitan yang masih dipenuhi dengan hutan alami. Sedangkan wilayah pesisir pantai memiliki karakteristik yang beragam seperti pantai landai berpasir hitam, pantai landai berpasir putih dengan terumbu karang yang sudah rusak sampai dengan yang masih perawan, pantai dalam dan hutan mangrove.
Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Misool merupakan pulau non-vulkanik yang berbukit-bukit dan sebagian besar masih ditutupi oleh hutan hujan tropis yang cukup lebat. Di Pulau Waigeo terdapat gunung Nokh dengan ketinggian 715 mdpl. Sedangkan pulau-pulau kecil yang tersebar di antara empat kepulauan tersebut ada yang berupa pulau karang dan pulau non vulkanik, pulau-pulau kecil tersebut pada umumnya ditumbuhi oleh tanaman kelapa, semak-belukar dan pohon-pohon kecil.
Kemiringan lahan wilayah perencanaan merupakan lahan dengan kemiringan antara 0% sampai dengan di atas 40%. Sebagian wilayah berupa pegunungan daerah lereng-lereng yang curam seperti di Pulau Batanta, Pulau Waigeo, dan Pulau Salawati. Daerah pegunungan ini dapat mencapai 100 - 300 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian di bawah 100 meter dpl umumnya terdapat pada Pulau Salawati bagian selatan. Jika dilihat dari fisiografinya, maka Kabupaten Raja Ampat bagian utara, yaitu Pulau Waigeo dan sebagian Pulau Batanta didominasi oleh pegunungan. Sedangkan pada bagian tengah terutama Pulau Salawati cukup luas daerah datarnya. Untuk Pulau Misool walaupun sebagian besar daerahnya pegunungan, tetapi pada bagian tengah pulau terdapat daerah yang datar.[7]
Geologi dan Hidrologi
Kondisi geologi Kabupaten Raja ampat didominasi oleh formasi batuan kapur yang terbentuk pada masa kuarter. Jenis tanah yang ada disusun oleh batuan dabas, neogen dan terdapat batu gamping yang membentuk bukit-bukit rendah. Pada umumnya batu gamping tersebut bersifat padat dan mengandung pasir seperti batu gamping facet, daram, atkari, zaag, openta, sagewin, dan bogal. Sumber utama batu gamping berasal dari terumbu gamping yang berasal dari binatang laut.
Perbedaan posisi pembentukan batuan ini menimbulkan perbedaan dalam proses sedimentasinya sehingga terbentuk berbagai macam batu gamping tersebut. Jenis batuan lain di wilayah ini adalah batuan sedimen konglomerat yang penyusunannya terdiri dari balian yang tahan lapuk yaitu berupa konglomerat aneka bahan. Batuan breksi yeffman dengan butiran yang lebih besar, fragmen menyudut yang umumnya terdiri dari fragmen batuan hasil rombakan, dalam massa dasar yang lebih halus atau tersemenkan.
Golongan batuan sedimen berupa pasir juga terdapat di wilayah ini dengan kiasifikasi batu pasir dalam. Batuan sedimen serpih yang mempunyai sifat seperti lempung. Batuan serpih di mana pada bidang-bidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih dengan klasifikasi serpih lebih juga terdapat di wilayah ini. Beberapa formasi batuan yang terdapat di wilayah ini adalah Formasi Yaben, Formasi Klasafet, Formasi Waigeo, Formasi Rumai, Formasi Yarefl, Formasi Demu, dan Formasi Fafanlaf. Batu metamorf yang ada adalah batuan malihan ligu sedangkan batuan beku terdapat di batuan gunung api Batanta dan batuan Gunung Dore.
Kondisi air wilayah perencanaan secara umum masih baik karena kondisi alam yang masih alami. Beberapa sungai yang cukup besar terdapat di Pulau Waigeo di antaranya adalah Sungai Bayon dengan panjang ± 4 km dan Sungai Kamtabai, dan Sungai Kasim di Pulau Misool bagian barat. Bila dilihat potensi air tanahnya, sebagian besar wilayah daratan di Kabupaten Raja Ampat tidak memiliki air tanah tawar kecuali di pulau-pulau besar seperti Pulau Waigeo, Salawati, dan Misool.[7]
Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Raja Ampat beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Curah hujan maksimum di wilayah ini berlangsung pada periode Mei–Juli dengan curah hujan bulanan lebih dari 220 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Raja Ampat berkisar antara 2.000–3.000 mm per tahun dengan j umlah hari hujan di wilayah ini berkisar antara 170–230 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah ini berkisar antara 22°–33 °C dengan tingkat kelembapan nisbi ±83%.
