Kebudayaan Korea: Perbedaan antara revisi
k →Taman |
k bot Menambah: zh:朝鮮文化 |
||
Baris 222: | Baris 222: | ||
[[pl:Tradycyjna kultura Korei]] |
[[pl:Tradycyjna kultura Korei]] |
||
[[pt:Cultura da Coreia do Sul]] |
[[pt:Cultura da Coreia do Sul]] |
||
[[zh:朝鮮文化]] |
Revisi per 22 Desember 2008 23.17
Ini adalah artikel tentang kebudayaan tradisional Korea. Untuk kebudayaan moderen, lihat kebudayaan kontemporer Korea Utara dan kebudayaan kontemporer Korea Selatan.
Budaya tradisional Korea diwarisi oleh rakyat Korea Utara dan Korea Selatan[1], walaupun keadaan politik yang berbeda telah menghasilkan banyak perbedaan dalam kebudayaan moderen Korea.
Seni Tradisional
Musik
Pertunjukkan musik tradisional Korea mementingkan improvisasi, berjalan terus-menerus, serta sedikit jeda dalam setiap pertunjukkannya. Pansori contohnya, dapat berlangsung sampai lebih dari 8 jam dengan hanya satu penyanyi.
Kontras dengan perbedaan alunan musik barat, sebagian besar pertunjukkan musik tradisonal Korea dimulai dari gerakan (alunan) yang paling lambat sampai paling cepat.
Musik istana, Jeongak, pada zaman dahulu dipentaskan oleh masyarakat kelas atas. Jeongak dimainkan dengan sangat lambat, dengan hanya satu ketukan dalam setiap 3 detik. Ketukan ini diselaraskan dengan kecepatan nafas, sehingga berasa statis (monoton). Alat musik yang digunakan dalam pementasan Jeongak dibuat dari bahan alam, sehingga suaranya lembut dan tenang. Hampir semua alat musik tiup dibuat dari bambu, sedangkan alat musik petik memiliki senar yang dibuat dari sutra.
Pungmul adalah jenis musik rakyat Korea yang kencang dan ekspresif. Pungmul dikategorikan dalam jenis minsogak atau musik rakyat kebanyakan.
Alat musik tradisional Korea dapat dibagi menjadi alat musik tiup, petik (memiliki senar), dan perkusi. Beberapa jenis alat musik tiup: piri, taepyeongso, daegeum, danso, saenghwang dan hun. Alat musik petik: kayageum, geomungo, ajaeng, serta haegeum.
Alat musik perkusi tradisional Korea sangat beragam, seperti kwaenggwari, jing, buk, janggu, bak, pyeonjong, dan sebagainya.Lihat Samulnori.
Tarian
Seperti halnya musik, ada perbedaan dalam bentuk tarian antara rakyat kelas atas (tarian istana) dan kelas rakyat. Tarian istana yang umum contohnya jeongjaemu yang dipentaskan dalam pesta kerajaan, ilmu yang dipentaskan dalam upacara Konfusius. Jeongjaemu dibagi dalam jenis yang asli dari Korea (hyangak jeongjae) dan jenis yang dibawa dari Tiongkok (dangak jeongjae). Tarian lainnya adalah tarian Shamanisme yang dipentaskan oleh dukun dalam upacara-upacara tertentu.
Lukisan
Lukisan paling awal yang ditemukan di Semenanjung Korea adalah jenis petroglif yang berasal dari zaman prasejarah. Dengan datangnya kebudayaan dan agama Buddha dari Cina, maka teknik melukis menjadi semakin beragam, namun tidak menghilangkan cara asli.
Objek-objek yang biasa dilukis umumnya dipengaruhi alam, contohnya pemandangan, bunga dan burung. Lukisan digambar dengan tinta diatas kertas pohon mulberi atau sutera.
Pada abad ke 18 berbagai teknik baru dikembangkan, terutama dalam menulis indah (kaligrafi) dan ukiran-ukiran cap.
