Hibualamo adalah sebutan rumah adat suku bangsa/klan/hoana yang bermukim di Halmahera. Hibualamo diperkirakan telah ada sejak tahun 1400an. Secara harfiah Hibualamo terdiri dari dua kata dalam Bahasa Tobelo yaitu Hibua (Galela: Sibua) yang berarti Balai umum, maupun tenda tak berdinding dan Lamoko yang berarti Besar.[1] [2]


Bentuk asli rumah adat ini berada di Pulau Kakara, Halmahera Utara dan biasa disebut Rumah adat Hibualamo Tobelo. Rumah adat Hibualamo didirikan kembali pada bulan April 2007 sebagai simbol perdamaian pasca konflik SARA pada tahun 1999 – 2001.Pembangunannya pun mengalami perkembangan dibandingkan bentuk aslinya yang berupa rumah panggung.[3]

Bangunan rumah adat Hibualamo dibangun dengan banyak symbol yang memiliki arti tersendiri yang berhubungan dengan persatuan. Konstruksi rumah adat menyerupai perahu yang mencerminkan kehidupan kemaritiman suku Tobelo dan Galela yang ada di pesisir. Bangunannya memiliki bentuk segi 8 dan memiliki 4 pintu masuk yang menunjukkan simbol empat arah mata angin dan semua orang yang berada didalam rumah adat saling duduk berhadapan yang menunjukkan kesetaraan dan kesatuan.[3]

Pada rumah adat Hibualamo terdapat 4 warna utama yang masing – masing memiliki arti. Warna merah mencerminkan kegigihan perjuangan komunitas Canga, warna kuning mencerminkan kecerdasan, kemegahan dan kekayaan. Warna hitam mencerminkan solidaritas dan warna putih mencerminkan kesucian.[3]

  1. ^ Katalog Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2018 Buku Dua. Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. 2018. hlm. 106. 
  2. ^ Kamus Tobelo Indonesia. hlm. 107. 
  3. ^ a b c "Rumah Adat Hibualamo". situsbudaya.id. Diakses tanggal 18 januari 2020.  [pranala nonaktif permanen]