Data iklim Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 29.3 (84.7) |
30.1 (86.2) |
31.1 (88) |
32.3 (90.1) |
31.1 (88) |
30.5 (86.9) |
29.6 (85.3) |
30.4 (86.7) |
31.6 (88.9) |
32.5 (90.5) |
33.1 (91.6) |
31.2 (88.2) |
31.07 (87.93) |
Rata-rata harian °C (°F) | 26 (79) |
25.8 (78.4) |
26.9 (80.4) |
27 (81) |
27 (81) |
26.6 (79.9) |
25.1 (77.2) |
26.2 (79.2) |
27.5 (81.5) |
28.1 (82.6) |
27.4 (81.3) |
26.6 (79.9) |
26.68 (80.12) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 23.7 (74.7) |
23.6 (74.5) |
23.8 (74.8) |
23.8 (74.8) |
22.9 (73.2) |
22.7 (72.9) |
22.3 (72.1) |
22.4 (72.3) |
23.5 (74.3) |
23.7 (74.7) |
24 (75) |
23.9 (75) |
23.36 (74.02) |
Presipitasi mm (inci) | 203 (7.99) |
169 (6.65) |
212 (8.35) |
232 (9.13) |
237 (9.33) |
310 (12.2) |
254 (10) |
217 (8.54) |
185 (7.28) |
143 (5.63) |
182 (7.17) |
208 (8.19) |
2.552 (100,46) |
Rata-rata hari hujan | 13 | 11 | 12 | 12 | 11 | 10 | 10 | 8 | 9 | 9 | 12 | 14 | 131 |
% kelembapan | 82 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 86 | 85 | 84 | 82 | 81 | 81 | 83.4 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 176 | 170 | 167 | 163 | 152 | 147 | 151 | 162 | 165 | 177 | 188 | 186 | 2.004 |
Sumber #1: Climate-Data.org[8] | |||||||||||||
Sumber #2: BMKG[9] & Weatherbase[10] |
Pemerintahan
Daftar Bupati
No | Bupati | Mulai Menjabat | Selesai Menjabat | Prd. | Ket. | Wakil Bupati | |||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
౼ | Marcus Wanma | 12 April 2003 | 16 November 2005 | ౼ | [Ket. 1] | lowong | |||
1 | 16 November 2005 | 16 November 2010 | 1 (2005) |
[Ket. 2] | Inda Arfan | ||||
16 November 2010 | 16 November 2015 | 2 (2010) |
[Ket. 3] | ||||||
౼ | Yusuf Salim (Pelaksana Harian) |
16 November 2015 | 27 November 2015 | ౼ | [Ket. 4] | lowong | |||
౼ | Elisa Sroyer (Penjabat) |
27 November 2015 | 17 Februari 2016 | ౼ | [Ket. 5] | ||||
2 | Abdul Faris Umlati | 17 Februari 2016 | 17 Februari 2021 | 3 (2015) |
[Ket. 6] [Ket. 7] |
Manuel Piter Urbinas | |||
౼ | Yusuf Salim (Pelaksana Harian) |
17 Februari 2021 | 26 Februari 2021 | ౼ | [Ket. 8] | lowong | |||
(2) | Abdul Faris Umlati | 26 Februari 2021 | sekarang | 4 (2020) |
[Ket. 9] | Orideko Burdam | |||
|
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Demografi
Penduduk
Penduduk kabupaten Raja Ampat pada tahun 2019 berjumlah 93.918 jiwa dengan rincian 50.292 jiwa laki-laki dan 43.626 perempuan. Penduduk terbanyak berada di ibukota kabupaten, yakni kota Waisai, sebanyak 32.499 jiwa, dengan kepadatan 125,85 jiwa/km². Sementara penduduk paling sedikit berada di distrik kecamatan Salawati Barat yakni 1.463 jiwa, 764 laki-laki dan 699 perempuan.[1]
Agama
Penduduk kabupaten Raja Ampat mayoritas memeluk agama Kristen. Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2010, pemeluk agama Kristen berjumlah 68,10%, dimana 67,34% adalah Protestan dan sebagian kecil Katolik yakni 0,76%. Pemeluk agama Islam juga cukup signifikan berjumlah 31,83%, kemudian Hindu 0,06% dan Buddha 0,01%.[4]
Suku Bangsa
Sementara itu, etnis yang ada di Raja Ampat cukup multienis. Etnis atau suku asli kabupaten ini termasuk suku Laganyan, Matbat, Wawiyai, Kawei, Ambel, Wardo, dan Usba dan suku lainnya yang tersebar di setiap pulau-pulau Raja Ampat.[16] Selain itu, suku pendatang juga cukup banyak terlebih saat ini kabupaten Raja Ampat menjadi kawasan wisata favorit hingga mancanegara. Pendatang seperti suku Jawa, Bugis, Minahasa, Batak, dan penduduk asli dari berbagai kabupaten di pulau Papua lainnya, mulai banyak bermukim di Raja Ampat.