Kerajinan tangan
Kerajinan tangan Korea umumnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan khas Korea umumnya metal, kayu, kain, tanah liat, kaca, kulit dan kertas.
Artefak kerajinan prasejarah seperti tembikar merah dan hitam memiliki banyak kesamaan dengan tembikar Tiongkok kuno yang ditemukan di sekitar wilayah kebudayaan Sungai Kuning.
Dalam masa dinasti Goryeo, pembuatan kerajinan yang menggunakan bahan perunggu kuningan (logam) kuningan berkembang pesat. Selain itu dinasti ini juga terkenal akan kerajinan seladon (keramik) yang indah.
Pembuatan kerajinan pada masa Dinasti Joseon berkembang pesat yakni kerajinan keramik, ukiran kayu, serta benda-benda furnitur.
Keramik
Penggunaan tanah liat dalam masyarakat Korea sudah berlangsung sejak zaman neolitikum dalam bentuk pembuatan tembikar dan keramik. Kerajinan tembikar berkembang pesat pada masa Tiga Kerajaan terutama di kerajaan Silla. Untuk membuat celadon berwarna, digunakanlah proses deoksidasi, dimana celadon dibakar dalam tungku yang dibuat khusus. Permukaan celadon dihiasi dengan berbagai ukir-ukiran.
Celadon khas dinasti Goryeo, yang berwarna giok hijau, sangat terkenal hingga saat ini. Dinasti Joseon juga mengembangkan kerajinan keramik putihnya. Beberapa dari keramik-keramik ini kini dijadikan harta nasional Korea Selatan.
Kehidupan
Rumah
Masyarakat tradisional Korea memilih tempat tinggal berdasarkan geomansi. Orang Korea meyakini bahwa beberapa bentuk topografi atau suatu tempat memiliki energi baik dan buruk (dalam konsep eum dan yang) yang harus diseimbangkan. Geomansi mempengaruhi bentuk bangunan, arah, serta bahan-bahan yang digunakan untuk membangunnya.
Rumah menurut kepercayaan mereka harus dibangun berlawanan dengan gunung dan menghadap selatan untuk menerima sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini masih sering dijumpai dalam kehidupan moderen saat ini.
Rumah tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya) dipilah menjadi bagian dalam (anchae), bagian untuk pria (sarangchae), ruang belajar (sarangbang) dan ruang pelayan (haengrangbang). Besar rumah dipengaruhi oleh kekayaan suatu keluarga.
Rumah-rumah ini memiliki penghangat bawah tanah yang disebut ondol yang berfungsi saat musim dingin.
Taman
Seperti di Tiongkok dan Jepang, konsep pembuatan taman Korea sangat dipengaruhi Taoisme. Biasanya taman Korea adalah milik pribadi ataupun yang berada di kuil Buddha. Konsep Tao menekankan keharmonisan dengan alam sehingga menghasilkan banyak detail. Berbanding terbalik dengan bentuk taman Jepang dan Tiongkok, taman Korea tidak menggunakan konsep peniruan (artifisial). Taman Korea sangat mencolok dan sederhana karena selalu terdapat kolam teratai dengan bangunan paviliun di dekatnya. Kolam dihubungkan dengan aliran alami yang bagi orang Korea sangat indah untuk dipandang. Taman-taman yang terkenal:
- Poseokjeong, taman dari Silla, terletak di Gyeongju
- Biwon atau Huwon (taman rahasia) yang berada di dalam kompleks istana Changdeok di Seoul
Pakaian
Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima).
Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin.
Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian. Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat tertentu masih digunakan.
Kuliner
Bentuk kuliner Korea dipengaruhi oleh kebudayaan pertanian mereka. Makanan pokoknya adalah beras. Hasil utama pertanian rakyat Korea adalah beras, gandum dan kacang-kacangan. Hasil laut pun melimpah seperti ikan, cumi-cumi dan udang, sebab Korea dikelilingi 3 lautan.
Kuliner Korea sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah berkembang sejak lama. Contohnya adalah kimchi dan doenjang. Makanan fermentasi sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin ketika musim dingin.
Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa khusus seperti festival atau upacara seperti ulang tahun anak yang ke-100 hari, ulang tahun pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan sebagainya. Pada peristiwa-peristiwa ini selalu dijumpai kue-kue beras yang berwarna-warni.
Makanan kuil berbeda dari makanan biasanya karena melarang penggunaan 5 jenis bumbu yang biasa dipakai seperti bawang putih, bawang merah, daun bawang, rocambole (sejenis bawang), bawang perai, jahe serta daging.
Makanan kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena sudah dapat dinikmati seluruh lapisan rakyat.
Teh
Teh diperkenalkan di Korea dari Cina sejak lebih dari 2000 tahun lalu ketika agama Buddha disebarkan. Teh digunakan dalam upacara-upacara persembahan. Bentuk kebudayaan teh bangsa Korea terukir dalam upacara teh Korea (Dado).
Festival
Kalender Korea didasarkan pada kalender lunisolar.[2]
Kalender Korea dibagi dalam 24 titik putaran (jeolgi) yang masing-masing terdiri dari 15 hari dan digunakan untuk menentukan masa tanam atau panen pada masyarakat agraris pada zaman dahulu, namun pada saat ini tidak digunakan lagi. Kalender Gregorian diperkenalkan di Korea tahun 1895, tapi hari-hari tertentu seperti festival, upacara, kelahiran dan ulang tahun masih didasarkan pada sistem kalender lunisolar.[3] [4]
Festival terbesar di Korea antara lain:
- Seollal, imleknya Korea yang jatuh tepat bersamaan dengan tahun baru Cina.
- Daeboreum, festival bulan purnama pertama
- Dano, festival musim semi
- Chuseok, festival panen raya atau festival kue bulan
Lihat juga hari libur di Korea Utara dan hari libur di Korea Selatan.
Permainan
Banyak sekali permainan khas Korea seperti:
- Baduk, igo versi Korea. Baduk sangat populer di kalangan orang tua.
- Janggi, versi lama dari catur Tiongkok, Xiangqi
- Yut, permainan keluarga yang sering dimainkan saat festival
- Ssangnyuk, backgammon versi Korea
- Chajeon nori, permainan tradisional perang-perangan antara dua kelompok orang
- Ssireum, bergulat
- Tuho, permainan melemparkan anak panah ke dalam pot
- Geunetagi, permainan ayunan besar
- Seokjeon, permainan melempar batu
- Gakjeo, gulat Tiongkok kuno
Banyak dari permainan tradisional dikaitkan dengan upacara shamanistik yang telah diturunkan dari generasi ke generasi (dari masa Tiga Kerajaan), karena bangsa Korea adalah keturunan bangsa Tungusik dimana ritual-ritual seperti itu muncul, beberapa diantaranya seperti:
- Yeonggo, pertunjukkan dram untuk memanggil roh
- Dongmaeng, upacara panen yang diturunkan dari masa Goguryeo
- Mucheon, pertunjukkan tarian untuk dewa
Situs Warisan Dunia
Ada beberapa situs-situs bersejarah Korea yang dijadikan Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
Kuil Jongmyo
Kuil Jongmyo yang terletak di jantung kota Seoul dijadikan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1995. Kuil ini dibangun untuk menyimpan tablet-tablet memorial anggota kerajaan (Dinasti Joseon) yang sudah meninggal yang didasarkan pada tradisi Konghuchu. Setiap tahun pada bulan Mei diadakan upacara Jongmyo (Jongmyo Daeje) yang menampilkan upacara persembahan dan tarian. Pertama dibangun tahun 1394 dan terbakar tahun 1592 ketika Jepang menyerang Korea, lalu pada tahun 1608 dibangun kembali. Kuil ini berisi 19 buah tablet memorial para raja dan 30 tablet ratu yang ditempatkan di 19 kamar.