Budaya
Kabupaten Raja Ampat memiliki beragam budaya yang menjadi ciri khas kabupaten ini. Salah satu kebudayaan yang ada di Raja Ampat adalah Tradisi Wala. Wala adalah sebuah tradisi lisan berupa nyanyian yang dibawakan bersamaan dengan gerakan tarian.[17] Tradisi Wala dikenal oleh Suku Matbat, yang merupakan suku asli dari pulau Misool dan tradisi Wala hanya digelar pada acara tertentu saja. Penduduk di Misool secara umum mengenal Tradisi Wala. Mereka menyebutnya sebagai 'lan batan o' atau lagu tanah, yang menkisah tentang asal usul 'Batan Me' atau lahirnya komunitas di pulau Misool dan persebaran kehidupan masyarakat suku Matbat.[17]
Tradisi ini sempat hampir punah, karena tidak dipelihara oleh penduduk local. Namun, pada tanggal 08 Oktober 2019, tradisi Wala diakui sebagai budaya nasional dan telah dituangkan dalam bentuk sertifikat yang ditandangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , Prof.Dr.Effendy Muhadjir, di Jakarta.[17]
Transportasi
Udara
Pada awal Mei 2012, landasan pacu Bandar Udara Marinda sepanjang 1.200 meter telah diresmikan oleh Menteri Perhubungan dan pejabat Raja Ampat. Landasan pacu akan diperpanjang hingga 2.000 meter dan selesai pada 2013.
Laut
Ibukota Waisai memiliki dermaga Pelabuhan Laut Waisai yang dikelola oleh Kementerian Perhubungan. Layanan transportasi yang tersedia antara lain kapal speed yang melayani setiap hari pada pukul 09.00 dan 14.00 WIT dari dan menuju Pelabuhan Rakyat Sorong. Biaya per bulan Oktober 2022 Rp 150.000 (ekonomi) dan Rp 250.000 (VIP).
Galeri
-
Dermaga Apung HDPE di Pelabuhan Waisai, Raja Ampat, Papua Barat
-
Pelabuhan Waisai - Raja Ampat
-
Papan tanda peringatan untuk tidak mencoret-coret pohon dengan redaksi bahasa lokal di Raja Ampat
Referensi
- ^ a b c d e f "Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka 2020" (pdf). www.rajaampatkab.bps.go.id. Diakses tanggal 2 September 2020.
- ^ a b c d "Permendagri no.137 tahun 2017". 27 Desember 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 12 Juni 2018.
- ^ "Ribuan Warga Sambut Bupati Terpilih Raja Ampat", Tabloit Jubi, 31 Januari 2016
- ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Raja Ampat". www.sp2010.bps.go.id. Diakses tanggal 22 Februari 2020.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020" (pdf). www.bps.go.id. Diakses tanggal 19 September 2021.
- ^ Mansoben, Johszua Robert (1995). Sistem Politik Tradisional Di Irian Jaya. Jakarta: LIPI - RUL 1995. hlm. 232–246. ISBN 979-8258-06-1.
- ^ a b c "Profil Raja Ampat" (PDF). Diakses tanggal 3 November 2020.
- ^ "Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 3 November 2020.
- ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 88 & 153. Diakses tanggal 3 November 2024.
- ^ "Waiwo, Raja Ampat, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 3 November 2020.
- ^ a b c "Marcus Wanma merupakan Pj Bupati Raja Ampat 2003-2005 dan Bupati Raja Ampat 2005-2015". Wartaplus. 24-03-2018. Diakses tanggal 02-01-2021.
- ^ "Pemda Raja Ampat Gelar Sertijab Pj Bupati". Suara Indonesia. 29-11-2015. Diakses tanggal 31-12-2022.
- ^ Latuhihin, Jacky (17-02-2016). "Pelantikan Bupati-Wakil Bupati Raja Ampat Alfaris A. Umlati, SE dan Manuel Piter Urbinas, S.Pi, M.Si., Periode 2016-2021". Metro Times. Diakses tanggal 31-12-2022.
- ^ "5 Pjs Bupati Dilantik Gubernur Papua Barat, Raja Ampat dan Sorsel Dijabat Wakil Bupati". Kongkrit. 26-09-2020. Diakses tanggal 02-01-2021.
- ^ "Abdul Faris Umlati Resmi Jabat Bupati Raja Ampat Periode 2". Harian NKRI. 26-02-2021. Diakses tanggal 31-12-2022.
- ^ "Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, Dikukuhkan Sebagai Anak Adat Oleh Suku-suku di Pulau Waigeo". www.metrorakyat.com. Diakses tanggal 22 Februari 2020.
- ^ a b c "Budaya Wala Sebagai Identitas Suku Matbat di Raja Ampat". detikcom. Diakses tanggal 22 Februari 2020.
Pranala luar
- (Indonesia) www.rajaampatkab.go.id
- (Indonesia) Wisata Raja Ampat