Istana Changdeok
Changdeokgung atau “Istana Kebajikan Mulia” dibangun tahun 1405 dan runtuh pada tahun 1592 akibat serangan Jepang, dan direkonstruksi kembali pada tahun 1609. Lebih dari 300 tahun Istana Changdeok adalah pusat kedudukan kerajaan. Istana Changdeok dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO tahun 1997.
Kuil Bulguk
Bulguk atau “Negeri Buddha” adalah kompleks kuil Buddha yang dibangun pada masa kerajaan Shilla tahun 751 di kota Gyeongju. Beberapa harta nasional Korea Selatan terdapat di dalam kuil ini, seperti:
- Seokkuram, kuil dalam gua dengan patung Buddha dan ukiran-ukiran dari granit
- Pagoda Tabo
- Pagoda Seokga
Serta ruangan-ruangan kuil yang menjadi tempat peribadatan
Kuil Bulguk dan Seokkuram dijadikan Situs Warisan Dunia oleh UNESCO tahun 1995.
Tripitaka Koreana dan Kuil Haein
Haeinsa adalah kuil tempat penyimpanan Tripitaka Koreana. Dibangun pada tahun 802 di puncak gunung Gaya di propinsi Gyeongsang Selatan.
Tripitaka Koreana adalah kitab suci Buddha yang dibuat dengan diukir di blok-blok kayu untuk dicetak di atas kertas, berjumlah 81.258 buah blok kayu yang masih tersusun rapi. Semua tulisannya diukir dalam aksara Tionghoa (hanja).
Kuil Haein dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia oleh UNESCO tahun 1995.
Hwaseong
Benteng Hwaseong adalah benteng dinasti Choson yang terletak di kota Suwon, propinsi Kyonggi. Rekonstruksinya selesai tahun 1796 dan melingkupi pada tanah yang datar maupun bukit-bukit sepanjang 5,52 km. Benteng ini memiliki 4 gerbang utama, sebuah gerbang air, 4 gerbang rahasia, dan sebuah menara suar.
Benteng Hwaseong dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO tahun 1997.
Situs Dolmen Gochang, Hwasun dan Ganghwa
Gochang, Hwasun dan Ganghwa adalah tempat dari situs ratusan kuburan-kuburan kuno (dolmen) dari zaman megalitikum (abad 1 SM). Semenanjung Korea adalah salah satu tempat terbanyak di dunia yang memiliki situs dolmen. Situs-situs ini dimasukkan dalam daftar UNESCO pada tahun 2000.
Wilayah Gyeongju
Wilayah historis kota Gyeongju dimasukkan dalam daftar UNESCO pada tahun 2000. Kota Gyeongju adalah ibukota kerajaan Silla dimana masih terdapat kompleks kuburan raja-rajanya yang berbentuk bukit-bukit besar. Wilayah Namsan terkenal akan artefak-artefak Sillanya yang berharga seperti mahkota, perhiasan, kuil-kuil Buddha, pagoda, yang umumnya berasal dari abad 7 sampai abad ke 10.
Kompleks Makam Goguryeo
Kompleks Makam Goguryeo berada di Korea Utara, seperti di Pyongyang, propinsi Pyongan Selatan, dan kota Nampo (Hwanghae Selatan). Kompleks Makam Goguryeo ini terdiri dari 63 buah makam dan menjadi Situs Warisan Dunia pertama milik Korea Utara pada bulan Juli 2004.
Lihat pula
- Sejarah Korea
- Harta Nasional Korea Selatan
- Bangsa Korea
- Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia
- Pemikiran tradisional Korea
Referensi
- ^ See "Same roots, different style" by Kim Hyun : [1]
- ^ http://www.koreainfogate.com/aboutkorea/item.asp?src=menu01_03
- ^ http://www.koreainfogate.com/aboutkorea/item.asp?src=menu01_03
- ^ http://www.lifeinkorea.com/Calendar/holidays.cfm